#49 Rambut Kakek

505 119 39
                                    

Heesung mengerutkan dahi saat Jungkook memberikan sebuah lipstik padanya. "Ini ...."

"Tolong deteksi sidik jari siapa saja yang ada di sana. Kemarin ada yang meneror Tzuyu. Aku curiga Jisu yang melakukannya."

Pagi buta, Jungkook meminta sang asisten datang. Ia hanya penasaran soal siapa yang meneror Tzuyu. Satu orang yang kini membuatnya curiga adalah Jisu. Sebab, teror ini muncul bertepatan dengan hari pertamanya bekerja.

Heesung semakin bingung saat Jungkook justru menuduh gadis itu. Ia bisa pastikan, selama seharian, Jisu selalu bersamanya. Bahkan, mereka pergi ke kebun binatang bersama. Tidak mungkin jika Jisu yang melakukannya.

"Gadis itu terus bersamaku."

"Aku langsung curiga padanya karena memang, ini pertama kalinya ada teror dan kebetulan, Jisu mulai bekerja bersamaku. Tolong cari saja apa yang kuminta. Aku harus pergi sekarang," jelas Jungkook. Tentu, Heesung segera mengangguk lalu meletakkan lipstik itu di sakunya. Namun, Jungkook segera menghentikan. "Tunggu."

Jungkook kembali meraih lipstik itu, membulatkan mata kala menemukan ukiran SJ di sana. Ya, setiap barang yang Soojin punya, pasti memiliki ukiran yang sama. Bahkan, ia merasa sudah membuang semua barang milik Soojin. Ia heran sebab lipstik itu tiba-tiba saja ada di atas meja rias Tzuyu.

Tidak mungkin 'kan?

Jungkook kembali memberikan lipstik itu pada Heesung. "Tolong temukan sidik jari siapa saja yang ada di sana."

👶🏻👶🏻👶🏻

Jungkook menghela napas saat Jisung segera berlari dengan handuk yang masih membalut tubuhnya. Aksi Jisung, tentu diikuti oleh Jihyun. Keduanya tertawa, sementara sang ayah menyandarkan tubuh pada sofa dengan raut lelah. Sungguh, semakin bertumbuh, triplets semakin sulit diatur.

Tzuyu terkekeh saat mendapati kondisi Jungkook yang mengenaskan. Ia kemudian duduk di sampingnya, sembari meletakkan secangkir kopi panas di meja. Padahal, beberapa saat yang lalu ia sudah menawarkan sebuah bantuan. Namun, Jungkook menolak dengan alasan, ia sudah terbiasa. Lihatlah sekarang, lelaki itu malah kerepotan karena tingkah Jisung dan Jihyun.

Jina berkacak pinggang. Dahinya berkerut dengan bibir berkerucut. "Kalian!"

Tzuyu juga Jungkook menahan tawa mereka saat teriakan itu mulai terdengar. Alih-alih terlihat menyeramkan, gadis kecil itu malah terlihat sangat menggemaskan.

"Ayah sudah tua. Kalian harus menurut."

Tzuyu tertawa saat mendengar pernyataan dari Jina. Sementara, lelaki yang dibicarakan hanya mencebik kesal. Ia masih muda. Bahkan, usianya belum mencapai seperempat abad.

Tzuyu mencolek bahu Jina yang tadi seolah sedang melakukan orasi. Ia tersenyum, tentunya sembari menahan tawa. Apalagi, Jina berbalik dengan wajah polosnya. Tak ada raut marah yang sebelumnya ia lakukan.

"Kenapa, Bibi? Mereka nakal."

Tzuyu menepuk sisi sofa yang kosong di sebelahnya. "Duduk di sini, jangan berteriak. Nanti tenggorokanmu sakit. Biar Bibi yang mengatasi mereka."

Belum sempat Tzuyu bicara, dua balita nakal itu segera menghampirinya. Mereka berdua nampaknya lebih menurut pada Tzuyu dibanding sang ayah. Apalagi setelah kejadian sang ayah menangis di depan si bungsu.

"Cha, siapa dulu?" Tzuyu meraih kotak yang berisi perlengkapan triplets. Dari lotion, bedak tabur, minyak telon, hingga pelembap ada di sana. Segera, Jisung mendekat lebih dulu sembari mengacungkan tangan mungilnya.

Lithe✅Where stories live. Discover now