Kim Tae Hyung
Dua minggu kemudian aku kembali berangkat ke Los Angeles. Aku dan teman-temanku menghadiri sebuah talk show di salah satu stasiun televisi swasta Amerika. Lagu kami sudah lima belas minggu berada di puncak tangga lagu internasional. Kami agak lama di LA, Yana ingin ikut, tetapi aku belum bisa membawanya.
Aku belum berani membawanya keluar apartemen. Sebab kru agensi belum mengetahui kalau aku memiliki hubungan dengan Yana. Ia sedikit kecewa, tetapi demi karir dan kesuksesanku ia mengizinkan bahkan menyemangatiku.
Malam itu, aku keluar dari apartemen menaiki mobil yang disiapkan agensi. Entah mengapa mendadak perasaanku menjadi tidak enak. Dadaku berdebar, aku seperti sangat merindukan Yana. Aneh baru beberapa detik aku melihatnya, mengapa tiba-tiba aku merindukannya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Seokjin padaku.
"Aku baik-baik saja, Hyung," jawabku.
Mobil melesat melewati jalan raya di Gangnam. Tanganku tiba-tiba dingin napasku terengah-engah. Aku tidak nyaman. Berulang kali aku mengusap wajahku.
"Taehyung-ah kau seperti tidak baik-baik saja," Komentar Namjoon. Ia yang duduk di sebelahku menatapku dan memperhatikan gerak-gerikku.
"Benar, Hyung," jawabku dengan dada berdebar-debar.
"Coba kau pikirkan, apakah ada yang ketinggalan?" sambung Namjoon. Seokjin akhirnya juga menatapku.
"Ada, ada yang tertinggal, Hyung. Muza Yana," goda Jungkook.
"Ssshh," desis J-hope. "Dengarkan dulu."
Jungkook langsung mengatupkan mulutnya sesaat setelah Jhope memarahinya.
"Hyung, Jimin dan Jungkook. Aku, aku pulang dulu. Perasaanku tak enak. Aku akan menyusul dengan pesawat pagi. Aku akan menanggung biayanya sendiri," kataku tertunduk.
"Apa!" sahut mereka serentak.
"Maafkan aku, aku pulang dulu," kataku dengan rasa bersalah.
"Hei, hei mengapa begitu," Jimin angkat suara,
"Maaf, besok pagi aku akan menyusul," timpalku. "Namjoon, Hyung. Tolonglah aku, bantu aku memberikan alasan logis kepada Manajer Kim."
"Aduh, ini bagaimana? Aku harus mengatakan apa karena keterlambatanmu ini?" Namjoon kembali bertanya.
"Tolong aku, Hyung. Hanya kau yang bisa kuandalkan," kataku memohon.
Beberapa saat Namjoon mengangguk. "Baiklah, kau janji pagi akan akan menyusul kami," peringat Namjoon.
"Terima kasih, Hyung. Aku berjanji," ujarku.
Aku meminta sopir menghentikan mobil dan langsung bergegas keluar mobil. Ketika aku menutup pintu mobil Seokjin membuka jendela. "Taehyung-ah hati-hati," ujarnya.
"Terima kasih, Hyung," jawabku. Aku memberinya jempol. Dengan senyuman ia membalas memberikan jempolnya.
Rombongan pergi meninggalkanku. Aku memakai masker dan berlari ke seberang jalan. Begitu menginjakkan kaki di trotoar sebuah taksi berhenti menawariku.
"Samsung-dong," kataku pada sopir taksi.
"Baiklah, silakan," jawabnya.
Aku masuk dan menutup pintu. "Tolong ngebut, Ahjussi," perintahku pada sopir taksi yang berusia paruh baya.
"Baik," jawabnya.
Taksi meluncur dengan cepat. Aku hanya berniat menjemput Yana dan membawanya ke LA. Tentu saja ia kubawa terpisah dengan rombongan, sebab aku tak ingin meresahkan kru. Tentu saja yang ku khawatirkan mereka akan begosip.
YOU ARE READING
My Big Boss IS V BTS
FanfictionV menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku sudah pasti menganga, rabutnya basah dan terlihat makin menggemaskan. Ia memakai kaos oblong tipis dengan tulisan Celine dan celana hitam parasut sepanjang lututnya. Tak berdandan pun ia justru te...