Axel menggeleng menjawab pertanyaan Maminya, "Axel punya apartment, Mami ngga perlu khawatir.." ujar Axel sangat pelan dan serak, bahkan nyaris tidak terdengar.

Aura terkekeh sumbang, "Yakin banget ya kamu bakal bisa hidupin perempuan itu" ujar Aura meremehkan putranya, Aura tidak sejahat itu pada putranya. Ini hanya akting belaka, ia mau tau sampe mana putranya akan bertanggung jawab atas perempuan itu. Dan kalian bisa lihat sendiri.

Ternyata Axel benar-benar menjadi lelaki yang bertanggung jawan pada kesalahannya persis seperti apa yang mereka mau, sedikit salut tapi kecewa tetap saja. Menghamili anak orang, bagus-bagus mau tanggung jawab. Bagaimana kalau ditelantarkan seperti berita yang beredar di sosial media.

"Harus yakin lah, udah mau jadi bapak!" Celetuk Raina tiba-tiba berhasil membuat Axel tertohok.

Aura terkekeh kecil mendengar celetukan anak pertamanya itu, benar juga. Ia lantas kembali menatap putranya yang pasti tengah menahan air matanya sekarang, terlihat mata Axel yang merah dan berair.

Ia berjalan pelan kemudian duduk disamping putranya dan merengkuh tubuh Axel dengan sayang, berbeda dengan Axel yang langsung lemas saat Maminya memeluknya erat, tangisnya pecah dipelukan Aura. Ia menyembunyikan wajahnya dileher sang Mami, mau segarang apapun Axel disekolah saat dihadapan Maminya ia hanya anak kecil yang tidak bisa apa-apa.

"Maafin Axel" ujar Axel manja memeluk Maminya dengan erat dengan suara yang teredam, Aura mendengar itu terkekeh pelan.

"Mami maafin, besok kita kesana buat ngobrolin semuanya" ujar Aura lembut mengelus punggung Axel secara beraturan.

"Axel capek Mi" adu Axel dengan mata yang mulai terpejam, seharian ini ia belum sama sekali istirahat sampai semalam ini.

Aura merenggangkan pelukannya kemudian menatap wajah Axel yang sudah mengantuk sepertinya. Ia menangkup wajah anaknya kemudian mencium kening Axel dengan sayang, bersamaan dengan itu air mata Aura kembali menetes.

"Istirahat yang cukup, besok Mami bangunin" ujar Aura seraya mengusap rambut tebal anaknya.

Axel menatap Maminya dengan puppy eyes, "Papi–" ucapannya terpotong saat Papinya ikut duduk disampingnya tiba-tiba.

"Papi kira kamu gay karena ngga pernah bawa pacar kerumah, ternyata anak Papi masih normal" ujar Papinya santai seraya menepuk pundak Axel ala lelaki.

Axel melongo menyaksikan Papinya, ia kira Papinya akan memukulnya persis seperti Ayah Agra. Ternyata tidak, tapi ia yakin kedua orang tuanya pasti menyimpan kekecewaan yang begitu besar kepadanya.

"Ngga boleh cemen lagi, harus kuat jadi laki-laki. Apalagi kamu mau jadi Ayah kan? Jiakkhhh Papa muda" ledek Alex seraya tertawa menatap putranya.

"Udah ah, jangan diledek terus. Kamu naik sana, istirahat biar ngga sakit" ujar Aura lembut.

Axel mengangguk kemudian bangun dan menangkup wajah Aura dengan sayang dan mengecup seluruh wajah Aura dengan gemas.

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

MY DANGEROUS BOY [COMPLETED]Where stories live. Discover now