0034. Eunola

Mulai dari awal
                                    

Gangguan yang Anye alami adalah soal kepribadian ganda yang dia cipatkan tanpa sengaja. Gangguan yang membuatnya dianggap sakit jiwa. Padahal pada kenyataanya dia membuat kepribadian tersebut guna membuat perlindungan.

Butuh upaya yang keras untuk menyatukan kembali kepribadian yang telah diciptakan. Karena bagaimanapun juga kepribadian itu memiliki ego dan perasaan. Mereka akan memberontak jika dirasa butuh pertahanan. Karena akan ada perasan tidak rela jika dimusnahkan. Namun, sekali lagi ditekankan. Kepribadian itu hanyalah karakter figuran dalam bayangan. Keberadaanya dibutuhkan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

"Kita makan siang dulu. Kamu mau makan apa?" Tanya pria rupawan yang tengah memanuper perseneling mobil tersebut.

"Apa saja, kita nggak pilih-pilih," jawab sang lawan seraya melirik ke arah perut.

Pria rupawan yang tengah mengemudikan kendaraan beroda empat itu tersenyum tipis mendengar jawaban sang istri. "Kalau gitu kita makan makanan Jogja. Nasi gudeg Jogja, mau?"

Wanita berperut buncit itu mengangguk sebagai respon. Tangannya yang bermukim di atas perut masih aktif bergerak, memberikan elusan lembut kepada permukaan terluar tempat sang buah hati tumbuh dan berkembang.

"Oke. Kalau gitu kita makan siang dulu, habis itu meluncur ke rumah baru."

"Iya, giman Aa aja," jawab wanita cantik yang hari ini mengenakan terusan berwarna viridian.

Mereka memang baru saja melakukan konsultasi rutin dan check up kandungan. Keduanya dilakukan di rumah sakit yang sama. Oleh karena itu, sang suami sudah izin tidak masuk kerja kepada sang atasan. Berhubung hari ini dia memiliki agenda untuk menjadi supir pribadi sang istri. Hitung-hitung Quality time di Jum'at pagi.

"Ini, aku sempat lupa. Tadinya mau kasih ke kamu pas sarapan."

Sebuah kotak beludru berwarna Cyan dengan logo tiffany & co tersodor ke arah Anye. Wanita muda itu menatap kotak tersebut dan sang suami secara bergantian sebelum bertanya.

"Apa ini?" tanyanya sambil menerima kotak tersebut. Ukurannya small, bentuknya persegi. Tampak seperti kotak cincin. Namun, ada yang membedakan kotak tersebut dengan kotak cincin pada umumnya. Ada gambar daun semanggi tertempel di atasnya.

"Itu limited edition. Aku pesan khusus buat kamu," ujar Arez memberitahu. "Reservasinya lewat Mbak Aruna sih. Dia yang paling tahu soal barang-barang limited," imbuhnya.

Anye mengangguk sebagai respon. Masih ditatap olehnya kotak tersebut, tanpa ada niatan untuk membuka dan melihat isinya.

"Coba buka."

Anye menurut. Tangannya dengan gerakan perlahan mulai membuka kotak itu. Di dalam kotak itu, dia bisa menemukan sebuah gelang cantik dengan bandul daun semanggi sebanyak empat biji yang mengelilingi diameter lingkaran perhiasan tersebut. Dihiasi pula dengan inisial huruf A, N, Y, dan E. Jika digabungkan tentu saja membentuk nama si pemakai. A-N-Y-E.

"Dipakai, ya. Jangan di lepas."

Anye mengangguk. Ini adalah pemberian Arez. Suaminya. Tentu saja akan dia pakai.

"Cantik," ucapnya terpukau. Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman saat melihat benda berkilauan yang menghiasi pergelangan tangan kirinya. Cantik sekali, Anye menyukainya.

"Iya. Cantik kayak yang pakai," komentar Arez.

"Terima kasih," ucap Anye dengan tatapan penuh binar.

"Sama-sama. Kamu pantas untuk mendapatkan hadiah itu." Arez tersenyum kecil. Sebelah tangannya bergerak guna meraih tangan sang istri. "Apa kamu tahu daun semanggi melambangkan apa?"

Asmaradahana (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang