TXC | 2

84.2K 7.8K 439
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. Mauretta baru saja hendak turun untuk sarapan setelah cuci muka dan sikat gigi. Begitu ia sampai di anak tangga terakhir, matanya menangkap sosok Kevin yang sudah duduk di sofa ruang tamu, bermain dengan Molly— kucing peliharaannya.

"Pagi, Sayang," sapa laki-laki yang baru genap berusia dua puluh dua tahun itu. Mauretta memutar matanya malas, melanjutkan langkahnya menuju meja makan tanpa menggubris sapaan Kevin.

"Udah Kakak beliin bubur ayam, kesukaan kamu." Entah sejak kapan, Kevin sudah berada di belakang Mauretta.

"Kakak kesini pagi-pagi ngapain?" tanya Mauretta, mengabaikan ucapan Kevin. Meski begitu, ia tetap memakan bubur ayam kesukaannya.

Meski masih marah, rezeki tetap tak boleh ditolak.

"Anterin sarapan kamu. Sekalian jemput," balas Kevin. Ia membubuhkan sebuah kecupan di puncak kepala kekasihnya, lalu memutari meja, dan duduk di seberang gadis itu.

Keduanya pun makan dalam diam. Mauretta mendongakkan kepalanya sesekali, mencuri pandang ke arah Kevin. Pasalnya, Kevin bukanlah orang yang mudah memberi maaf. Sangat aneh bila tiba-tiba Kevin berlaku sangat manis setelah mereka bertengkar kemarin.

"Sana, siap-siap," titah Kevin setelah Mauretta menghabiskan sarapannya. Mauretta memang tipe orang yang lebih suka sarapan sebelum mandi.

Setengah jam berlalu, Mauretta akhirnya kembali turun dengan seragam khas SMA Arctic melekat di tubuhnya. Kevin sudah kembali bermain bersama Molly di ruang tamu.

"Kak." Kevin menoleh. Laki-laki itu bangkit, lalu berjalan menghampiri Mauretta, merangkul pundak gadis itu.

"Harum banget," puji Kevin. Mauretta hanya memutar matanya, masih belum ingin berdamai.

***

"Inget pesen Kakak, j—"

"Jangan deket-deket, pegangan, bahkan ngobrol sama cowok lain. Jangan duduk sebelahan, gaboleh dempet-dempetan. Iya, aku inget banget. Kakak ngomong itu tiap hari," potong Mauretta. Kevin terkekeh, mengacak rambut hitam Mauretta gemas hingga gadis itu kembali marah.

"Jangan diacak-acak! Aku catokannya lama!"

Kevin tersenyum, kontras dengan Mauretta yang cemberut. Laki-laki itu menarik kepala Mauretta, mencium pipi gadis itu.

"Belajar yang bener, Sayang. Nanti pulang Kakak jemput."

Tanpa membalas apa pun, Mauretta langsung turun, lalu berjalan memasuki halaman sekolah.

"RETTAAAAA!!"

Mauretta— tidak, seisi kelas langsung menoleh saat Aurel meneriakkan nama Mauretta.

"Apaan sih lo, Rel! Malu," tegur Mauretta. Aurel terkikik.

"Gimana? Gue tinggal ke Aussie lo ngapain aja? Kangen, nggak? Kangen, nggak?" Aurel menaik-turunkan alisnya.

TOXIC ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang