Episode 38 : Yana Menghilang

80 16 73
                                    

Muza Yana

Setelah melihat adegan romantis antara Taehyung atau V dan Xiaoyu, mendadak jantungku berdebar cepat. V sepertinya tengah merayu Xiaoyu. Ia bahkan menatap Xiaoyu lembut hingga mengulurkan tangan. Mereka seperti Romeo dan Juliet versi Asia. Mereka bercakap-cakap dan sama sekali aku tak mengerti apa yang mereka ucapkan.

Setelah adegan rayu merayu itu, akhirnya Xiaoyu meleleh. Gadis itu pun mengikuti kemauan V. Kurasa Xiaoyu juga mendadak grogi karena kulihat ia meremas jemarinya. Entah ke mana ia dibawa V. Gadis itu menurut saja, bahkan ia menggandeng tangan V dengan manja sebelum meninggalkan rumah. Setelah menggandeng tangan V, ia menoleh padaku dan mencibir padaku seolah ialah yang memenangkan hati V.

Aku merasa sakit tiba-tiba. Sakit yang sepertinya tidak sewajarnya. Perlahan air mataku meleleh. Ini kali ketiga aku merasa cintaku bertepuk sebelah tangan, setelah diselingkuhi Gusti dan tak ditanggapi Rean. 

Setelah mandi, aku melihat wajahku dan rambut baru hasil perbuatan Xiaoyu. Rambutku kini pendek rata. Hasil potongan emosional yang dikerjakan Xiaoyu tidak terlalu buruk. Aku tak jadi sakit hati karena rambutku pendek, tetapi sakit hati justru saat V mengulurkan tangannya pada Xiaoyu dengan tatapan penuh kasih. Baiklah, mereka sebenarnya sangat cocok. Sebagai pelayan aku tak boleh memiliki perasaan, tetapi aku terlanjur jatuh ke palung hati dan perasaan yang kumiliki.

Kurasa V pergi agak lama, sementara Jigoong mungkin mengerjakan beberapa pekerjaan. Agaknya aku harus menghibur diriku sendiri karena rasa patah hati ini. Aku berjalan dengan niat keluar dari apartemen ini untuk melihat salju pertama seorang diri. Dari berita yang kudengar salju pertama akan turun tak berapa lama lagi. Sebagai orang asing di negeri ini, momen ini akan menjadi momen indah yang harus kuabadikan.

Berbekal kunci cadangan dari Jigoong, aku pun keluar dari apartemen V sendirian. Sebelumnya aku berhasil merayu Jigoong untuk memberikan kunci cadangan apartemen miliknya. Jigoong memberikan peringatan kalau aku harus berhati-hati saat keluar apartemen karena bisa menimbulkan masalah.

Malam ini aku nekat keluar rumah. Karena cuaca dingin di Seoul, kulihat di koridor apartemen sepi. Tidak ada seseorang yang lewat, mungkin penghuni apartemen menghabiskan waktunya di dalam apartemen atau memang bepergian ke luar rumah untuk menyaksikan salju turun untuk pertama kalinya di tahun ini.

Aku melapisi tubuhku dengan tiga lapis jaket sekaligus. Aku sangat yakin perbedaan cuaca sangat signifikan antara Seoul dengan kampungku. Selain jaket tiga lapis, aku juga menggunakan sarung tangan dan topi milik Jigoong. Aku berjalan pelan tanpa arah dan tujuan. 

Di tengah jalan masih ada beberapa orang yang menjalankan aktivitasnya. Ada yang berpasangan dan ada yang bergerombol. Aku hanya melihatnya dan melanjutkan perjalananku. Aku mungkin akan ke taman saja sekedar melihat pemandangan salju pertama.

Tak lama aku pun sampai di sebuah taman kecil yang berada di tengah keramaian Gangnam. Sebuah zona hijau di tengah kota dan pemandangan di sini cukup bagus. 

*** 

Kim Taehyung V

Setelah mengantar Xiaoyu pulang aku bergegas kembali ke apartemen. Aku mengkhawatirkan Yana, wanita itu sempat kulihat wajahnya menunjukkan kesedihan. Apa yang telah dilakukan Xiaoyu selain memangkas rambutnya menjadi pendek?

Begitu aku memasuki apartemen, aku langsung mencarinya di dapur. Ia tak ada, aku mencari ke kamarnya, kamar mandi, kamar Jigoong, kamarku, studioku, ruang keluarga, dan taman balkon ia juga tak kutemukan.

Aku mengembuskan napas kasar dan mengusap keningku. Ke mana wanita Indonesia itu? Tiba-tiba saja ia menghilang, apa yang terjadi padanya? Secepatnya aku mengambil ponselku dan menelepon Jigoong.

"Jigoong! Kau bersama Yana?" tanyaku panik.

"Tidak, Hyung? Aku masih di agensi mengurus surat-surat penting terkait kontrakmu. Aku juga masih membantu Manajer Kim, memangnya ada apa?" Jigoong kembali bertanya.

"Muza Yana menghilang, ia tak ada di rumah!" jawabku. Setelahnya aku mematikan ponselku.

Aku teringat Seokjin, baiklah siapa tahu Seokjin menjemput Yana saat aku mengajak Xiaoyu jalan-jalan. Aku pun menekan ponsel menghubungi Seokjin.

"Hyung, apa kau bersama Muza Yana?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Tidak, aku masih di agensi. Memangnya kenapa? Apa dia tak ada di rumahmu?" ia kembali bertanya.

"Benar, Hyung. Baiklah, aku mencarinya dulu," jawabku sambil mematikan ponsel. Segera aku memasukkan ponselku kembali.

Aku mengusap wajahku. Aku mencemaskan dirinya. Ia sebatang kara di sini tanpa sanak saudara. Lantas ke manakah dirinya? "Ugh!" Aku meninju dinding.

Ponselku kembali bergetar, dengan cepat aku mengeluarkan dari saku. Kukira seseorang meneleponku, tetapi ternyata Seokjin. Ia sepertinya ikut cemas. "Bagaimana? Apa aku juga ikut mencarinya?" 

"Tidak usah, Hyung. Aku akan mencarinya. Mungkin ia ke minimarket membeli sesuatu," jawabku.

"Tolong kabari aku, jika kau butuh bantuanku," timpalnya.

"Baiklah, Hyung," jawabku singkat. Aku segera mematikan ponsel dan bergerak mencari Yana. Semoga ia belum jauh. Aku mengambil masker dan kacamata, tak lupa aku memakai topi rajut.

Aku mencoba mengingat-ingat lokasi yang mungkin pernah ia datangi. Aku memulai pencarian di restoran Asia, tempat ia dan Seokjin pernah datangi. Aku mencarinya dengan berjalan kaki. Kurasa ia belum jauh dari sini. 

Setelah sampai aku langsung masuk dan melihat semua pengunjung dan semua tempat duduk, ia tak ada. Aku berjalan cepat menuju minimarket di depan halte bus, masih belum kutemukan. Ke manakah dirinya? Aku kembali berlari kecil menuju minimarket di depan apartmenku tetap saja ia tak ada. Lagi-lagi aku belum menemukannya.

Aku menelpon petugas taman hiburan yang pernah kami datangi, rupanya taman hiburan itu sudah tutup. Artinya Yana tak ada di situ. Dengan langkah pelan aku mencoba berjalan ke sebuah taman kecil, siapa tahu wanita itu mencari hiburan di sana.

Aku berjalan melewati beberapa lorong terdekat. Beruntung orang-orang yang kulewati tak mengenalku. Aku tetap santai seperti orang biasa lewat. Begitu sampai di taman kecil aku celingukan ke kiri dan ke kanan.

"Yana," kataku memanggil seseorang berambut pendek memakai topi rajut berwarna oranye. Aku menarik tangannya dari belakang dan akhirnya ia menoleh.

"Hah?" Ia tampak heran.

"Oh, maaf. Halmoni, maaf. Saya salah orang." Aku meminta maaf dan menunduk.

Sial, aku baru saja menarik tangan nenek-nenek. Untung saja nenek-nenek, kurasa ia tak mengenalku. Aku kembali celingukan sambil melangkah pelan. Kulihat semua orang di taman sedang sibuk, sepertinya mereka akan melihat salju pertama. 

Aku melangkah pelan sambil diam-diam memperhatikan sekelilingku. Dari pemantauan, sepertinya pengunjung tempat ini sibuk dengan dirinya masing-masing. Ada yang seorang diri, berpasangan dan ada keluarga yang tampak menunggui anak mereka. 

Ketika aku sampai di pusat taman, tepatnya sebuah lapangan yang berbentuk lingkaran aku seperti melihat Muza Yana. Aku mencoba memperhatikan dari jauh, ia tampak kebingungan. Ia memutar tubuhnya melihat sekeliling. Kuharap mataku tidak salah, dan tidak menarik tangan nenek-nenek lagi.




My Big Boss IS V BTSTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon