#4 For The First Time

901 164 39
                                    

Tzuyu duduk di depan rumah yang Nayoung sulap menjadi tempat untuk kelompok bermain itu. Ia memegangi perutnya yang terasa sangat melilit. Sekarang ia baru menyesal kenapa harus memberikan semua jatah makan hariannya. Namun, bayangan senyum dari 3 anak itu mampu meredam rasa kesalnya. Berbeda dengannya, ia harap triplets bisa makan dengan enak.

"Oh astaga, aku tidak bisa menahannya lagi," gumam Tzuyu. Sebelah tangannya masih memegangi perut. Sementara tangan kirinya, merogoh saku untuk mencari ponsel. Ibu jarinya yang lentik mulai mengusap layar, mencari kontak seseorang yang mungkin bisa ia mintai pertolongan.

Nada tunggu membuat Tzuyu bergumam dalam hati, berharap orang yang ia hubungi segera mengangkat. Namun, setelah beberapa saat benar-benar tak ada jawaban atau penolakan. "Eonni pasti sedang tidur. Ah, mana mungkin aku mencuri atau bekerja lebih dulu. Tubuhku rasanya lemas karena hanya makan nasi kepal tadi siang. Itupun hanya sedikit."

Tak menyerah, kali ini Tzuyu mencari nomor lain. Memang sudah lama tak ia hubungi, tapi ia harap, orang itu masih ingat nomornya.

"Ah, Joie, ini aku, Tzuyu. Apa kau masih ingat padaku?"

"Chou Tzuyu? Ya! Apa kau tahu seberapa lama aku mencarimu? Kau nekad, Tzuyu. Ibuku sampai khawatir dan terus memikirkanmu. Di mana kau sekarang?" Joie. Sahabat Tzuyu sejak ia kehilangan ayahnya. Hari itu, mereka bertemu di rumah duka dan ibu Joie merasa kasihan karena Tzuyu tak punya siapa-siapa lagi. Ia putuskan untuk merawat Tzuyu sampai kapan pun. Namun, saat menginjak bangku SMA, Tzuyu tiba-tiba pergi tanpa meninggalkan pesan. Bahkan, ia mengganti nomor agar tak bisa dihubungi.

Namun, siapa sangka? Sekarang ia tak punya pilihan selain kembali merepotkan keluarga Joie. Padahal, saat SMA ia bertekad mengembalikan semua uang yang ibu Joie keluarkan untuknya. Andai ia tak tertipu, ia mungkin bisa mengembalikan semua biaya hidupnya selama 3 tahun.

"Joie, bagaimana kabarmu?"

"Aku? Tentunya baik. Di mana kau sekarang? Aku akan memukulmu karena membuatku khawatir."

Tzuyu tersenyum mendengar omelan dari Joie. Sahabatnya itu masih sama. Ia jadi merasa bersalah karena kabur begitu saja. Padahal, Joie dan ibunya memberikan banyak kasih sayang untuknya. Apalagi, saat itu ia sedang benar-benar hancur. Setelah menyaksikan bagaimana sang ibu kembali menikah dengan lelaki lain, lalu tak lama setelah itu sang ayah tewas dalam sebuah kecelakaan.

"Aku ada di Gangnam. Aku bekerja menjadi guru di kelompok bermain. Tidak perlu khawatir, aku hidup dengan baik."

"Aku akan ke sana. Bisa kirimkan lokasinya? Aku benar-benar akan langsung menghajarmu."

👶🏻👶🏻👶🏻

Triplets sangat antusias mengeluarkan kotak bekal yang Tzuyu masukkan ke tas mereka. Tentu, ini membuat Jungkook mengerutkan dahi. Pasalnya, ia tak tahu jika gurunya anak-anak membekali mereka makanan. Biasanya juga tidak.

Tanpa meminta bantuan, mereka meletakkan kotak makan itu di meja, bergegas ke dapur dan membawa masing-masing sumpit dengan warna kesukaan mereka. Tentu, lelaki itu mulai penasaran makanan apa yang diberikan guru dari anak-anaknya.

"Ayah, tolong buka," ujar Jina setelah ia berhasil naik ke kursi. Tentu saja, Jungkook langsung melakukannya karena ia benar-benar penasaran apa yang ada di dalamnya.

Jungkook mengerutkan dahi saat mendapati nasi yang dibentuk memjadi kepala beruang. Dilengkapi dengan beberapa potongan kecil wortel, timun, brokoli, juga selembar selada bokor sebagai alas. Ia lantas menatap wajah putrinya. Namun, tak ada rasa benci di sana. Padahal, triplets selama ini sangat tidak suka sayuran.

Lithe✅Where stories live. Discover now