9. Minta maaf

Mulai dari awal
                                    

"Masih, kakiku sakit ayang," ucap Natasha.

"Oh, terus ke klubnya masih rutin ya?" Tanya Moza yang membuat Natasha terkejut.

"Maksud kamu?" Tanya Natasha.

"Kamu masih rutin kan pergi ke klub malam?" Tanya Moza.

Kini Natasha hanya diam saja. "Kalau masih rutin, jangan ngeluh sakit. Ngerti kan?" Ucap Moza.

"Kamu kok ngomongnya gitu sih yang? Ihhh..." Natasha terlihat kesal sekaligus sedih.

"Terus? Salah? Kamu udah berkali-kali ngasi tau kamu, stop pergi ke klub, kamu gak ngerti-ngerti juga ya?" Kata Moza.

"Iya aku minta maaf, lain kali gak lagi deh." Balas Natasha.

"Kamu temenin aku di sini ya." Kata Natasha.

Moza melepaskan tautan tangan mereka. "Besok aku kerja, gak bisa." Kata Moza.

"Aaaaa...biasanya bisa, kamu kan..."

"Kalo aku bilang gak bisa, berarti nggak ya." Moza berbicara setenang mungkin.

"Ntaran Mama sama Papa kamu datang." Imbuh Moza.

"Aku mau kamu yang nemenin." Rengek Natasha.

"Maaf aku gak bisa, aku udah ninggalin Kiara sendirian di rumah. "

Natasha terlihat kesal. "Kenapa sih???! Kamu selalu bahas Kiara! Kiara! Dan Kiara?! Kenapa ha? Kamu suka sama dia ya?!" Natasha menujuk ke arah Moza.

"Dia istri aku Nat."

"Nat? Kamu manggil aku pakai nama aku? Gak biasanya kamu gini. Pasti karena cewek itu kan? Cewek dekil itu?" Kata Natasha menggebu-gebu.

"Natasha! Kamu dewasa lebih sedikit! Berpikirlah rasional berhenti seperti ini!" Kata Moza yang langsung pergi dari ruangan itu.

"Mozaaaaa!!!" Natasha berteriak namun Moza tak menghiraukannya.

*****

KIARA POV

Sudah 20 menit berlalu. Moza tak kunjung datang. Entahlah mungkin ia berencana menginap. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar jangan sampai karena menunggu hal yang tak pasti membuatku pasti dipecat besok.

MOZA POV

Sebelum pulang aku menyempatkan diri untuk mampir ke sebuah kafe langganan ku.

"Pak Moza?" Sapa pelayan Kafe.

"Seperti biasa ya." Dia mengangguk dan tak berselang lama ia membawakan secangkir Coffee latte.

"Terima kasih." Ucapku.

Aku mengirimkan pesan pada Kiara, namun tak ada jawaban darinya. Aku merasa bersalah sudah meninggalkannya tadi.

*****

Ceklek....

Perlahan aku membuka pintu rumah. Aku yakin Kiara sudah tidur. Satu persatu anak tangga ku naiki perlahan.

Benar saja, ia sudah tertidur pulas di kamarnya. Jika ia tahu aku sudah di kamarnya saat ini dia pasti marah besar.

Wajahnya saat tertidur tampak teduh. "Ra, maafin aku ya." Bisikku.

AUTHOR POV

Pagi-pagi sekali Moza sudah berada di dapur untuk membuat sarapan. Meski terlihat dingin dan menyebalkan nyatanya Moza sangat pandai memasak.

Dia mendengar langkah kaki dari lantai atas. "Kemarin pulang jam berapa?" Tanya Kiara seraya menuangkan air.

"Kamu udah siap? Tumben pagi banget." Balas Moza.

PUKIS MOZARELLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang