#24 Accident

751 141 33
                                    

Tzuyu menoleh dengan mulut penuh. Tentu, ini membuat Jungkook merasa kekhawatirannya benar-benar tanpa alasan. Ia sudah berlari ke sana kemari. Namun, ia malah menemukan Tzuyu makan sandwich di pos keamanan. "Waeyo?"

Tzuyu menelan sandwich yang telah ia kunyah lalu menyeruput kopi yang tadi ia beli. "Kenapa kau berkeringat? Kau berolahraga?"

Mata Tzuyu membulat sempurna saat lelaki itu mendekapnya. Dengan tangan yang masih direntangkan, Tzuyu masih bertanya-tanya alasan utama lelaki itu memeluknya. Padahal, ia tak menangis. Ia hanya sedang menikmati hidupnya dengan makan sendiri di sana. Lagi pula, menurutnya Jihyun benar. Ia bukan bagian dari keluarga itu. Jadi, untuk apa ia tetap di sana.

"Apa kau tahu bagaimana khawatirnya aku?" Jungkook memegang kedua bahu Tzuyu, menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan gemetar. "Aku pikir sesuatu yang buruk terjadi padamu."

Tzuyu menepis tangan lelaki itu. "Apa pedulimu? Lagi pula, aku rasa tidak penting apakah aku baik-baik saja atau tidak."

"Kau penting bagiku, Tzuyu." Pupil lelaki itu membesar, seiring dengan detak jantungnya yang kian kencang. Meski butuh begitu banyak waktu, Jungkook mulai sadar jika waktunya mulai bergerak karena gadis itu. Perlahan ia menapaki dunia baru dan meninggalkan lembaran pilu yang sebelumnya ia pijak.

Ia tahu, rasanya mustahil jika 3 tahun tergantikan dengan 3 minggu saja. Namun, kali ini ia sungguh melupakan apa pun soal rasa sakitnya. Terlebih, setelah gadis itu meyakinkan dirinya jika menjelaskan segalanya pada triplets adalah yang terbaik. Ia takkan memedulikan gadis sandwich yang Soojin tulis. Ia akan memilih gadis yang ia cintai sendiri.

Tzuyu terus menatap lelaki itu sebelum akhirnya tertawa lepas. "Astaga, kau tahu? Tadi kau terlihat seperti anak kecil. Tatapanmu itu sangat polos. Sekarang kembalilah ke unit. Aku ingin menikmati waktuku sebentar."

"Kau tidak akan pergi?"

"Bagaimana bisa aku pergi tanpa koper? Semua dokumen pentingku ada di sana. Sudahlah, jangan menggangguku." Tzuyu kembali duduk di depan pos keamanan. Namun, ia berdecak saat Jungkook malah menarik tangannya. Padahal, ia sudah membuka mulut untuk kembali menyantap sandwich itu.

"Apa kau tidak bisa membiarkanku makan dengan tenang? Pulanglah."

"Shireo." Lelaki itu masih memegang tangan Tzuyu. Ia takkan melepas gadis itu dengan mudah.

"Berbahaya meninggalkan triplets. Cepat kembali."

Tzuyu membulatkan mata saat lelaki itu justru menggendongnya. Ia berontak agar Jungkook menurunkannya. Namun, sepertinya lelaki itu tak ingin memberi kesempatan pada Tzuyu untuk kabur.

"Astaga, kau berniat membuatku malu?"

"Ini kawasan apartemen mewah. Tidak akan ada yang peduli. Mereka lebih suka mengurus urusan mereka sendiri." Jungkook berjalan santai seolah tak membawa beban berat. Apalagi, sebelumnya ia terbiasa membawa furnitur yang berat.

Jungkook menekan tombol lift, menunggu sesaat sebelum melangkah masuk. Ia seolah tak peduli pada beberapa orang yang keluar dari sana dan menatap mereka. Mungkin, mereka berpikir jika Tzuyu dan Jungkook adalah pasangan pengantin baru yang tak tahu malu memperlihatkan kemesraan.

"Turunkan aku."

"Shireo."

Tzuyu menghela napas, memilih pasrah dengan apa pun yang Jungkook lakukan. Lagi pula, ia yakin Jungkook takkan bisa bertahan lama. Sebentar lagi ia akan menurunkan gadis itu. Ia hanya perlu menunggu kapan waktunya akan datang.

Tzuyu tersenyum menang saat Jungkook menurunkannya. "Ah, aku lupa. Kau sudah tua."

"Mwo?! Yak! Jaga mulutmu."

Tzuyu mengendikkan kedua bahu kemudian kembali menyantap sandwich itu. Rasanya sudah sangat lama ia tak makan sandwich itu. Mungkin, terakhir kali saat ia bekerja di sana. Itu pun, saat ia masih duduk di kelas 2 SMA.

"Aku hanya merasa punggungku gatal." Lelaki itu mulai menggaruk bahunya, membuat Tzuyu segera terkekeh.

"Apa punggungmu pindah? Astaga, ini gawat."

Tuan Jeon, entah serius atau tidak perkataanmu tadi, aku harap kau tidak menaruh perasaan padaku. Jihyun tidak menyukaiku, batin Tzuyu. Ia memang seharusnya membujuk anak itu. Namun, ia merasa takkan ada kesempatan untuk melakukannya. Jihyun benar-benar menganggap jika ia penyebab kepergian Soojin.

👶🏻👶🏻👶🏻

Jihyun menghampiri sang ayah. Padahal, Jisung dan Jina sejak tadi bermain petak umpet bersama Tzuyu. Anak laki-laki itu masih kukuh dengan pendiriannya. Ia tak mau menerima Tzuyu meski sebelumnya, ia begitu menyayangi gadis itu.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Jungkook dengan tangan yang masih sibuk memegang kayu juga mata yang terfokus pada selembar petunjuk. Ia menambah kursi di meja makan agar Tzuyu bisa makan bersama dengan mereka. Lagi pula, saat ini Tzuyu sudah seperti bagian penting dalam keluarga itu. Rasanya tak adil jika membiarkan Tzuyu menunggu hingga salah satu selesai makan.

"Aku ingin di sini saja."

"Apa kau kalah salam permainan?"

Jihyun menggeleng. "Aku tidak mau bermain dengan Bibi Tzuyu."

"Kenapa tidak mau? Bibi Tzuyu sangat baik." Jungkook menghentikan aksi merakit kursi itu kemudian meminta Jihyun duduk di pangkuannya.

"Aku hanya sayang pada Ayah." Anak itu masih menyimpan kecurigaan pada Tzuyu. Apalagi, ia ingat bagaimana Tzuyu dengan mudah akrab dengan adik-adiknya. Ia merasa jika Tzuyu terus mencoba mendekati mereka.

"Jihyun, dengarkan Ayah, Bibi Tzuyu sama sekali tidak kenal Ibumu. Dia tidak membuatnya pergi."

"Ayah bohong."

"Itu kenyataannya, sayang. Jihyun sayang Ayah 'kan? Itu artinya Jihyun juga harus menyayangi Bibi Tzuyu." Jungkook sebenarnya cukup bingung memilih kata yang mudah Jihyun cerna. Tak mungkin ia masukkan kebohongan-kebohongan karena itu sangat tak baik. Akan sangat berbahaya jika suatu saat kebohongan itu diketahui. Mungkin, saat itu Jihyun bertekad takkan percaya pada siapa pun.

"Aku hanya ingin Ayah. Aku tidak mau Ibu." Si sulung beranjak, berjalan menuju kamar sang Ayah. Namun, ia segera menangis saat rasa perih menjalar di telapak kakinya. Ia semakin panik saat melihat ada noda darah dari bekas kakinya.

Mendengar jerit tangis Jihyun, tentu membuat Tzuyu segera berlari. Ia membulatkan mata, terkejut dengan apa yang terjadi. Tanpa bicara, ia menarik paku yang Jihyun injak. Memang terasa sangat sakit. Namun, itu takkan membuat pakunya semakin menancap. Ia yakin, Jungkook terlalu panik hingga lupa jika paku itu masih menancap.

"Kita harus membawanya ke rumah sakit. Aku akan ambilkan kunci mobilmu." Suara Tzuyu terdengar gemetar. Gadis itu ingin menangis karena Jihyun yang terus menjerit. Ia sungguh tak sanggup melihat semua ini.

"Ini bisa diobati."

"Aniyo, dia menginjak paku. Dia harus dibawa ke rumah sakit." Tzuyu membawa ponselnya yang tergeletak di dekat TV lalu memberikan kunci mobil itu pada Jungkook. Selanjutnya, ia berbalik, tersenyum pada Jina dan Jisung yang terlihat akan menangis. "Bibi akan minta paman Heesung kemari. Kalian diam saja di sini. Jika ada yang menekan bel, jangan membukanya sembarangan. Pastikan itu adalah paman Heesung."

"Apa Hyung akan baik-baik saja?"

Tzuyu tersenyum kemudian mengangguk. "Tentu saja. Kalian percaya pada Bibi 'kan?"




👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻

Gk bisa janjiin triple, takutnya gk keburu

13 Sep 2021

Lithe✅Where stories live. Discover now