#02 - Tempo

Mulai dari awal
                                    

"Cerita ini tuh lucu nggak sih? Terlepas dari opera Gianni Sichcchi yang emang terisnpirasi dari Divine Comedy*, logika alur cerita ini agak lucu menurut gue."

"Maksudnya?" tanya Feli heran.

"Menurut lo, kenapa Rinuccio dan Lauretta bisa bertindak sejauh itu?"

Feli berpikir sesaat. "Karena mereka emang saling jatuh cinta?"

Melodi menggeleng seketika. "No no no. You missed the important part."

"Terus karena apa kalau gitu?"

"Karena ketamakan Zita, lah! Apa lagi? Bukannya dia yang bikin syarat ke Rinuccio kalau Rinuccio boleh nikah sama Lauretta asalkan dia dapet bagian warisan? Tapi karena ternyata Donati bikin surat wasiat buat nyerahin seluruh harta warisannya ke gereja, Zita melarang keras Rinuccio buat nikah sama Lauretta. Sebagai salah satu saudara Donati, masuk akal banget kalau Zita dan saudara Donati yang lain pengen menguasai harta warisan Donati."

Feli masih saja bingung. "So ... what's the conclusion?"

Melodi menjawab pertanyaan Feli setelah ia menghabiskan sisa smoothie coklatnya yang tinggal setengah. "Semua yang dilakukan Rinuccio, Lauretta, Schicchi, atau bahkan Zita sekalipun adalah benar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Rinuccio yang mengusahakan biar warisan Donati nggak diserahkan seluruhnya untuk pihak gereja, Lauretta yang mohon-mohon ke sang papa sampai rela bunuh diri biar bisa nikah sama Rinuccio, Schicchi yang rela menyamar jadi Donati biar bisa liat anaknya nikah sama Rinuccio meski akhirnya ia harus masuk neraka, atau bahkan Zita yang awalnya melarang keras ide gila Rinuccio karena dia nggak percaya Schicchi dan akhirnya itu terbukti benar."

"And then?"

Melodi kembali menatap Feli sambil meneruskan perkataannya, "Menurut gue, lo nggak perlu sampai sejauh itu mendalami makna asli dari cerita Gianni Schicchi biar bisa menginterpretasikan lagu O Mio Babbino Caro dengan baik. Lo cukup tahu aja, kalau dari sudut pandang Lauretta, dia memang secinta itu sama Rinuccio sampai rela terjun ke Sungai Arno. Sisanya, itu tergantung sudut pandang lo, karena menurut gue nggak ada yang salah tentang hal itu. Selama lo bisa ngerti lagu itu harus lo bawa kemana sesuai dengan sudut pandang lo, gue rasa pendengar bakal ngerti makna lagu yang lo nyanyiin sesuai dengan interpretasi lo di atas panggung."

Melodi membiarkan Feli yang masih mencoba memahami pendapat yang baru saja ia berikan. Hari sudah benar-benar menggelap, dan waktu yang tertera pada layar ponselnya menunjukkan bahwa ia harus segera bergegas pergi dari sana. Pesan yang masuk sesaat setelahnya semakin membuat Melodi didera gugup seketika.

From: Ms. Stella
When will you arrive, Melodi? The online course will be started in an hour. I think you have to know that your mom will also join to see your last preparation.

Melodi segera merapikan barang-barangnya untuk bersiap pergi. Feli yang melihat gestur terburu-buru Melodi lantas bertanya, "Lo mau cabut sekarang?"

Melodi mengangguk sambil menghela napas pelan. "Ada online course mendadak buat preparation kompetisi besok Sabtu."

"Ah, that's Chopin Competition?"

"Iya. Lo bakal datang kan buat nonton gue?"

"Of course, as usual. But, Mel ...."

Melihat Feli yang terlihat ragu sambil menggigit bibir dalamnya membuat Melodi menghentikan aktivitasnya untuk sesaat. "Kenapa? Ada sesuatu yang mau lo diskusiin lagi sama gue?"

Feli menjawab dengan terbata, "Ehm, well, sebenarnya ...."

Belum selesai Feli menjawab, denting lonceng pintu yang terdengar enah kenapa mendistraksi fokus keduanya secara tiba-tiba. Ada satu sosok familier di antara ketiga pemuda yang baru saja masuk ke dalam cafe. Arkais, pemuda yang Melodi ketahui sedang dekat dengan Feli akhir-akhir ini lantas menghampiri meja yang Melodi tempati diikuti dua pemuda lain yang tidak cukup familier bagi Melodi. Melihat gelagat aneh Feli, Melodi tidak dapat lagi membendung rasa penasarannya.

Melodi Dua Dimensi [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang