|Chapter 4

28 37 3
                                    

Happy Reading🍭
.
.
.
.

Pelajaran telah usai, semua mahasiswa sudah kembali ke rumahnya masing-masing, termasuk Dahlia. Sekarang Dahlia dan Fahmi adik laki-lakinya Dahlia sedang menonton televisi di ruang keluarga. Fahmi memang menonton, tapi Dahlia terus memainkan laptopnya.

"Kak, lagi ngapain sih lu dari tadi mantengin laptop terus, enggak bosen apa?" kata Fahmi adik laki-lakinya Dahlia sambil mengigit sepotong roti dan duduk di sebelah Dahlia.

"Kepo, mau tau aja urusan orang dewasa." Dahlia menoleh sebentar ke adik laki-lakinya, kemudian melanjutkan membuat aktivitasnya.

"Aku udah gede juga kali, kak," ucap Fahmi Kesal. Saking kesalnya, Fahmi sampai menelan sepotong roti itu dengan sangat cepat.

"Ada apasih kalian tuh bertengkar mulu?" Ibunda mereka pun datang dan duduk di dekat mereka.

"Mah, kak Dahlia lagi jatuh cinta, loh," kata Fahmi sambil melirik Dahlia dan Dahlia pun langsung melempar bantal ke adiknya.

"Sok tahu lu, bocah!" ucap Dahlia geram.

"Apa benar yang di katakan adik kamu? Kok engga pernah di bawa ke rumah sih, kak?" tanya bu Runi mulai kepo dan menatap mata Dahlia.

"E-engga kok." Dahlia menjawab dengan terbata batanya dan langsung pergi ke atas kamarnya.

"Tuh, kan, kabur berarti benar," kata Fahmi sambil mentertawakan Dahlia yang kabur ke kamarnya.

"Heuhh!" Dari tangga Dahlia masih bisa mendengar suara adiknya dan rasanya ia ingin sekali melempar laptopnya agar menimpa adiknya, tapi tidak jadi karena itu laptop berharganya.

"Kenapa enggak di terusin lempar laptopnya?" Fahmi tertawa lagi, dengan muka kesalnya akhirnya Dahlia langsung pergi ke kamarnya.

"Kamu tuh, ya, demen banget bikin kakakmu emosi," kata sang ibunda sembari tertawa kecil dan Fahmi hanya membalas cengiran di bibirnya itu.

Keesokan harinya, seperti biasa Dahlia selalu berangkat pagi ke kampus.

"Mah Dahlia berangkat dulu, ya." Dahlia mencium pipi kanan bu Runi, lalu berjalan menuju pintu keluar rumahnya.

"Sarapan dulu!" kata bu Runi agak berteriak.

"Nanti aja di kampus!" jawab Dahlia yang sudah siap menjalankan motornya. Kemudian ia langsung berangkat ke kampus.

"Kakak udah berangkat, Mah?" tanya Fahmi yang baru keluar dari kamarnya, lalu ia mengambil sepotong roti dan memakannya.

"Iyah tuh buru-buru, kamu masih nyantai aja enggak ke sekolah?" tanya bu Runi sembari melihat jam dinding yang terpampang di ruang makan. Karena keasikan makan roti, Fahmi pun terlambat pergi ke sekolah.

"Udah jam" belum selesai mengucapkan pukul jamnya Fahmi langsung salim ke ibundanya dan langsung lari keluar rumah "Hati-hati, jangan lari!" kata bu Runi setengah berteriak.

Sesampainya  di kelas, Jenifer memberitahukan informasi ke Dahlia. "Eh lu tau enggak? Sekarang mau ada pembelajaran di luar sekolah, tau," kata Jenifer berbisik di telinga Dahlia.

"Ah masa? lu tau dari mana?" tanya Dahlia tidak percaya dengan perkataan Jenifer.

"Tau dari kak Iqbal," jawab Jenifer sambil mengunyah permen karet.

"Lu habis ketemu dia?" Wajah Dahlia seketika berubah jutek mendegar kata 'Iqbal'.

"Dari chat pas semalem," jawab Jenifer sembari memperlihatkan isi chatan-nya dengan Iqbal. Namun tiba-tiba Dahlia tersedak setelah mendengar perkataan sahabatnya dan Jenifer pun khwatir. "Lu kenapa?" tanyanya sambil melihat ke arah Dahlia.

"Lu dapet nomor kak Iqbal dari mana?" tanya Dahlia  penasaran.

"Dari ka Aldi heheh …," jawab Jenifer sambil tertawa kecil dan Dahlia hanya ber-oh ria. “Lu mau liat enggak chatan-nya? Nih.” Tanpa menunggu jawaban dari Dahlia, Jenifer langsung memberikan ponselnya pada Dahlia agar sahabatnya itu membaca chatan-nya dengan Iqbal.

“Engga deh, engga usah, lagian engga penting ini,” jawab Dahlia jutek, tapi Jenifer tetap memaksa Dahlia agar baca chatan-nya dan mau tidak mau Dahlia pun membacanya.

🌻🌻🌻

Nahloh chatan apa yah? Penasaran gak? Sama mimin juga kepo xixi^^

Jangan lupa voment yah😉❤

See you🦋
 

Destined Love [Sudah Terbit]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang