#35 Sebuah Kebebasan

661 131 15
                                    


Jungkook terus menghindari tatapan dari Jisung. Sejak tadi, balita itu terus menahan tawa jika bertatapan dengannya. Ia sungguh tak punya harga diri lagi di hadapan Jisung. Lagi pula, rasanya memang sakit. Tak mungkin jika ia menahannya. Bahkan, saat ini ibu jarinya masih berdenyut sakit jika ia berjalan.

Astaga, setelah ini Jisung pasti tidak akan mendengar ucapanku, rutuknya dalam hati. Selama ini, ia tak pernah ceroboh hingga melukai diri sendiri. Itu sungguh kali pertamanya dan terasa begitu sakit. Ia sungguh tidak akan dekat-dekat dengan kulkas lagi setelah ini. Ia tak mau jika kukunya patah lagi.

Tzuyu duduk di samping lelaki itu. Triplets sudah terbiasa tidur siang sendiri. Jadi, Tzuyu tak perlu menemani mereka. Jina mengatakan jika sekarang mereka sudah besar. Oleh karena itu, Tzuyu segera pergi setelah menggantikan baju mereka. "Apa rasanya masih sakit?"

Bibir lelaki itu mengerucut. Ia lantas mengangguk, membenarkan pertanyaan Tzuyu. Ini sudah tengah hari dan kakinya masih terasa begitu sakit. Bahkan, karena lukanya, ia ragu untuk ke kamar mandi atau tidur.

Tzuyu terkekeh dengan jawaban yang ia dapat dari lelaki itu. Tangannya menyuar rambut Jungkook yang begitu halus. "Memang rasanya sangat sakit. Mungkin, besok tidak akan terasa sakit lagi. Lagi pula, untuk apa kau menendang roda kulkas? Kau sedang mencoba ilmu kebal?"

Jungkook memicingkan mata setelah mendengarnya. Jika ia tahu akan terluka, mungkin ia takkan berdiri di sana. "Aku tidak tahu akan terluka."

"Itu karena karma. Kau memelukku sembarangan. Itulah akibatnya."

Memang, berkencan saat ia memiliki anak, tentu sangat sulit. Ia hanya mencoba mencuri waktu untuk tetap bisa menikmati waktunya bersama Tzuyu. Namun, yang ia dapat justru rasa sakit. Jika seperti ini, ia akan kesulitan memiliki momen-momen manis bersama kekasihnya. Ia tak bisa bayangkan jika ada bayi lagi. Mungkin, ia tetap akan kesepian.

"Kau tidak malu? Maksudku, kau adalah seorang Ayah, tuan Jeon. Apa bermesraan sangat penting?"

"Bukan tuan Jeon, tapi sayang." Lelaki itu bersandar pada sandaran sofa, tersenyum sembari menatap Tzuyu yang duduk di sampingnya. "Pola pikirmu benar-benar mencerminkan seseorang yang sudah lama menikah. Mau kuajari sesuatu?"

Tzuyu memutar malas kedua bola matanya. Ia menyerongkan tubuh, menghadap lelaki itu. "Tidak perlu."

"Kau sangat minus dalam urusan seperti ini." Jungkook mengulurkan tangannya, menunggu Tzuyu menggenggamnya. Namun, gadis itu justru tetap diam, menatap tangan lelaki itu kemudian menatap Jungkook untuk bertanya. Tentu, Jungkook segera mendelik sembari menarik tangan Tzuyu. "Begini saja kau tidak mengerti?"

"Wah ...."

Jungkook membulatkan mata kemudian menoleh saat mendengar suara Jina. Ia terkejut saat mendapati Jina, Jisung, juga Jihyun menopang kepala mereka dengan kedua tangan. Mereka terlihat seperti sebuah bunga yang baru mekar dengan senyum sebagai pemanis.

"Se-sejak kapan kalian di sini?"

Jina tertawa kemudian menghampiri sang ayah. Tentu, dengan cepat Jungkook melindungi ibu jari kakinya agar tak terinjak. "Sejak tidak bisa tidur. Ayah sedang apa?"

Tzuyu menahan tawanya. Baginya, raut bingung dan panik Jungkook terlihat begitu lucu. Apalagi, saat matanya mulai terlihat membesar dan mulut yang agak terbuka. Ia takkan membantu lelaki itu untuk menjelaskan. Lagi pula, itu salahnya, bertingkah sampai melupakan jika ada 3 balita di rumah.

"A-ayah ...." Jungkook merungut saat Tzuyu tiba-tiba beranjak. Bahkan, gadis itu malah melambaikan tangan sembari mengajak Jihyun juga Jisung untuk kembali ke kamar.

"Ayah sedang apa?" Sentuhan Jina di pipinya, membuat Jungkook kemudian menoleh.

"Ayah? Ayah hanya berterima kasih pada Bibi Tzuyu. Ayo, kau juga harus tidur siang."

Astaga, apa yang kulakukan?

👶🏻👶🏻👶🏻

Tzuyu meletakkan kopi yang baru selesai ia buat. Ia akan menikmatinya bersama biskuit untuk bersantai sore ini. Ia baru selesai memandikan triplets. Bahkan harum minyak telon bercampur parfum bayi yang menenangkan, masih tercium di ruang tengah.

"Jisung ...."

Suara Jungkook yang terdengar frustrasi, membuat Tzuyu terpaksa meninggalkan ritual santainya. Ia khawatir jika triplets menjahili Jungkook. Apalagi, kaki lelaki itu masih belum sembuh. Namun, melihat bagaimana Jungkook harus berdiri dengan satu kaki sembari memegang sebuah buku, Tzuyu seketika ingin tertawa.

"Tzuyu, tolong aku."

Tzuyu menggelengkan kepalanya. Ia lantas masuk ke ruang bermain triplets. "Anak-anak, kasihan Ayah jika harus seperti itu."

"Ayah yang mengatakan ingin jadi model. Jadi, tetaplah seperti tadi." Jina dengan rambut dikepang dua, nampakserius pada gambarnya. Ia sama sekali tak peduli pada hal lain. Bahkan, tangan kirinya menggenggam 2 pensiwarna sementara tangan kanannya masih asyik menggam

"Ayah juga mengatakan tidak apa-apa. Kenapa Ayah marah?"

"Tapi jika begini rasanya pegal. Ayah akan duduk saja." Jungkook menarik kursi, tak peduli dengan tatapan kesal dari Jisung. Kakinya sungguh pegal dan Jisung tak membiarkannya untuk istirahat sebentar saja.

"Ayah, gambarku jadi rusak nanti." Balita dengan wajah nyaris mirip dengan Jungkook itu, beranjak. Ia tak terima jika sang ayah tidak memegang ucapannya. Padahal, tadi sang ayah setuju untuk menjadi model.p
"Ayah kalian semakin tua, jadi wajar saja dia kelelahan. Bagaimana jika Bibi saja yang gantikan. Boleh?"

"Aku bahkan belum dua puluh lima tahun

Tzuyu tersenyum sembari meminta lelaki itu untuk duduk. Ia menghampiri, lalu berbisik, "Kau harus akui jika tubuhmu itu sudah lemah. Lain kali berolahragalah atau kau akan sangat lemah meski baru menginjak usia dua puluh lima tahun."

Tzuyu bersikap seolah tak mengatakan apa pun. Ia lantas mengambil alih buku yang tadi Jungkook pegang kemudian berpose serupa.

Dulu, mungkin prinsip Jungkook adalah 'lakukan apa pun demi triplets' Namun, kehadiran Tzuyu seolah memberi dampak yang cukup besar bagi lelaki itu. Ia mulai bisa menolak demi kepentingannya sendiri. Ia tahu, itu cukup egois, tapi tak ada salahnya jika hidup atas kemauannya sendiri.

Lain hal saat Soojin masih bersamanya. Segala hal yang ada dalam hari-harinya, diatur sedemikian rupa. Hingga akhirnya, ia terbiasa dengan kata 'ya' tanpa peduli dampak yang akan ia hadapi. Termasuk soal kebiasaan minum-nya atau mungkin ... Memutuskan hubungan dengan keluarganya.

Menurutnya, Tzuyu tak mengatur. Ia akan lakukan apa pun sesuka hati tanpa perlu sebuah persetujuan. Bahkan, saat ini Tzuyu sama sekali tak bertanya soal Soojin atau minimal, keluarga Jungkook. Gadis itu seakan memberinya sedikit ruang untuk memilah apa yang ingin atau tidak ingin ia katakan.

Aku jadi ingat pertanyaanmu, Tzuyu. Apa aku bertemu dengan orang yang tidak tepat? Tapi, jika kita bertemu lebih dulu, mungkin aku akan lebih dulu menyukaimu, Tzuyu.

Memang, pertanyaan itu sangat salah. Terlebih, Soojin juga memiliki peran penting untuk mempertemukannya dengan triplets.

👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻

Adakah yg hari ini UTS? Mangatse, kalian pasti bisa💕

Buntutnya ganggu mulu ya😂

20 Sep 2021

Lithe✅Where stories live. Discover now