Bab VIII • Selalu Drama

Mulai dari awal
                                    

Oma tampak mengulur waktu dengan mengetuk dagunya seolah berpikir. Lalu ketika dirasanya cukup, wanita itupun memberi anggukan tanda persetujuan. Sontak saja hal itu mengukir senyum kebahagiaan bertajuk kemenangan dalam diri Caraka.

Langsung saja ia menghambur memeluk sang Oma.

"Thank you, Oma. I love you."

"Hm. Cucu Oma manis banget ya mulutnya." berdongak menatap Oma, Caraka tercengir memperlihatkan gigi putihnya.

•••

Cleo terbengong melihat sebuah mobil sport yang terlihat masih baru, begitu mengkilat menyilaukan mata memandang terparkir apik di garasi rumahnya.

"Horeee!" suara pekikkan itu berasal dari Caraka yang menyelonong mendekati Lamborghini Aventador merah tersebut. Anak itu terlihat sangat senang. Lain dengan Charis yang hanya diam. Juga si bungsu yang menarik bibirnya membuat raut tidak suka melihat kakaknya yang sudah duduk dibalik kemudi.

Drrrt...

Ponsel Cleo berdering yang segera saja ia angkat.

"Iya Mah?"

"Gimana mobilnya? Sudah sampai?" Cleo melirik ke transportasi roda empat mewah itu.

"Jadi mobilnya dari Mama?"

"Iya. Raka mana? Dia suka mobilnya?"

"Dia udah anteng di dalam mobil. Yang kelihatannya sih, seneng banget anaknya."

"Bagus kalo gitu."

"Uhm, udah dulu ya Mah. Nanti Cleo telpon lagi."

"Ya udah iya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Panggilan selesai.

"Tuh kan. Kael bilang juga benel. Bang Laka itu baik kalo ada maunya aja." setelahnya bocah berusia tiga tahun itu melengos masuk duluan ke rumah.

Cleo menatap kepergian anaknya tersebut.

"Apa gak mubazir Mom? Daddy pasti gak suka ini." Charis turut mengungkapkan pendapatnya. Dan yang diucapkan Charis adalah seratus persen sama dengan yang ia pikirkan.

Tepat ketika Chatur pulang kerja, pertanyaan langsung menyerangnya ketika melihat ada tambahan mobil sport di bagasi rumahnya. Tepatnya di samping Tesla yang bahkan bisa dihitung dengan jari ia gunakan.

Melewati pintu utama, Chatur menghampiri Cleo yang sedang menyuapi Kael potongan buah-buahan di ruang tengah sambil menonton tayangan film kartun.

"Didepan mobil siapa?" tanyanya sembari menggulung lengan kemeja berwarna marun yang ia kenakan.

"Mobil Raka. Mama beliin buat dia." Chatur mengerutkan dahinya tak paham.

"Maksud kamu?" Cleo menghela napasnya panjang.

"Katanya Raka kesel sama temennya karena gak percaya kalo dia bisa punya mobil sport kaya gitu. Terus dia minta ke Mama, dan yah. Kamu tahu sendiri sesayang apa Mama ke cucu-cucunya?" Chatur sebetulnya sangat lelah. Tapi jika dibiarkan, ia takut ini akan menjadi contoh yang tidak baik untuk anak-anaknya.

"Kael. Daddy minta tolong panggilkan Bang Caraka, Bang Cavin, dan Bang Charis. Bilang daddy mau ngomong." pintanya yang dipatuhi si kecil yang langsung pergi untuk memanggil kakak-kakaknya.

Berkumpullah mereka di ruang tengah. Chatur berdiri dengan tangan dimasukkan kedalam kantong celana. Sedang didepannya, Cavin dan si kembar duduk. Yang mencari Kael, dia sedang bermain mobil-mobilan di lantai. Cleo? Wanita itu pergi ke dapur membuatkan susu untuk keempat jagoannya tersebut.

Baik. Kembali ke tempat kejadian.

"Daddy dengar, Raka minta mobil sama Oma. Apa betul Raka?" yang disebutkan namanya menunduk. Tak urung anggukan Caraka lakukan. "Untuk apa?" Caraka diam. Ia takut jawaban jujur akan membuat Daddy-nya marah besar. "Oke. Daddy ganti pertanyaannya. Fungsi dari mobil itu apa Nak?" Raka melirik kecil.

"Untuk bantu orang pergi-pergi Dad?"

"Betul. Salah satunya. Pertanyaan selanjutnya. Raka sudah bisa bawa mobil? Kalaupun bisa apa Raka tidak bertanya ke Daddy atau Mommy Raka boleh menyetir?" kepala Caraka semakin dalam merunduk. Semua perkataan Daddy-nya benar. Dan dalam waktu bersamaan begitu mengandung sindiran halus yang tak bisa dibantah. Mungkin orang lain akan tertawa mendengar Daddy-nya berbicara seperti itu.

Jangankan menyetir, pakai sepatu saja Caraka masih sering dibantu sang Mommy.

"Maaf Dad." Chatur memandang anaknya itu cukup lama sebelum pada akhirnya menghela napas samar, tanda melunak.

"Oke. Kali ini daddy maafin. Tapi ingat, jangan pernah mengulang kesalahan yang sama. Dan ini berlaku untuk semua anak Daddy." ujarnya menatap putranya satu persatu. "Ingat ya Nak, daddy paling tidak suka kalo ada anak daddy yang menghalalkan segala cara hanya untuk terlihat tinggi di mata orang lain. Kelebihan yang kalian punya, cukup kembangkan tanpa harus mengemis pengakuan orang. Paham?"

"Paham Dad." jawab Cavin, Charis dan Caraka kompak.

Bersamaan dengan itu, Cleo datang dengan empat gelas berisikan susu yang ia berikan satu persatu pada keempat bocah laki-laki disana.

"Susu datang!" Charis dan Caraka menerima pemberian Mommy mereka itu dan langsung di teguk. Tapi tidak ketika Cleo mengulurkannya ke anak pertamanya.

"Cavin? Ini minum Nak." bujuk Cleo. Namun yang ia dapat justru gelengan cepat Cavin.

"Gak. Cavin gak mau. Cavin itu udah besar Mom. Gak mau minum-minuman anak kecil lagi." Chatur yang meyakini akan ada drama baru lagi, menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku ke atas duluan. Mau mandi." pamitnya pada Cleo dan berlalu dari sana.

Kembali Cleo mencoba bertanya pada Cavin.

"Kamu kata siapa susu itu minuman anak kecil? Kamu lupa waktu mommy hamil adek-adek kamu mommy rutin minum susu?" Cavin berpikir sejenak.

Bener juga. Batinnya membenarkan. Kemudian anak itu bergeleng, tidak ingin terpengaruh begitu saja.

"Cavin tetep gak mau. Cavin malu kalo sampe temen-temen Cavin tahu kalo Cavin masih minum susu." Cleo menipiskan bibir sabar. Ia penasaran pergaulan anaknya di sekolah. Kenapa cetek sekali sih? Kalo sudah high school boleh. Ini masih umur satuan saja sudah punya gengsi sebesar palu godam. Dasar anak jaman now!

"Cavin emang yakin temen-temen yang ngeledekin Cavin itu gak disuruh minum susu sama ibunya? Kan bisa aja dia bilangnya engga, tapi padahal kalo di rumah gak taunya dia minum. Kalo pun dia minum Cavin gak tau ini." Cavin kembali membenarkan dalam hati. "Ck. Padahal minum susu itu banyak manfaatnya lho. Apalagi untuk anak-anak. Bisa bikin tinggi. Siapa yang katanya kalo gede mau jadi atlet? Atlet itu rata-rata tinggi kan ya? Yakin nih gak mau susunya? Kalo engga, yaudah. Mommy aja yang minum." Cleo berancang-ancang seolah hendak meminum susu tersebut sebelum kemudian dengan cepat Cavin merebut gelasnya.

"Jangan! Mommy buat ini buat Cavin. Nanti Cavin dosa kalo gak menghargai pemberian Mommy." Cleo menarik bibirnya mencibir.

"Bilang aja mau." mengabaikan Cleo, Cavin meneguk susunya sampai habis.

C FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang