32

617 69 1
                                    

Seorang Yeoja berponi berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan senyum mengembang.

Kemarin malam Eomma-nya menelpon dan mengatakan akan pulang hari ini karena dokter sudah memperbolehkannya kembali ke rumah.

"Ah, senangnya." Gumam Lisa dengan senyum manis di wajah cantiknya yang sedari tadi tak pernah luntur.

"Eomma?" Panggil Lisa saat melihat seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari ruang rawat.

Wanita yang tak lain adalah Tiffany menoleh ke arah sumber suara lalu tersenyum manis.

Lisa berlari menghampiri Tiffany lalu merebut sebuah tas ditangannya. "Biarkan aku yang membawanya, Eomma. Mianhae, karena tak sempat membantumu berkemas."

Tiffany menggeleng-gelengkan kepalanya, "Gwaenchana, kau tak perlu meminta maaf. Jika hanya berkemas Eomma bisa melakukannya sendiri."

Lisa mengangguk kecil, kemudian menoleh menatap Tiffany lekat. "Eomma, apa kau sudah benar-benar sembuh, eoh? Apa benar dokter sudah mengizinkanmu pulang?" Tanyanya khawatir.

Tiffany tersenyum, mengangguk mantap menyakinkan putri semata wayangnya. "Tentu saja, kau bisa lihat sendiri bagaimana kondisi Eomma sekarang!" Ujarnya seraya mengangkat tangannya memamerkan ototnya yang sama sekali tak ada.

Lisa terkekeh, merangkul lengan Eomma-nya kemudian berjalan sembari menyandarkan kepalanya di pundak Tiffany. "Aku sangat senang akhirnya Eomma pulang ke rumah. Aku sangat merindukanmu, Eomma."

Tiffany tersenyum dan mengusap puncak kepala Lisa yang tengah bersandar dengan lembut. "Eomma juga sangat merindukanmu, Lisa. Mianhae, karena Eomma selalu menyusahkanmu. Gara-gara Eomma kau harus bekerja keras untuk membayar biaya rumah sakit."

Lisa menjauhkan kepalanya dari pundak Tiffany dan menghentikan langkahnya. Menatap Eomma-nya berkaca-kaca lalu berhambur memeluknya erat."Eomma, jangan bicara seperti itu. Selama ini kau tak pernah menyusahkanku."

Tiffany ikut berkaca-kaca, diusapnya punggung Lisa lembut sebelum akhirnya ia melepaskan pelukannyanya dan menangkup wajah mungil Lisa. Ibu jarinya terangkat kemudian menghapus air mata yang mengalir dari mata indah Lisa.

"Berhenti menangis, kau jelek ketika menangis." Ucap Tiffany seraya terkekeh kecil.

Lisa menatap Eomma-nya sendu, ia tahu bahwa sekuat apapun Eomma-nya selalu ceria dan tersenyum terdapat kesedihan di dalam dirinya bahkan mata Tiffany pun tak bisa berbohong.

Lisa menggigit bibir bawahnya, air matanya terus mengalir tak bisa dikendalikan. "Mianhae, Eomma. Gara-gara aku, Appa pergi-"

"Sstt!!! Jangan dilanjutkan lagi." Tiffany meletakkan jari telunjuknya di bibir Lisa membuat putri kesayangannya itu langsung terdiam.

Tiffany mengulum senyum manis menatap teduh putrinya. Tatapan yang sangat menenangkan Lisa. "Jangan pernah bilang semua ini terjadi karenamu. Kau tahu, Eomma sangat menyayangimu, Lisa. Karenamu Eomma bisa bertahan di dunia yang pahit ini."

Tubuh Lisa bergetar hebat, ada rasa senang sekaligus sakit dihatinya yang sulit dijelaskan. "Eomma, a-aku sangat menyayangimu."

Tiffany tersenyum manis lalu menarik tubuh Lisa kedalam pelukannya. Mengusap lembut rambut panjang Lisa.

"Terimakasih, telah lahir ke dunia ini, Lalisa." Lirih Tiffany membuat Lisa menangis semakin keras tak bisa lagi membendung air matanya.

.

Sebuah mobil mewah melaju sedang membelah jalanan kota yang cukup ramai dengan kendaraan lainnya.

"Kau gugup?" Tanya pria paruh baya yang tengah menyetir mobil menoleh ke kursi belakang menatap Namja yang tengah gelisah itu lantas mendongak.

Namja itu mengangguk mengiyakan."Eoh, Sangat."

"Ruto-ya, tenangkan dirimu. Ini hanya lamaran saja bukan pernikahan." Seorang wanita paruh baya yang duduk di samping kursi kemudi ikut menoleh kebelakang.

Namja yang tak lain adalah Haruto mengangguk ragu. Ia kemudian menatap Min-jun yang sudah kembali fokus menyetir. "Appa, apa seperti ini rasanya akan melamar seorang Yeoja?" Tanya Haruto dengan polosnya

"Oeh, begitulah." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Tapi kau harus tenang, Haruto. Jika kau masih gugup dan gelisah seperti ini kau akan membuat Lisa ragu menerima lamaranmu." Min-jun memberi wejangan kepada putra bungsunya.

Sebelah tangan Haruto terangkat sedikit melonggarkan dasi yang melekat dilehernya kemudian membuka kaca mobil menghirup udara mencoba menghilangkan rasa gugupnya.

"Kenapa ponsel Hanbin tak aktif dari semalam, ya?" Seruan dari sang Eomma membuat Haruto teringat dengan kejadian ia bertengkar dengan Hanbin memperebutkan Lisa.

Hatinya yang sudah mantap ingin melamar Lisa kini kembali menciut saat teringat Hanbin. Pikiran-pikiran buruk berterbangan dikepalanya. Bagaimana jika Lisa ternyata mencintai Hanbin dan menolak lamarannya begitu saja.

"Ruto-ya!!" Pekik Kazumi kesal.

"Hah?!!" Haruto tersentak kaget, seketika lamunannya buyar.

"Kau sedang memikirkan apa, hah? Eomma sedari bertanya padamu, kenapa kau diam saja?" Kesal Kazumi membuat Min-jun yang sedang menyetir pun ikut melihat putranya dari kaca spion di depan.

"Ah, mianhae, Eomma. Kau mau tanya apa?"

"Ah sudahlah. Eomma tak perlu lagi jawabanmu." Ucap Kazumi merajuk.

Haruto mendesah kecewa. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil memejamkan kedua matanya karena tiba-tiba merasa pusing.

"Gwaenchana, semua akan baik-baik saja, Ruto-ya." Ujar Min-jun membuat Haruto membuka sebelah matanya menatap wajah Appa-nya dari spion.

Haruto menghela nafas panjang kemudian membuka ponselnya dan seketika itu ia tersenyum saat wajah cantik Lisa muncul menjadi wallpaper handphone-nya.

Haruto menghela nafas panjang kemudian membuka ponselnya dan seketika itu ia tersenyum saat wajah cantik Lisa muncul menjadi wallpaper handphone-nya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"Kau benar, Appa. Semuanya akan baik-baik saja." Gumam Haruto dengan kedua mata yang masih menatap lekat wallpaper ponselnya.

"Aku datang padamu, Lalisa." Batinnya.

Haruto menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku tuxedo dan beralih menatap langit berwarna biru cerah dari jendela mobil dengan senyum bahagia yang tak bisa ia sembunyikan.

Apapun jawaban Lisa nanti, Haruto tidak perduli. Lisa harus menjadi miliknya karena Yeoja itu lahir ke dunia ini hanya untuk dirinya saja.

* * *

Tbc....

Mine | Haruto & Lisa ✓ Onde as histórias ganham vida. Descobre agora