Episode 31 Setia

2.3K 495 110
                                    

Hanasarah Zettira POV

Menurutmu, setia itu apa? Kalau aku, setia adalah memandang pada satu wanita, memikirkan hanya satu wanita, dan menjaga tubuh hanya untuk satu wanita. Mungkin terlalu berat, tapi tidak ada definisi yang paling pas selain itu. Sebab ketika dua orang pria dan wanita memutuskan untuk bersama, maka seluruh aspek kehidupan mereka hanya tentang berdua. Tidak ada yang ketiga, wanita lain ketiga, meski cuma dilabel teman.

"SeaRose3112 menyukai video Anda", kubaca notifikasi yang sama hampir puluhan itu masuk ke akun Instagram-ku. Akun itu sukses menarik perhatianku, tipikal pencari perhatian sih ini. Asal dia tahu, aku sama sekali tidak tertarik mengulik kehidupan para pengikutku di IG. Termasuk nama itu, "SeaRose3112".

Siapa pula dia, mungkin hanya barisan wanita yang mengagumi hidup sempurnaku. Ah, akhirnya aku berhasil membangun citra baik di dunia itu. Seorang Hana yang cantik dan sukses bersuamikan lelaki gagah dan rupawan. Berseragam loreng pula, menarik sekali. Akun macam Sea pasti banyak macamnya, terpesona sampai keluar ilernya. Mengagumi hal yang bagiku sudah biasa.

Aku biasa dihormati semua orang mulai dari asisten rumah tangga sampai istri anggota Bang Gavin. Bolehlah sombong dikit karena memang itu punyaku. Rerata orang good looking mudah dapat tempat di antara masyarakat dan itu fakta. Nyatanya, tidak semudah itu karena godaan silih berganti mengganggu kami.

Terbesar sekaligus yang terberat jatuh kepada nama Sea, ya, dialah penggoda suamiku secara tidak langsung. Sea Rose, adalah nama pramugari berwajah mungil yang melayaniku di rute penerbangan nahas itu. Aneh, aku bertemu follower secara langsung dalam peristiwa tak terduga.

Ternyata penggemarku bukan hanya dari kalangan penggila tentara, tapi juga kalangan pramugari macam dia. Dengan senyum lebarnya, dia menyapaku. Sayang kondisiku tak tepat sehingga hanya menanggapi Sea sekenanya. Jelas, aku dicap sombong. Bodoh amat! Aku tidak butuh siapa pun saat itu, termasuk Sea yang ceriwis menawariku ini dan itu. Untung saja aku judes saat itu.

Namun, hari itu adalah kali terakhir aku menemui Bang Gavin dalam kondisi normal. Saat aku kembali sadar dan bertemu lagi dengannya beberapa hari yang lalu, semua tak lagi sama. Lelakiku banyak menyebut nama wanita itu, ya, Sea! Membuatku langsung berpikir apa yang terjadi antara mereka? Apa mereka sering bertemu saat aku tak sadar.

Kukira hanya dalam hitungan hari aku melayang di antara awan-awan merah jambu itu, nyatanya sudah sebulan lebih aku bangun. Sayangnya, hanya ragaku yang bangkit dan digerakkan orang lain. Ini menakutkan, aku bergidik ngeri saat membayangkan hal absurd itu.

Ternyata itu bukan bayangan, tapi nyata terjadi. Kusadari bahwa tubuh ini dimasuki jiwa Sea saat jiwaku entah berada di mana. Mengerikan, sangat berantakan! Apa yang sudah dilakukan jiwa Sea pada tubuhku, pada suamiku juga? Apa mereka telah tidur bersama menggunakan tubuhku, selama aku melayang di antara awan-awan aneh itu?

Anehnya juga, dia banyak mengubah isi kehidupanku. Aku tak suka perubahan yang aneh dari sekitarku, dan semua karena dia. Aku benci semua ini, tak suka. Dia siapa, seenaknya saja mengubah hidup orang! Aku tak suka dia merusak hidupku, masuk ke tubuhku, apalagi sampai menyentuh suamiku. Ah, gila!

Aku mulai meragukan kesetiaan Bang Gavin sejak menyadari itu.

Jujur, aku telah membohongi Bang Gavin. Empat hari aku berperilaku selayaknya orang lain, mungkin seperti Sea. Aku menjaga jarak darinya, meski sangat ingin memeluk priaku. Meski sangat ingin mengadu semua ketakutanku selama terpisah dengannya. Namun, keraguanku atas cinta di hatinya menyekat itu. Memang semua tak lagi sama.

Bang Gavin memanggilku "Sea" dengan manisnya. Nada suara itu mirip saat memanggil namaku. Senyumnya yang tulus banyak terulas padaku – yang dianggapnya masih Sea. Caranya memandangnya saat itu, sama saat dia sedang merayuku. Bang Gavin terlalu bersimpati pada Sea.

Hai, Sea! (End/Complete)Where stories live. Discover now