#47 Playful date

536 122 28
                                    

Jungkook menatap rumah dengan gaya klasik itu. Sudah sekian lama sejak ia pergi meninggalkan rumah itu tanpa sepeser pun uang juga identitas dari keluarga itu. Demi Tzuyu, ia akan berusaha agar gadis itu bisa bertemu dengan keluarganya. Ya, demi sebuah jawaban setuju dari gadis itu.

Dengan hati gemetar, Jungkook menekan bel. Ada rasa malu juga rindu yang berpadu di dalam hatinya. Bohong jika ia sama sekali tak merindukan orang tuanya. Terutama sang ibu. Andai bisa memutar waktu, ia pasti takkan pernah mengucap kata-kata kasar hingga memutus hubungan kekeluargaan mereka.

Jungkook mulai berjalan bolak-balik, menunggu pintu gerbang itu terbuka. Namun, sudah beberapa saat berlalu, tak ada seorang pun yang membukakan gerbang, membuat lelaki itu semakin ragu untuk kembali berusaha.

"Aku lupa, aku yang memutus hubungan." Jungkook berbalik kemudian melangkah menuju mobil. Ia sempat berbalik, berharap pintu gerbang itu terbuka. Namun, harapannya benar-benar kosong. Tak ada yang menunggu kepulangannya sama sekali.

Jungkook terawa getir. Terlalu banyak kata andai yang bergumam dalam hatinya. Namun, seperti yang Tzuyu katakan, ia takkan bisa mengubah apa pun. Semuanya sudah berlalu.

Jungkook merogoh ponselnya di saku, mencari nomor Tzuyu lalu menghubunginya. Ini baru sekali. Namun, rasanya ia ingin sekali menyerah saat ini juga. Ia sudah terlalu durhaka bahkan memutus ikatan pada keluarganya.

"Tzuyu, aku tidak bisa mempertemukanmu dengan mereka. Mereka bahkan menolakku."

👶🏻👶🏻👶🏻

Suara gemetar dari seberang sana, membuat Tzuyu beranjak dari duduknya. Ia tahu, rasanya pasti akan sangat sulit. Namun, Jungkook harus memperbaiki hubungannya. Bukan apa-apa, Tzuyu tak mau jika lelaki itu menyesal saat kehilangan orang tuanya.

"Kau bisa coba lagi besok, Oppa."

"Wah, kau sangat bisa menghiburku ternyata. Cepatlah bersiap, kita harus menemui dokter. Lalu ... Bagaimana jika kita berkencan? Ayolah, kita belum punya banyak momen."

"Lalu triplets?" Tzuyu menoleh. Jisu nampaknya cukup kesulitan untuk dekat dengan mereka. Bahkan, Tzuyu sudah lihat seberapa banyak usaha yang Jisu lakukan. Namun, triplets terus menempel pada Tzuyu. "Jisu kesulitan untuk dekat dengan mereka."

"Aku akan minta Heesung ke sana. Jangan khawatir. Pokoknya, kau harus siap-siap, aku akan segera menjemputmu."

Tzuyu tersenyum. Ia bisa bayangkan seromantis apa kencan mereka berdua hari ini. "Baiklah."

"Aku mencintaimu."

"Aku juga." Tzuyu meletakkan ponselnya, kembali menghampiri Jina yang nampaknya sibuk memakaikan baju untuk stikernya.

"Bibi, bajunya tidak bagus." Jina melepas stiker itu, kemudian melemparkan pandangan pada Jisu. "Bisa tolong aku?"

Tzuyu tersenyum saat melihat senyum di wajah Jisu. Ia tahu rasanya bagaimana diabaikan oleh anak-anak, dan hatinya terasa hangat saat Jina mulai menyapa. Di antara mereka bertiga, memang Jina yang mungkin paling mudah terbuka. Meskipun tak terlalu cepat, gadis kecil itu tetap mau menerima orang baru. Berbeda dengan Jihyun dan Jisung. Mereka lebih sering memanggil nama Tzuyu dibanding Jisu.

Jika kedepannya Jihyun masih menghindar, aku rasa ada sesuatu yang disembunyikan Jisu.

👶🏻👶🏻👶🏻

Lithe✅Where stories live. Discover now