Chapter 24

56 14 0
                                    

Happy Reading!!! Don't forget too vote and follow!.

.

.

.

Langit berubah warna sebanyak tiga kali, yang tadinya biru muda, menjadi oranye kekuningan, lalu hitam gelap, dan kembali ke warna semula. Seperti yang Bu Dina ucapkan kemarin, akhirnya SMA Rajawali pun melaksanakan ujian akhir semester, suasana sekolah yang biasanya ramai seperti pasar tanah abang, kini sangat sunyi dan senyap macam rumah kosong yang ditinggalkan selama bertahun tahun lamanya oleh sang pemilik.

Di kelas XIII IPS 3, terlihat Bu Wati nampak membagikan kertas-kertas ujian pada para murid, dari pada tidak ada kerjaan dan hanya mengutek kuku berwarna bening di ruang guru, mending ia mengawasi kelas ini saja. Toh juga ia menggantikan Bu Dina tiba-tiba keluar dari sekolah ini dengan alasan yang sangat masuk akal. Yaitu cape, setres, depresi, dan frustasi menjadi wali kelas XIII IPS 3, dengan murid-muridnya yang terbilang sangat hiperaktif dan absurd.

Berbeda dengan Bu Wati, guru berambut ikal dengan gradasi hitam putih itu malahan sangat senang dengan anak murid kelas ini, karena ia bisa menghukum murid kelas ini sepuasnya, sebab apa pun yang dilakukan murid-murid kelas XIII IPS 3 ini tidak ada yang benar semua.

Kembali lagi pada topik.

Selesai membagikan soal, Bu Wati mengambil duduk dikursi guru, membenarkan posisi kaca mata berbentuk persegi panjangnya itu, lalu berujar lantang "Dikerjakan dengan baik dan benar, jangan berisik, mau pun mencontek, jangan tengak tengok kesana kemari, fokus pada apa yang didepan kalian saja! Mengerti?"

Murid pun mengangguk serentak tak lupa juga berdoa terlebih dahulu dan mulai fokus pada lembar ujian.

"Jika sudah selesai boleh keluar terlebih dahulu" Bu Wati memilih bermain ponselnya untuk men-scroll apa yang sedang hot dan viral di tiki-toko.

Ada banyak jenis yang dilakukan para murid untuk memilih jawaban, ada yang menghitung kancing seragam, cap cip cup, silang indah, dan masih banyak lagi. Berbeda dengan Ayona, gadis itu tampak mengerjakan dengan tenang satu persatu soal-soal yang terpampang dilembar ujian. Baginya semua soalnya sangat Easy Peasy. Tinggal silang ini itu, tulis begini, dan selesai.

Ayona bangkit dari kursinya lalu berjalan menuju pintu kelas. Membuat Bu Wati dan seluruh isi menatapnya heran. "Mau kemana? Memangnya sudah selesai" Bu Wati melihat lembar ujian Ayona dengan memincing.

"Hm"

Para murid membulatkan mata serta bibirnya, menggumamkan beragam pujian untuk sang jenius kelas ini.

Benar, sudah terisi semua. "Baiklah, Jika sudah selesai jangan lupa balik kertasmu" Bu Wati pun menyuruh Ayona untuk membalik keryas ujiannya agar tidak dicontek.

Ayona memutar bola matanya, tangannya bersedekap "Mager."

"Niel, bisa tolong lo balikin enggak?"

Rejeki anak sholeh! Sontak Daniel pun mengangguk cepat, karena cowok itu tadi bersusah payah menjatuhkan bolpoin nya disamping meja Ayona agar bisa mengintip sedikit, namun jika disuruh orang yang punya jawabannya langsung, tentu saja Daniel mau. Sangat mau.

Ayona lalu pergi begitu saja, membuat Bu Wati menggeleng sabar dibelakang sana "Ngidam apa ibunya, sampai anaknya mempunyai sifat dakjal begitu?"

Daniel yang tadinya membungkuk dilantai pun segera menegakkan tubuh menatap lamat kertas jawaban Ayona lalu baru membaliknya setelah satu menit. Dan kembali duduk dikursinya, mengingat-ingat jawaban Ayona tadi dan menyalin nya dikertas jawaban miliknya.

"Nomor 93 apa?" Alvaro berbisik pada Daniel.

"A" jawab Daniel berbisik juga, Alvaro mengangguk-anggukkan kepalanya, menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya dan menyilang huruf A pada soal nomor 93.

I (Don't) Need Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang