Kemenang

320 38 4
                                    

Gadis itu masih setia berada di ruang keluarga, dia mengamati satu persatu sudut ruang itu. Lama dia terdiam menikmati lamunannya, di sini tempat biasa mereka kumpul, tempat papanya sering menghabiskan waktu bersama.

Kini hanya tinggal kenangan, Papa yang selalu menuruti segala ke mauannya. Kini telah tidur panjang di dunia berbeda.

"Dek"

Lamunan gadis itu buyar, dia mendengar ada yang memanggilnya. Tanpa menoleh Pun dia sudah tau siapa pemilik suara itu.

"Abang tau, Kamu masih marah atas apa yang Abang lakuin."

"Kamu berhak marah sama Abang, Kamu boleh pukul Abang asal jangan diamin Abang kayak gini." Sambungnya, Namun belum ada respon sama sekali dari gadis di depannya.

Laras masih tetap tak bergeming sedikitpun, seakan dia tuli dengan perkataan Abangnya. Dia kecewa, dia terluka, dia marah mengapa Masalah sebesar ini di sembunyikan oleh lelaki itu.

" RAS, AYO PUKUL"

"Pukul" Ucapnya menahan air mata, dia menyesal terlambat memberi kabar kepada adiknya. Wajar adiknya itu kecewa.

"Kamu ga mau ngomong sama Abang?"

"Oke, kalo itu mau kamu, Abang pergi."

Daffa beranjak dari hadapan Gadis itu, dia kecewa terhadap dirinya sendiri. Ini salahnya merahasiakan Masalah sebesar itu.

"Abang" Ucap Laras dengan suara parau.

"Iya" Balas Daffa, dia cukup senang laras mau menyebut namanya.

"Laras boleh marah?boleh pukul? Boleh nggak Laras Kecewa?" Pertanyaan bertubi-tubi yang di lontarkan dari Laras.

"Kamu boleh lakuin semuanya"

"Hiks..hikss"

"Ayo pukul Abang, Biar kamu lega."

"Boleh peluk?"

"Dengan senang hati" Daffa mendekat ke arah adiknya, dia bahagia karena adiknya masih mau di peluk olehnya.

"Maafin Abang"

"Hiks...hikss... Abang jahat!"
Pukulan demi pukulan Laras ajukan tepat di dada Daffa.

"Iya, Abang emang jahat, maukan maafin Abang?" Berusaha memeluk gadis itu kembali.

"Kenapa nggak cerita?"

"Kalo kamu udah tenang, Abang cerita."

"Udah tenang... hiks"

"Maafin Abang dulu"

Setelah mendapatkan maaf dari sang adik, Daffa membimbing Laras menuju sofa. Di cukup senang sebab Laras masih bisa memaafkan walaupun hanya respon anggukan saja Tak mengapa yang penting sudah dapat maaf.

Lama mereka terdiam, Daffa bingung memulai dari mana agar tidak membuat kesehatan adiknya drop.

"Kamu siap?"

"Hmm"

"Waktu itu Abang lagi di kantor, tiba-tiba ada yang nelpon Abang bilang kalo orangtua kita kecelakaan waktu di Tol menuju Surabaya. Abang sengaja menutup berita ini dari kamu biar kamu ga stres, Abang takut kamu sakit!"

"Abang waktu itu bukan pergi ke Bandung tapi ke Surabaya, Nemani Papa Mama. Abang pikir setelah papa melewati masa kritisnya seminggu, baru Abang kasih tau kamu tapi perkiraan Abang salah."

"Kabar Mama?"

"Mama udah Siuman tapi belum bisa pulang masih harus di rawat, Nanyain kamu terus, dia takut banget kamu tau. Takut kamu stres padahal kamu mau lomba, mangkanya mama bilang jangan kasih tau Laras."

LARAS[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang