#42 Keraguan

632 127 34
                                    

"Mianhae, Tzuyu. Apa terasa sangat sakit?"

Tzuyu tersenyum lalu menggeleng. Saat ini kondisinya mulai membaik. Meskipun, rasa ngilu di tulang rusuk sebelah kirinya, masih terasa. Namun, ia bersyukur karena obat pereda nyeri itu bisa sedikit meringankan rasa sakitnya.

Joie masih menatapnya, dengan isakan yang tak kunjung mereda. Gadis itu merasa sangat bersalah dengan kondisi Tzuyu saat ini. Mungkin, jika kemarin ia tak berlari, Tzuyu takkan berakhir mengenaskan seperti ini. "Aku kekanakan, bukan? Seharusnya aku mendengar penjelasannya secara utuh."

"Ini bukan salahmu. Lagi pula, aku akan segera pulang." Dengan percaya diri, gadis itu bicara. Padahal, masih belum ada kepastian kapan ia akan pulang. Memang belum genap 2 hari ia ada di sana. Namun, ia sudah merasa sangat bosan dengan kamar bernuansa putih gading itu. Mungkin, jika warnanya bukan putih, ia takkan terlalu bosan.

"Eomma sudah menceritakannya, tapi aku masih marah karena Eomma melepaskan Soojin dengan mudah. Terlepas dari rasa kemanusiaan, jelas-jelas monster kecil itu tidak pantas dapat pengampunan. Dia tetap seorang pembunuh dan selamanya akan seperti itu." Ada sedikit rasa lega karena gadis itu sudah tak ada lagi di dunia ini. Namun, ia tetap kesal karena Soojin tak merasa tersiksa lebih dulu sebelum ajal menjemput. Bahkan, gadis itu justru hidup bahagia dengan keluarga kecilnya.

"Tzuyu, kau tidak akan bersamanya 'kan? Secara tidak langsung, pria itu juga terlibat."

Tzuyu terdiam. Jantungnya mulai berdebar saat disuguhi pertanyaan itu. Tentu saja, ia akan tetap bersama Jungkook dan triplets. Lagi pula, Jungkook juga baru mengetahui bagaimana Soojin yang sebenarnya. Bahkan, lelaki itu begitu terpukul saat tahu jika isteri yang sebelumnya sangat ia cintai, ternyata menyembunyikan rahasia yang begitu besar.

"Dia juga baru tahu, Joie."

"Kau yakin soal itu? Bisa saja dia berpura-pura." Ucapan Joie, membuat Tzuyu mengerutkan dahi. Tidak, ia yakin Jungkook tidak seperti itu. Terlebih, lelaki itu begitu terpukul setelah membaca buku harian milik mendiang Soojin. "Bagaimana jika Soojin masih hidup?"

"Joie, tolong jangan melantur. Itu sangat mustahil."

👶🏻👶🏻👶🏻

Jungkook menunjukkan beberapa desain rumah serta apartemen pada Tzuyu. Memang, pernikahan mereka masih belum pasti. Namun, ia akan persiapkan segalanya dari sekarang. Ia tak mau saat menikah nanti, mereka harus kebingungan dengan tempat tinggal.

Lelaki itu mengerutkan dahi saat Tzuyu tak menjawab. Tzuyu terus terdiam, memikirkan soal pertanyaan yang Joie ajukan tadi. Memang agak mustahil jika Soojin masih hidup. Namun, tak menutup kemungkinan jika gadis itu masih hidup. Ia sungguh takut jika dugaan itu memang benar. Ia tak mau kehilangan Jungkook dengan cara yang menyakitkan.

Jungkook tersenyum lalu menyentuh pipi Tzuyu. "Kau memikirkan sesuatu?"

Tzuyu menatap langsung netra lelaki itu. Ia berusaha mencari kebenaran dari sana. Namun, ia tak melihat apa pun selain tatapan hangat dari sang kekasih. "Aku memang memikirkan sesuatu. Tapi tolong jangan marah saat mendengarnya."

Jungkook mengangguk setuju. Lagi pula, ia tak mungkin memarahi gadis itu tanpa alasan.

"Apa Soojin benar-benar sudah meninggal? Dia tidak akan kembali 'kan?" Tzuyu memilih untuk menatap selimut dibanding mata lelaki itu. Ia pikir, Jungkook akan marah. Ternyata tidak. Lelaki itu justru tersenyum sembari meraih tangannya.

"Aku bisa pastikan semua itu. Kau takut dia kembali dan merebutku? Wah, sepertinya pelajaran-pelajaranku mulai masuk ke otakmu. Kau posesif padaku?" Jungkook terkekeh saat rona mulai menghias wajah gadis itu. Rona itu terlihat kontras dengan wajah pucat Tzuyu saat ini. "Aku yang melakukan seluruh prosesi pemakamannya, Tzuyu. Dia tidak akan kembali."

Lithe✅Where stories live. Discover now