4.

29 7 0
                                    

"Siapa lo sebenarnya?" Tanya Bryan dengan menatap tajam Sania

Yallah tolong Sania saat ini juga Batin Sania sambil memejamkan matanya kuat

"A-aku ya-ya Sania." Ucap Sania gugup

"Kenapa lo nyamar kaya gini?" Ucap Bryan penasaran. Ups kenapa Bryan jadi penasaran gini? Padahal Bryan tipikal orang yang gapedulian sama orang apalagi sama cewe?

Bryan Mengobati luka Sania, Di pinggiran luka tersebut terlihat kulit putih yang mulus. Sania sudah tidak bisa mengelak lagi dihadapan Bryan. Bryan bukan orang bodoh yang dibohongi akan percaya begitu saja.

"Kenapa kamu peduli sama aku?" Ucap Sania tiba-tiba membuat Bryan yang sedang memperban menghentikannya.

Pertanyaan Sania benar, kenapa dia peduli dengan nya? Kenal saja tidak kan? Ohh bukan peduli ini hanya sekedar membantunya saja pikir Bryan. Masa iya kan seorang gadis yang mau melukai dirinya sendiri Bryan membiarkan nya? Gini gini juga Bryan masih punya hati.

Bryan tak menggubris pertanyaan Sania.

Setelah selesai memakai kan perban Bryan menatap Sania lalu "Mending lo gausah pake nyamar2 segala. Nyamar dan ngelukain diri sendiri kaya gini ga menyelesaikan masalah lo." Ucap Bryan dingin dan datar lalu pergi dari hadapan Sania.

Sania mematung mendengar nya, apa benar dia tidak perlu bersandiwara? Tapi jika Sania membuka penyamaran nya bagaimana kedepannya? Apakah dia akan di sayang oleh keluarganya? Saat tau anak mereka adalah model terkenal? Dan apakah dia tidak akan dibully lagi oleh siswa SMA Bangsa ini? Apakah dia harus membuka jati dirinya kepada Anget Model itu bahwa dirinya bukan lah Gladis? Jika Sania membuka penyamaran nya semua tidak akan menjamin kedepannya akan baik-baik saja kan? Sania takut salah jalan. Sania takut salah pilih.

Sania berjalan kearah kaca dan menatap dirinya di cermin, pipinya terlihat putih karna pewarna itu hilang terkena air mata dan gosokan tangan sania saat menghapus air matanya.

Sania meronggoh sakunya dan mendapati ponselnya, Sania mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Beberapa lama kemudian, Fanya datang dengan tas yang di pegang nya.

"Saniaa? Lo gapapakan? Saniaa tangan lo kenapaa?" Tanya fanya dengan nada khawatir

"Gue gapapa ko, ini cuman luka dikit doang tadi kegores." ucap Sania tenang sambil tersenyum dan menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

"Maaf ya gue gabisa bantu lo pas lo di ganggu Clara gue sama sekali gatau, dan gue cari lo kemana-mana gaada. Tadi juga gue ke UKS tapi lo gak ada, lo kemana?" Cerocos Fanya sambil memegang pundak sania.

"Gue ada urusan tadi hehe, oh iya lo balik kekelas aja takut nanti dimarahin gue udah baikkan ko, gue cuman mau ambil sesuatu di tas gue. Dan makasih banyak ya udah mau bantuin gue hehe makasih banget." Ucap Sania tulus.

"Gue disini aja temenin lo hehe, iya sama-sama santai aja kali kalo sama gue mah." ucap Fanya

Fanya pun duduk di atas kasur sambil menatap Sania, Sania mengambil sesuatu di tasnya dan langsung dimasukkan ke saku nya

"Gue ketoilet bentar ya."

"Oh iya okeoke hatii-hatii lo." Ujar Fanya

Sania hanya tersenyum dan langsung masuk ke kemar mandi yang ada didalam UKS

Sania memakai bedaknya menutupi wajah putihnya dengan bedak itu, Sania menatap wajahnya di cermin dan yaa semuanya sudah sama. Sania pun keluar dari toilet mendapati Fanya yang sedang memainkan ponselnya

"Fanya ayo kita kekelas." ajak Sania

"Bener lo udah baikan? Mending lo istirahat aja disini, tangan lo liat tuh."

Fraught with Fragility ( On Going )Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ