🐣Cinta Pertama🐣

5.1K 246 6
                                    

°Hyeee mnieess. Maaf membuatmu menunggu lama😳💛

°Masih stay kawal sampe end, kan??

°Makasih buat kalian yang udah vote dan komen ceritaku💛

°Yuk bantu aku share cerita ini keseluruh sosial media kamu^^

WAJIB Follow sebelum membaca, silahkan tinggalkan jejak☆

♧♧

Ica membuka lacinya dengan gusar. Nafasnya memburu, tubuhnya bergetar.

"Dimana obatnya!"

Ia terus mencari obat penenangnya. Tangannya menggapai tabung obat yang bermerek Benzodiazepine. Buru-buru ia membuka obatnya, ternyata kosong.

Ia mengambil ponselnya.

"Halo!"

"Y-ya halo? Ada apa Ca?"

"Nono. Lo udah dapet obatnya?!"

"Udah. Tapikan ini untuk stok bulan depan."

"Obat gue habis, gue bisa mati kalo ga minum obat itu sekarang!"

"Lo tenangin diri lo. Tarik nafas, terus buang."

Ica mengikuti intruksi Devano.

"Lo gak bisa ketergantungan terus sama obat ini Ca."

"G-gue janji. Ini yang terakhir, please gue butuh."

"O-oke. tenangin dulu diri lo, gue ada dibasecamp biasa sama anak-anak. Lo kesini aja."

Ica langsung menutup sambungannya, ia berjalan tergopoh-gopoh menuruni tangga. Tak peduli dengan kakinya yang terasa ngilu karena ia seret untuk menuruni tangga, mimpi buruk itu terus terngiang ngiang dikepalanya.

Gadis itu turun dari taksi setelah membayarnya. Ia melihat Devano yang sudah menunggunya diatas motor besar pemuda itu.

Ica langsung menubruk tubuh Devano, memeluknya erat. Menangis didalam dekapan pria itu, menumpahkan segala keresahannya pada pria didekapannya tersebut.

Devano tersentak, ia membalas pelukan Ica. Mengelus punggung sahabatnya tersebut.

"Ssstttt lo gak papa, ada gue disini." Ucapnya berbisik.

"Gue pembunuh, kan?" Meremat jaket kulit yang dipakai Devano kencang.

"Siapa yang bilang begitu, hm?"

"Gue pembunuh, Nono..."

"Ngga. Bukan, Acha meninggal karena dia pengen lo bahagia. Bukan sedih begini," Melerai pelukannya, menghapus jejak airmata Ica.

Ica menatap manik mata Devano, "Tapi, semua mimpi buruk itu selalu gentayangin gue, Nono."

Devano kembali memeluk Ica, menenangkan pikiran gadis itu.

Flashback On

Acha berlari mengejar bocah SD yang berjalan lunglai ditrotoar menuju gang komplek mereka.

"Oy cil!"

Ica berhenti, ia tersenyum pada Acha. Obsidiannya jatuh pada gadis sipit disamping Acha.

"Hai kak Acha."

Acha mengangguk, "Kenalin, calon bini gue. Pacar gue, Mei," Gadis yang bernama Mei itu tersenyum ke arah Ica.

Hati Ica kecil seperti terasa ditusuk ribuan pisau, "Males." Berjalan lebih dulu meninggalkan keduanya.

Acha terkekeh geli, rencananya untuk memanas-manasi Ica berhasil.

Males, ribet. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang