Episode 25 : 8.600 USD

103 24 104
                                    

Muza Yana

V masih sibuk mempersiapkan dirinya untuk sebuah acara penghargaan musik di Korea. Acara itu disiarkan secara langsung di beberapa stasiun televisi dan didukung oleh beberapa perusahaan besar untuk sponsornya. Beberapa hari belakangan ini, ia sering pulang larut malam. Aku hanya bertemu dengannya saat pagi. Setelah sarapan, ia kembali berangkat ke agensinya bersama Jigoong.

Selama dua minggu ini, V dan teman-temannya latihan penuh, kecuali hari Minggu. Dari kabar yang disampaikan Jigoong, V dan Xiaoyu akan menjadi salah satu MC untuk membacakan sebuah penghargaan musik. Setelah menjadi MC dan duet bersama BTS, Xiaoyu akan berdansa dengan V.

Saat itu makan malam bersama dengan Jigoong dan V, kebetulan V mengajakku makan malam bersama dan satu meja dengan mereka. Mendengar berita V berdansa dengan Xiaoyu aku langsung terbatuk-batuk. Aku langsung meneguk air segelas untuk meredakan batukku. Sial, mengapa aku tiba-tiba batuk? Padahal, aku tadi baik-baik saja.

"Pada bagian dansa mungkin aku akan kabur, seseorang akan menggantikanku," V berkata tiba-tiba.

"Kau tak boleh kabur begitu, itu sudah bagian acara. Acara yang sudah dipersiapkan sebaiknya jangan dirusak," timpalku.

V menatapku sejenak lalu menarik sudut bibirnya. Kemudian, ia fokus ke makanan jipcay yang ada di hadapannya. Ia selalu begitu, menarik sudut bibir dan memasang wajah menyebalkan saat tidak setuju ataupun mendengar hal yang menurutnya aneh.

"Kau akan meminta siapa untuk menggantikan dirimu, V?" tanyaku penasaran. Siapakah yang akan menggantikan V saat berdansa dengan Xiaoyu? V benar-benar nekat. Kurasa gadis bernama Xiaoyu akan kecewa dan bisa jadi ia akan curhat di situs pergunjingan selebriti tanpa menyebutkan namanya.

"Son Jungwoo, anggota Monstar Y," jawab V mantap.

"Geuneun dong- Uihabnikka?"  tanya Jigoong.

"Ne," jawab V santai.

Percakapannya dengan Jigoong tak kuketahui artinya. Aku kembali fokus pada makanan di hadapanku. Makanan yang dibelikan Jigoong beberapa waktu yang lalu. 

"Muza Yana, kau harus ikut!" kata V tiba-tiba.

Ikut ke mana? Apakah ke pelaminan? Atau kantor urusan agama? Kalau ke sana aku akan ikut. Kalau ke acara penghargaan musik itu, lupakan. Aku tidak akan ikut. Aku bisa jadi akan mempermalukan dirinya.Tidak, aku tidak akan ikut acara itu. Aku tak akan sebanding dengan superstar. Lebih baik aku di rumah, menonton mereka saat tampil. Bukankah acara itu akan disiarkan secara live di 5 stasiun televisi di Korea.

"Aku di rumah saja, aku akan menonton di televisi," tolakku.

"Jika aku bilang ikut. Kau harus ikut," V berkata tajam.

Aku menyikut lengan Jigoong yang kebetulan duduk di sebelahku. Aku berniat meminta pendapat Jigoong. Namun, Jigoong malah mengangkat bahunya. Sialan.

"Tapi, V." V tak menjawab. Ia justru menatapku sinis dan menyipitkan matanya. Pria fleksibel, di luaran ia asik, tetapi denganku ia cukup tegas. 

"Yakin kau tidak ikut? Bukankah di acara itu kekasihmu yang bernama Chanyeol itu hadir. Kau tidak ingin melihatnya secara langsung?" tantang V padaku dengan wajah yang teramat sinis.

Aku baru menyadari kalau acara itu adalah acara penghargaan musik di Korea. Tentu saja Chanyeol dan teman-temannya hadir dan mungkin akan tampil. Kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan. Inilah salah satu dari banyaknya keberuntungan setelah menjadi pelayan V.

"Baiklah, V. Aku ikut," jawabku setelah dipanas-panasi olehnya.

"Hmm," tukasnya dengan memajukan bibirnya ke depan.

Setelah makan malam selesai, V memberikan IPad-nya padaku. Aku mengambil IPad berwarna hitam itu dengan ragu-ragu. Mengapa tiba-tiba ia memberiku IPad? Aku menatap layar IPad dan melihat situs belanja pakaian wanita. 

"Pilih baju yang kau suka. Pesta akan digelar lusa!" 

Setelah mendengar perintahnya, aku mencoba menggeser-geser layar ke atas dan ke bawah. Aku mencoba menggeser hingga bagian paling atas situs, ternyata situs ini adalah situs belanja online milik butik ternama yaitu Chanel. Aku gemetaran saat menggeser layar dan menekan bar dress. Setelah loading aku menelan saliva, harganya mahal sekali, 8.600 US dollar. Ada beberapa yang harganya 10.000 US dollar. Ini harga baju atau harga saham? Aku berkeringat dingin.

"Kau sudah temukan pilihanmu?" V mengagetkanku.

Aku menggelengkan kepala. Apa yang akan kupilih jika harganya tidak terkira? Kini, otakku berpikir keras, jika satu dolar enam belas ribu rupiah, harga baju itu sekitar 122 juta rupiah. V terlalu berlebihan untuk pelayan sepertiku. Ia sepertinya tak mempedulikan harga, ia hanya membuka situs dan memintaku memilihnya.

"V, coba kau buka situs butik lain!" 

***

Setelah berpikir keras dan berusaha berkilah supaya membuka situs butik lain, akhirnya aku memilih dress berbahan sutra yang harganya 8600 US dollar. Tube dress dengan rok bergaya tutu itu boleh dikatakan paling murah di antara dress lainnya. Aku makin berpikir keras, dengan apa aku membayarnya? Bekerja belasan tahun di Indonesia tak akan sanggup membelinya. Masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi.

Pria sangat tampan ini membeli dress ratusan juta hanya dengan satu kali klik. Ia juga seperti menekan-nekan bar situs untuk mengecek produk lainnya.

"Berapa nomor kakimu?" 

"Tiga puluh sembilan."

Setelahnya ia kembali menatap layar IPad miliknya tanpa memedulikanku yang melongo memikirkan dirinya. Aku hanya tak habis pikir, bisa-bisanya ia menghabiskan uang sebanyak ratusan juta hanya dalam waktu beberapa detik. Aku sungguh merasa sungkan. Benar, jika dipikir baik-baik hidup memang sangat indah.

"Besok kurir akan mengantarkan gaunmu." V menutup pembicaraan. Ia berdiri dan meninggalkanku seorang diri di meja makan. Aku berpikir, setelah pulang ke Indonesia, ke manakah baju itu akan kujual?

***

Tidak main-main. Baju yang ia pesan semalam telah sampai. Ada paper bag besar berwarna hitam. Dalam paper bag itu ada tiga kotak. Kotak itu berukuran besar, menengah dan menengah panjang, ketiganya diikat pita berwarna putih. Setiap kotak hitam diikat pita putih. Ditengah kotak tertulis dengan jelas CHANEL. 

Tanpa berlama-lama aku membuka kotak satu per satu di dalam kamarku. Kotak paling besar berisi dress hitam yang kupilih semalam. Kemudian, ketika kotak menengah kubuka ternyata isinya adalah tas kecil berwarna hitam dengan aksen quilting. Tas ini kulihat pernah dipakai salah satu selebriti. Ukurannya kecil, soal harga aku tak bisa membayangkannya.

Kotak selanjutnya adalah kotak sepatu. Sepatu berhak kurang lebih delapan sentimeter. Aku baru mengerti mengapa ia menanyakan nomor kakiku, ternyata ia juga membelikanku sepatu. Dia baik sekali, bahkan terlalu baik. Aku pun menangis, berkhayal tujuh turunan belum tentu bisa mendapatkan pakaian mewah seperti ini. Bahkan, untuk membeli pakaian mewah produk lokal saja aku termasuk susah. 

Aku mengambil gaun hitam cantik itu dan memeluknya. Aroma baru produk pakaian menusuk hidungku, sangat harum. Pelukanku pada gaun itu sangat erat, aku ingin memeluk pria yang membelikan gaun ini. Berdebar dadaku, aku sungguh tak menyangka. 

"Terima kasih, V." Aku menyampaikan lewat telepon rumah yang tersambung ke nomor ponsel pribadinya.

"Oh, pakaiannya sudah sampai? 

"Sudah, V," jawabku sedikit gagap.

Setelah meneleponnya, aku kembali memeluk gaun itu. Aku kembali meneteskan air mata. Gaun yang biasa dipakai selebriti kini dipakai oleh pelayan seorang selebriti. Saat gaun itu hanya menjadi khayalan dan hanya dilihat di Instagram atau kanal YouTube dan kini aku memilikinya. Aku seperti Cinderella yang mendadak nasibnya berubah. Terima kasih V, aku tak tahu bagaimana cara membalas kebaikanmu.


Geuneun dong- Uihabnikka = apakah dia menyetujuinya?

Ne = iya

My Big Boss IS V BTSWhere stories live. Discover now