TXC | 20

44.8K 5K 317
                                    

Saat Kevin membuka mata, ia langsung disambut oleh denyutan di kepala dan rasa pusing yang luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat Kevin membuka mata, ia langsung disambut oleh denyutan di kepala dan rasa pusing yang luar biasa. Kevin mendesis pelan, berusaha menghalau rasa tidak nyaman dalam dirinya. Perutnya terasa seperti diaduk.

Kevin meraba nakas dan mengambil ponselnya, lalu melihat jam. Ia terbelalak saat mengetahui bahwa sekarang sudah jam sebelas siang. Laki-laki itu segera bangkit dari tempatnya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Pagi, Den," sapa Bi Sari. "Den Kevin butuh sesuatu? Biar Bibi ambilkan."

"Pagi, Bi. Papa sama Mama di mana?"

"Tuan tadi pergi sebentar, Den. Kalau Nyonya—"

"Kevin."

Kevin dan Bi Sari kompak menoleh ke sumber suara. Bi Sari segera pamit saat melihat Luciana berdiri tak jauh dari mereka sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ma—"

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Kevin. Begitu keras, hingga kepala Kevin tertoleh ke samping.

"Ma, kenapa?" tanya Kevin bingung.

"Mama yang tanya sama kamu! Kamu ini kenapa?! Apa yang kamu lakukan ke Retta semalem?!"

Kevin mengerutkan keningnya, bingung. "Semalem Kevin nggak ketemu sama Re—"

"Kak, ngapain?! Sana, pulang! Aku nggak terima tamu jam segini!"

"K-kak, lepasin!"

"Kak, jangan!"

Kevin membelalakkan matanya lebar-lebar. Bayang-bayang Mauretta yang menangis di bawahnya terus bermunculan. Meski samar, tetapi semuanya terasa begitu nyata.

Nggak mungkin, batinnya.

Dengan langkah cepat, Kevin masuk kembali ke dalam kamar, lalu menyambar ponsel dan kunci mobilnya. Ia langsung berlari menuruni tangga dan menuju garasi, mengabaikan Luciana yang terus memanggil namanya.

Kevin menginjak pedal gasnya dalam-dalam, melajukan mobilnya kencang membelah jalanan padat kota Jakarta. Tujuannya saat ini adalah rumah Mauretta. Hari ini hari Sabtu, seharusnya gadis itu ada di rumah. Semoga saja Mauretta mau membukakan pintu untuk Kevin.

Begitu sampai, Kevin langsung melompat turun, dan menggedor pintu rumah Mauretta. Namun sekeras apa pun ia berusaha, tak ada respon sama sekali dari dalam.

"Retta! Buka pintunya, Sayang," mohon Kevin. Setengah jam berlalu, tetapi Mauretta masih belum keluar, membuat Kevin mengacak rambutnya frustrasi.

Kevin mengeluarkan ponselnya, berusaha untuk menghubungi gadis itu. Ia tak berekspektasi apa-apa karena sejak dua minggu yang lalu, Mauretta tak pernah membalas pesan atau mengangkat teleponnya sama sekali.

TOXIC ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang