Ibu Pengganti

250 9 3
                                    

Tiba dari rumah Kasih. Nayara dan Bu Melati membantu Kasih mengemasi barang-barangnya, mulai hari ini ia akan tinggal di rumahnya Bu Melati.

Kasih teringat dengan foto ibunya, pun ia teringat dengan ucapan ayahnya sebelum mengembuskan napas terakhirnya.

"Bu Melati, Nayara ... kalian dengar kata ayah kalo ibunya Kasih masih hidup, kan?" tanya Kasih memastikan bahwa apa yang ia dengar memang benar.

Bu Melati dan Nayara saling berpandangan. "Aku dengar begitu, Kasih. Ayah kamu bilang kalo ibu kamu masih hidup." Nayara membenarkan. Dia memang dengar bahwa sebelum ayahnya Kasih mengembuskan napas terakhir, ayahnya Kasih sempat bilang bahwa ibunya Kasih masih hidup.

"Bu Melati juga dengar begitu." Bu Melati menimpali.

Tangis Kasih kembali pecah.

"Apa jangan-jangan ...." Nayara menggantungkan ucapannya.

"Mamanya Laura itu ibu kamu, Kasih?" Nayara menduga. Ia ingat betul saat masih berada di dalam ruangan kepala sekolah sebelum mereka mendapatkan kabar berita ayahnya Kasih kecelakaan.

"Kalo benar dia ibuku, kenapa dulu ayah bilang kalo ibu udah meninggal?" Kasih bertanya-tanya. Sejujurnya ia sangat penasaran mengenai alasan ayahnya yang memberitahunya bahwa ibunya sudah meninggal setelah melahirkannya.

Nayara dan Bu Melati hanya diam. Kasih beranjak berdiri dari tempat tidur. Ia membuka lemari dan entah ia sedang mencari apa. "Kamu cari apa, Kasih?" tanya Nayara dengan tatapan yang bingung.
"Aku lagi cari dokumen-dokumen tentang ibu, Nay." Sembari dengan tangannya yang meraba-raba mencari dokumen milik ibunya.

Tak lama kemudian, ia mendapatkan selembar kartu keluarga. "Ini kartu keluarga," ucap Kasih. "Sepertinya ini kartu keluarga yang lama," lanjut Kasih. Ia menatap kartu keluarga itu lamat-lamat. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, sepertinya kartu keluarga itu kartu keluarga lama. Sebelum membacanya secara detail, Kasih kembali meraba-raba isi lemari dan mendapatkan satu lembar kartu keluarga di tempat yang berbeda. "Ada kartu keluarga lagi." Tampak raut wajahnya yang bingung. Lalu setelah itu, dia kembali duduk di tepi ranjang.

Belum puas dengan apa yang ditemukannya, akhirnya Kasih kembali meraba-raba dan ia menemukan dokumen di dalam map coklat. Kasih bergegas membuka isi map coklat itu.

"Akta kematian?" Kasih terkejut ketika mendapati isi map coklat itu ternyata akta kematian. "Ini akta kematian ibu," ucap Kasih.

Lalu, ia merogoh lagi map coklat itu. "Ini ...." Kasih mendapati sepucuk surat. Kasih bergegas membuka surat itu. Lalu, ia membacanya.

Teruntuk Kasih, anakku.

Nanti, saat usiamu sudah menginjak tujuh belas tahun, semoga ada keajaiban yang membawa kamu bisa membaca surat ini. Tujuh belas tahun lamanya. Maafkan ayah karena sudah merahasiakan semua ini dari kamu, Nak. Ayah tahu, kamu pasti marah kepada ayah karena sudah memalsukan akta kematian ibu kamu. Kamu pasti kecewa karena ayah sudah membohongi kamu. Maafkan ayah, Nak. Tujuh belas tahun lamanya ayah menyembunyikan rahasia bahwa ibu kamu masih hidup. Maafkan ayah, Nak. Ayah hanya tidak mau kamu sakit hati ketika mendengar fakta bahwa ibu kamu pergi dan tidak mau merawat kamu. Dia meninggalkan ayah dan juga kamu yang masih bayi saat itu demi laki-laki yang katanya membuatnya bahagia. Ibu kamu meninggalkan ayah karena ayah miskin, ayah tidak bisa membahagiakan ibu kamu. Maafkan ayah, Nak. Ayah sayang kamu.

Membaca surat yang ditulis langsung oleh ayahnya, tangis Kasih seketika pecah. Ia tak menyangka ternyata ibunya memang masih hidup. Ia pun tak menyangka bahwa pada kenyataannya ibunya meninggalkan ia dan ayahnya. Tega sekali ibunya.

Nayara langsung mendekap tubuh Kasih, meskipun ia tak tahu apa pesan di dalam surat itu. Bu Melati menyerobot surat yang ada di tangan Kasih dan membacanya. Seperti Kasih, ia juga merasakan pedih hatinya yang teriris ketika membaca surat tulisan tangan ayahnya.

"Tega sekali ibu kamu, Kasih." Mata Bu Melati berkaca-kaca. Sontak Kasih mengalihkan pelukannya kepada Bu Melati.
Rahasia selama tujuh belas tahun lamanya akhirnya terungkap mengapa selama berpuluh-puluh tahun ayahnya Kasih menceritakan kepada Kasih bahwa ibunya sudah meninggal setelah melahirkannya, yang tak lain adalah karena ayahnya tak mau Kasih sakit hati karena fakta bahwa ibunya tidak mau merawat dan membesarkannya.

Di dunia ini, ada seorang ibu yang tega seperti ibunya Kasih. Membiarkan Kasih hidup tanpa kasih sayang darinya. Sakit luar biasa yang Kasih rasakan ketika tahu kenyataannya bahwa ibunya meninggalkan dirinya dan ayahnya, hanya karena mereka tak punya apa-apa. Ibunya berpaling, pergi meninggalkan rumah demi laki-laki yang dipandang dengan mata telanjang memiliki segalanya di dunia ini. Kasih dan ayahnya memang tak punya apa-apa di dunia ini, tapi mereka mungkin punya surga yang sudah merindukan mereka untuk segera dihuni. Berkat kesabaran dan keikhlasan mereka menjalani hidup yang dirasa sungguh kejam dan keras ini. 

"Yang sabar ya, Nak. Jangan sedih lagi. Ada Bu Melati yang mau jadi ibunya Kasih," kata Bu Melati seraya mengelus punggung Kasih.

Kasih masih terisak dalam dekapan Bu Melati hingga membuat matanya begitu sembab karena tak henti-hentinya menangis.

Bu Melati buru-buru menghapus air mata yang mengguyur wajah Kasih. "Ayo ke rumah ibu. Kasih harus istirahat di sana," ajak Bu Melati.

"Makasih banyak, Bu Melati." Kasih tak bisa berkata apa-apa lagi selain berterima kasih atas kebaikan Bu Melati.
Bu Melati hanya tersenyum tipis dan mengelus-elus pucuk kepala gadis itu.

"Ayo, kita ke rumah ibu," ajak Bu Melati. Kasih manggut-manggut.

Sebelum melenggang, ia mendekap tubuh Bu Melati. Betapa bersyukurnya ia disayangi oleh orang-orang sekitar meski tak ada pertalian darah di antara mereka. Terkadang, hidup memang penuh misteri. Tak perlu menyalahkan keadaan. Sepahit apa pun hidup yang kita jalani, yakinlah bahwa suatu saat kita akan merasakan manisnya hidup saat kita mensyukurinya dengan ikhlas.

Memiliki orang tua yang masih utuh dan hidup harmonis bersama mereka adalah sebuah impian bagi anak-anak brokenhome ataupun ditinggal pergi untuk selama-lamanya. Anak-anak kehilangan kasih sayang dari orang tua. Merasa runtuhlah dunia mereka. Namun demikian, mereka dilatih untuk kuat dan mandiri.

Bu Melati, seorang wanita yang dengan tulus memberikan kasih sayang untuk Kasih. Ya, kasih sayang yang belum pernah Kasih dapatkan dari ibu kandungnya. Entah di mana hati nurani ibu kandungnya itu.

Jika boleh memilih, Kasih tak ingin dilahirkan dari rahim seorang wanita yang kejam seperti ibunya. Tidak ada anak yang mau memiliki seorang ibu yang tak punya hati. Namun, di situlah letak ujiannya. Apakah kita tetap bersyukur atau kita justru menggerutu? Siapa yang bisa melawan takdir? Makhluk kerdil seperti kita tak bisa melawan Kuasa-Nya.

"Doakan Kasih ya, Bu. Semoga suatu saat Kasih bisa membalas semua kebaikan ibu," ucap Kasih penuh harap. Ia berharap doanya melangit dan suatu saat ia bisa membalas semua kebaikan yang sudah diberikan oleh Bu Melati untuknya. Tuhan Maha Mendengar. Semoga doa-doa yang selama ini Kasih panjatkan segera diijabah oleh-Nya.

"Aamiin."

Ibu PenggantiWhere stories live. Discover now