"Saya juga ikut, bu?" tanya Shafira kaget melihat namanya ada dalam list.

            "Ya jelas, kamu kan kemarin abis bikin press release. Jadi sekalian aja kamu ikut, buat ngisi berita dimajalah kantor." Ucap Anjani. "Saya udah minta tolong Dinar cari fotografer yang bagus, si Galih lagi gak bisa dateng, sakit." Tambah Anjani.

            Shafira menghela nafas. Bukannya dia tidak mau datang ke Noiré karena masa lalunya atau karena takut bertemu Revaldo, tetapi ikut makan malam dengan orang kantor berarti dia harus pulang, dan Shafira belum terbiasa melalui jalan menuju rumahnya dilarut malam.

            "Oke bu, saya ajak Dinar untuk siapin tempatnya ya." Shafira segera kembali ke mejanya dan menemukan Dinar sudah ada dikursinya.

            "Bu Anjani udah kasih tau lo buat acara besok?" tanya Shafira.

            Dinar menganggukan kepalanya. "Iya udah dikasih tau. Hari ini lo mau ke restorannya gak?"

            Shafira menganggukan kepalanya. "Iya, udah mepet juga kan. Tapi kata bu Anjani sih dia udah urusin semuanya jadi kita hari ini make sure aja semua sesuai rencana." Sahut Shafira. "Berarti lo besok ikutan dong?"

            "Iyap. Lumayan makan gratis, fancy lagi," Dinar tertawa senang. "Lo ikut juga kan?"

            "Iya, tapi mungkin gue gak sampai selesai."

            "Kenapa? Kan ini direstoran cowok lo sendiri, masa mau langsung balik? Apa karena dia gak ada?" Dinar menatap Shafira penasaran sedangkan perempuan itu hanya meringis.

            "Ada urusan keluarga," jawab Shafira. Dia tidak berniat untuk memberitahu Dinar bahwa kini dia sudah tidak tinggal di Jakarta dan dia terlalu takut untuk pulang tengah malam. Dia juga tidak berniat untuk mengklarifikasi bahwa dirinya dan Revaldo sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi karena Shafira terlalu malas memberikan penjelasan.

            "Oh ya udah, yang penting lo izin di awal sama bu Ita biar dia gak bete." Pesan Dinar yang langsung di setujui oleh Shafira.

~||~

            Noiré masih seperti saat terakhir Shafira datangi bersama Sarah beberapa bulan yang lalu. Hanya saja kini ada rasa yang berbeda ketika Shafira menginjakkan kakinya disana. Apabila dulu Shafira merasa excited hingga gelisah karena berharap bertemu dengan Revaldo, kali ini Shafira hanya merasakan sesak di dadanya dan keinginan untuk menangis yang berusaha ditahannya sejak dia terakhir kali melihat Revaldo di Bali.

            Shafira sudah kuat selama dua bulan ini, dan pertahanannya tidak boleh runtuh hanya karena dirinya harus menginjakkan kaki di Noiré.

            "Hai, lo dateng early," Dimas menyapanya di pintu Noiré membuat Shafira berjengit kaget.

            "Iya, mau make sure aja semuanya sesuai permintaan sebelum big boss dateng," sahut Shafira dengan senyum canggung. Perempuan itu sejujurnya tidak tahu apakah Dimas sudah tahu bahwa dirinya dan Revaldo sudah selesai. Shafira tidak ingin bertanya dan dia tentu saja tidak ingin membahasnya.

            Yang ingin perempuan itu lakukan saat ini adalah pulang kerumahnya.

            Restoran sudah cukup ramai saat Shafira sampai, namun tidak seramai saat dirinya dan Sarah datang. Mungkin karena belum jam makan malam, atau mungkin karena kantor Shafira sudah mereservasi setengah dari kapasitas restoran ini.

            "Oh, yuk gue anter ke meja yang udah di reserved." Dimas mengajak Shafira menuju meja yang disusun panjang sebanyak dua baris dengan akses full ke open kitchen mereka dan cukup private karena tidak akan ada pengunjung lain yang akan melewati mereka walaupun tidak ada ruangan private direstoran ini.

His PromisesWhere stories live. Discover now