TXC | 8

58.7K 6.2K 236
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, namun Mauretta sudah bisa mendengar samar-samar suara dua orang laki-laki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, namun Mauretta sudah bisa mendengar samar-samar suara dua orang laki-laki. Gadis itu mengerjapkan matanya malas. Ia ingin melanjutkan tidurnya— mengingat hari ini adalah hari Sabtu, namun gagal karena terganggu.

"Aargh!" Mauretta akhirnya menegakkan tubuhnya, lalu mengusap wajahnya kasar. Gadis itu diam di posisi yang sama untuk beberapa saat, berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih tercecer.

Bertepatan dengan itu, pintu kamar Mauretta terbuka, lalu muncul sosok yang paling tak ingin dilihatnya pagi ini— Kevin.

"Pagi, Sayang," sapa Kevin sambil tersenyum lembut. Mauretta berdecih sinis. Laki-laki itu pasti sedang berusaha mendapatkan maaf darinya.

"Ngapain ke sini?" tanya Mauretta ketus.

"Jemput kamu. Kan, kemarin Kakak udah ngomong."

"Keluar," usir Mauretta. Bukannya keluar, Kevin malah berjalan mendekat, lalu duduk di tepi ranjang Mauretta.

"Mandi dulu sana, terus kita sarapan di luar."

"Aku nggak mau," tolak Mauretta langsung. "Nggak usah sok baik. Kakak pikir, ucapan Kakak kemarin bisa dimaafin gitu aja dengan ngajak aku jalan?!"

"Nggak," balas Kevin. "Tapi, Kakak mau berusaha. Jadi, mending sekarang kamu mandi, terus siap-siap. Kakak tunggu di bawah."

"Pergi aja sendiri. Aku nggak ikut."

"Retta," desis Kevin. Kalau ia tidak sedang berusaha mendapatkan maaf dari kekasihnya itu, Kevin pasti sudah meledak sekarang.

"Keluar sebelum aku lempar bantal," ancam Mauretta. Ia sudah mencengkram bantalnya yang paling besar, siap dihantamkan ke kepala Kevin.

"Kevin, biar Tante yang bicara sama Retta." Pasangan itu langsung menoleh, dan mendapati Alisha sudah berdiri di ambang pintu. Wanita tua itu tersenyum hangat ke arah Kevin, seolah mengisyaratkan bahwa ia akan membantunya.

Kevin menghela napas, lalu bangkit, dan berjalan ke luar. Sepeninggal Kevin, Alisha masuk, lalu duduk di tepi ranjang putrinya.

"Mama kapan pulang? Bukannya diperpanjang sampai minggu depan?" tanya Mauretta langsung.

"Iya, tapi ternyata kerjaan Papa kamu udah selesai. Jadi bisa pulang lebih cepet," jawab Alisha. Ia merapikan anak rambut Mauretta, menyelipkannya di belakang telinga. "Kamu sama Kevin ada masalah, ya?"

"Sejak dulu, kan, selalu gitu, Ma," balas Mauretta malas. "Kak Kevin, kan, nggak pernah berhenti cari gara-gara."

Alisha tersenyum teduh. "Apa Mama bilang, kalau ada masalah, harus ce—"

"Cepet-cepet diselesaiin. Retta tahu, tapi semalem Kak Kevin keterlaluan banget," sela Mauretta. "Mama nggak tahu apa yang Kak Kevin bilang semalem. Kak Kevin ngerendahin harga diri Mauretta tahu, nggak!"

TOXIC ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang