2.

38 6 0
                                    

Siang ini Sania mengenakan Hodie putih dan Celana levis hitam dan sepatu Sneaker putih. Hari ini Sania ada Pemotretan.

Sania melihat ke sekeliling rumah. Kosong. Itulah yang ia lihat sekarang, entah kemana perginya mereka semua

Saat hendak membuka pintu keluar rumah, tangan Sania tiba-tiba di tarik keras dari belakang.

"Aw sakittt" ucap Sania sambil memegang tangan yang di cengkeramnya.

"Mau kemana kamu hah? Mau keluar lagi kamu?"

"Sania mau pergi kerumah temen mah."

"Dasar anak gatau diri. Seharus nya kamu itu izin dulu kalo mau kemana-mana bukannya langsung pergi! Anak gatau sopan santun!!" Ucap Diana menggebu-gebu memarahi Sania sambil menghempaskan tangan Sania.

"Kamu tinggal disini bukan berarti kamu seenaknya disini! Kamu harus nurutin peraturan disini! Kamu ini pembawa sial tau ga! Seharusnya kamu ga disini!" Bentak Diana sambil menunjuk wajah Sania.

Sania hanya terdiam menanggapi ucapan mamahnya, dadanya sesak dan sakit ia ingin cepat-cepat pergi dari sini ia sudah tak tahan menahan air matanya yang mau mengalir. Ia harus kuat. Ia harus bisa menahan ini.

"Kamu ini anak pembawa sial! Kenapa saya harus punya anak nyusahin seperti kamu sihh?! Kamu udah buat dia sakit! Kamu sudah buat dia kesakittan! Seharusnya dia yang disini bukan kamu! Kamu itu gapantes bahagia!!" Ucap Diana sambil pergi meninggalkan Sania sendiri yang terduduk dilantai.

Ucapan Diana sangat menyayat hati Sanua. Kenapa mamahnya sendiri tega berbicara seperti itu kepada anak kandung sendiri? Berbicara tentang 'Dia' Sania tidak tau sama sekali tentang siapa yang di maksud Mamah. Sania bingung dengan hidupnya sendiri.

Sania keluar dari rumah itu lalu masuk kedalam mobil nya dan pergi dari rumah itu di perjalanan air mata Sania terus mengalir tanpa henti sania masih memikirkan apa yang membuat Mamah dan Papahnya seperti ini? Sejak dulu dia selalu di dimarahi di caci di maki di sumpah serapahi oleh kedua orang tuanya.
Ntah lah apa yang membuat mereka seperti itu, mengingat mereka hanya membuat dada Sania sesak. Sania menghapus kasar air matanya.

Sebentar lagi Sania akan sampai di tempat pemotretan. Sania memberhentikan mobilnya di pinggir dekat toilet umum. Dan Sania segera menganti baju dan membersihkan kulitnya agar seperti semula.

Setelah selesai Sania langsung masuk kedalam mobil dan menancap gas untuk pergi ke Gedung Besar yang tak jauh dari Toilet umum itu. Sania memarkirkan mobilnya dan pergi menuju lokasi dimana pemotretan akan dimulai.

"Aduh dis kamu kemana aja sih sebentar lagi dimulai loh pemotretan nya." Ucap Mika - Sekertaris sekaligus Manager Gladis yang mengatur semua jadwal Gladis

"Maaf tadi ada insiden hehe, yaudah kalo gitu aku siap-siap dulu." jawab Sania sambil pergi keruang make up

Beberapa menit kemudian Sania selesai dengan penampilan nya. Sungguh Sania sangat cantik menggunakkan gaun, karna hari ini Sania dipanggil untuk menggantikkan Nisa Audrea yaitu Model gaun-gaun pengantin atau tunangan.

Sania keluar dari ruangan, seketika semuanya tercenggang dan terpaku oleh penampilan Sania saat ini. Mereka tidak salah pilih untuk pengganti Nisa ini.

"Cantik banget lo." Puji Photografer yang tampan ini bernama Rama Adito.

"Thx ya gue emang cantik haha." Jawab Sania sambil tertawa.

"Yaudah ayo-ayo mulai."

Sania memberikkan pose-pose terbaiknya, semua foto yang diambil dengan sangat bagus.

Setelah selesai Sania langsung mengganti pakaiannya dengan Dress Abu-abu tanpa lengan.

"Oke hari ini selesai, Gladis saya sangat berterima kasih kepada kamu karna kamu mau bergabung di perusahaan saya. Sungguh kamu Model yang sangat Profesional! Kerja kamu yang sangat bagus membuat saya puas berkerja sama dengan kamu. Semenjak kamu jadi Model saya, Perusahaan Model saya ini berkembang pesat karna kerja kamu yang bagus. Saya akan naikan gaji kamu Gladis." Ucap Deni - pemilik Agent Model ini sambil tersenyum lebar penuh ketulusan.

Fraught with Fragility ( On Going )Where stories live. Discover now