Tangis Arshaka yang kaget karna teriakan Devano tadi.

"eh shutt shutt anak Papa jangan nangis, ni gara-gara om Elang kampret emang!"

"gue cariin disini lo ternyata."

"ngapain lo kesini bawa tas gitu?" Tanya Devano yang heran melihat tas gendong berukuran sedang yang Elang bawa.

"gue mau nginep bang, ini semua baju gue." Cengirnya.

"Gak punya rumah lo?"

"keluarga gue lagi pergi semua ke luar kota, jadi daripada kesepian mending gue nginep di rumah lo, ntar gue bantuin deh jaga anak lo, boleh ya?, boleh dong, ya ya ya?" Jelasnya sambil menaik turunkan alis.

"terserah, awas aja lo ngerepotin, gue gaada pembantu soalnya."

"siap bosss." Elang lalu ikut duduk dan menimang Arshaka yang tertawa.

Malam ini seperti biasa Devano menonton tv bersama Arshaka dan juga Elang, mereka sedang asik menonton dua kembar botak.

Tok..tok..tok.

Bunyi ketukan pintu terdengar.

"Lang bukain sana!"

"iye." Elang lalu berjalan kearah pintu dan membukanya ternyata yang bertamu malam ini adalah Edgar, dan Kenzi.

"Dev." Sapa keduanya setelah memasuki rumah.

"Tumben kesini?" Tanya Devano.

"si Kenzi tadi kerumah gua terus minta mampir kesini." Jawab Edgar.

Mereka lalu mengobrol bersama seperti biasa sambil sesekali bermain dengan Arshaka yang ada dipangkuan Devano.

"Pa." Racau Arshaka.

"Pa."

Semua yang ada di ruang keluarga seketika menengok ke arah bayi kecil itu.

Hening.

"Pa-pa."

"Anak gue yang ngomong?" Tanya Devano yang masih melihat Arshaka tanpa kedip.
Semuanya mengangguk.

"anak gue bisa manggil gue woyyy." Histerisnya.

"anaknya sudah besar ya Bund." Ucap Elang.

" Bund siapa?" Tanya Kenzi bingung.

"oiya lupa, maap maap, anaknya sudah besar ya Pa." Ulangnya.

Para lelaki itu saat ini sedang heboh memvidiokan Arshaka yang sudah bisa memanggil 'Papa', sampai Akhirnya karna kelelahan melihat tingkah om-om nya yang aneh bayi itupun tertidur dalam pangkuan Papanya, malam semakin larut Kenzi dan Edgar pun pamit pulang kerumah masing-masing, sedangkan Elang? Anak itu sudah tertidur pulas di sofa televisi bersama Arshaka, dan Devano sendiri masih sibuk menyiapkan berkas-berkas kantor, setelah selesai Devano pun menggendong Arshaka kekamar, tapi sebelum itu ia juga membangunkan Elang untuk pindah kekamar tamu, karna ia juga kasian melihat anak tk itu tidur seperti terlantar.

Pagi ini dengan penuh semangat Elang memasak untuk dirinya dan Devano sang pemilik rumah, ia kini tengah menyiapkan alat-alat memasak dan bahan-bahan makanan, sedangkan Devano tengah memandikan anaknya, jujur saja Devano tidak yakin jika Elang membantunya memasak, tetapi lelaki itu ngotot karna mau memperlihatkan bakat terpendamnya, biasalah si Elang, kalau belum aneh-aneh sehari belum afdol, dengan penuh percaya diri Elang memotong sayuran dan sosis lalu dimasukkan semua ke wajan, tak lupa juga nasi, dan bumbunya, saat dirasa nasi goreng buatan chef Elang Elgara sudah selesai, ia lalu membuat telur ceplok, kini semua sudah siap, ia dan Devano pun sarapan pagi sebelum berangkat sekolah, Devano lalu mecoba nasi goreng buatan Elang itu, ia memasukkan satu suap nasi kedalam mulutnya, ternyata enak dan masih biasa-biasa saja, ia lalu mencoba telur ceplok dan ternyata rasanya...

DEVANO YOUNG FATHER | RevisiWhere stories live. Discover now