-DYF 011

2.9K 219 24
                                    

🍀 🍀 🍀

From pinterest

Rintik hujan terus saja mengalir dengan hawa dingin yang menyeruak menusuk kulit, membuat pagi ini terasa dingin ditambah jam pelajaran kosong tak ada guru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rintik hujan terus saja mengalir dengan hawa dingin yang menyeruak menusuk kulit, membuat pagi ini terasa dingin ditambah jam pelajaran kosong tak ada guru. Nazira terus saja melamun memikirkan bagaimana cara supaya dia bisa mendapatkan uang untuk membayar sekolah, sekarang Nazira tak lagi mendapatkan beasiswa, dirinya juga tak mau terus menerus merepotkan Ummi dan Abah karna sudah mengurusnya sedari kecil, mau tak mau ia harus mencari kerja di tengah sibuknya belajar dan mengikuti kegiatan pesantren.

Devano duduk di antara kursi-kursi kayu yang terdapat di rooftop, bajunya sedikit basah terkena cipratan air, rambutnya acak-acakan, menatap lurus kedepan.

"Lo kenapa dah Bang? Daritadi ngelamun mulu." Sadar Elang, ia bingung melihat sang ketua yang hanya diam saja.

"Gue bingung gimana cari orang buat jagain anak gue pas pulang sekolah, gue bener-bener lagi butuh banget karna kerjaan gue lagi numpuk, gue gak bisa handle Arshaka sendiri, gue juga gak bisa nitipin ke Bibik lo atau ke Ibu kantin terus apalagi akhir-akhir ini si Arsha aktif banget, gue jadi gak bisa ngapa-ngapain." Curhatnya.

Akhir-akhir ini memang sang anak, Arshaka, sangat aktif, di tambah pekerjaan Devano yang tak menentu selesainya membuat ia benar-benar kewalahan menjadi orang tua tunggal.

"Santai gue bantu cariin nanti." Devano hanya mengangguk menanggapi.

Rintik hujan kini semakin deras membuat awan lebih gelap lagi, Devano mencemaskan Arshaka yang berada dirumah bersama Mama Edgar.
Ia lalu bangkit menuruni anak tangga rooftop dan kembali ke kelasnya diikuti Elang.

Nazira menelungkupkan wajahnya dalam, pikirannya kalut, ia benar-benar bingung, hp-nya berdering, Nazira kembali tegak dan mengangkat telponnya.

"Halo assalamualaikum" Salam orang di sebrang sana.

"Waalaikumsalam Ummi, ada apa ya? " Tanya Nazira.

"Zira, nanti pulang sekolah tolong belikan obat Abah ya nak, yang seperti biasa, soalnya penyakit Abah kambuh lagi."

"Iya Mi, nanti Zira belikan." Jawabnya.

Setelah selesai berbincang dengan Ummi di telepon, Nazira jadi sedikit cemas, karena Abah, kyai sekaligus pemimpin pesantren Al-ikhlas sedang sakit, Nazira memang sangat sayang kepada Ummi dan Abah karna sudah merawatnya sedari kecil, Nazira sudah menganggap mereka seperti orangtuanya sendiri, begitu juga sebaliknya, bagi mereka Nazira sudah dianggap seperti putrinya sendiri, apalagi Ummi Sarah, ia sangat sayang kepada Nazira, ia menganggap Nazira seperti putri kandungnya terlebih Ummi sarah pernah kehilangan sosok putra semata wayangnya yang seumuran dengan Nazira yang meninggal karena sakit paru-paru. Ia kembali menelungkupkan wajahnya, tetapi pukulan kecil dipundak membuat Nazira kembali bangkit.

"Kenapa si mbak Nazira yang cantik, tidur mulu." Ucap Haba yang kini duduk di sampingnya.

"Bukan tidur."

DEVANO YOUNG FATHER | RevisiWhere stories live. Discover now