Episode 21 : Jam Operasional

119 26 86
                                    

Muza Yana   

Sepulangnya dari jalan-jalan santai dengan Seokjin, V banyak bertanya. Ia seperti mengintrogasiku. Ia menanyakan apa saja yang kulakukan bersama Seokjin. Menurutku, V terlalu ingin tahu dan ikut campur urusanku.

Aku hanya menceritakan perihal cara membuat wedang jahe. Aku tak menceritakan secara mendetail tentang apa yang terjadi antara aku dan Seokjin. Aku tidak bercerita kalau Seokjin mengajakku ke Eropa, mengajakku menginap ke apartemen pribadinya, dan hampir menciumku. 

V masih mengintrogasiku kembali, ia bahkan bertanya mengapa Seokjin tidak membawa pengawal. Aku hanya menjawab kalau pria itu ingin jalan-jalan dengan melepas atribut superstar-nya. V tersenyum sinis, sudut kiri bibirnya terangkat. "Hmm."

Setelah banyak mengintrogasiku, kini giliranku bertanya, mengapa ia tiba-tiba muncul dan menyusul kami? 

"Aku membeli rokok di minimarket," jawabnya beralibi. 

"Mengapa kau tidak membeli di minimarket dekat apartemenmu?" aku kembali bertanya.

"Aku, aku suka belanja di minimarket yang berada di depan halte. Nah, iya, begitu. Lagi pula, berbelanja di minimarket di seberang halte membuatku aman karena tak ada yang mengenaliku."

Alasan yang tidak masuk akal. Kalau memang ke minimarket membeli rokok, mengapa ia membawa dua buah payung? Bukankah ke minimarket seorang diri hanya memerlukan satu payung? Akhirnya, Ia tak bisa menjawab.

Perdebatan itu akhirnya membuat ia kalah. Ia menyuruhku mengganti baju dan beristirahat. Setelah menyuruhku beristirahat, ia kembali berkata kalau aku tak diizinkan jalan-jalan dengan Seokjin atau siapa pun, terlebih pada saat malam hari. Sejak saat itu, aku kesal padanya. Menurutku, ia terlalu mengekangku.

***

Seminggu setelah jalan-jalan dengan Seokjin, V sepertinya tak mau kalah. Ia berencana akan membawaku bermain ke taman hiburan.

"Memangnya kau bisa jalan-jalan di tengah keramaian?" tanyaku tak percaya.

"Bisa, sekarang kau tidur saja. Pasang alarm pukul satu malam," titahnya. Ia tak menjawab pertanyaanku mengapa harus pukul satu malam? Ia lantas melenggang meninggalkanku sendirian di depan kamarnya lalu menutup pintu kamarnya.

Pukul satu malam, alarm berbunyi. Aku bangun dan mengganti bajuku. Aku keluar kamar dengan kemeja putih dan rok panjang bunga-bunga berwarna biru dongker yang ia belikan saat pertama kali aku menjadi pelayannya.

Aku berencana menunggunya di ruang keluarga. Baru saja aku sampai di sana, V ternyata sudah duduk dan melihat waktu di jam mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Kemudian, ia berdiri tanpa menyapa dan menoleh padaku.

V memakai kacamata hitam dan memasang jaket parka miliknya. Ia juga menguncir bagian belakang rambutnya. Rambutnya kini sudah panjang, ia tak bisa memotongnya karena memotong rambut hanya dilakukan oleh pengarah gaya agensi. Bagaimanapun V, apa pun gaya yang ia kenakan, ia tetap tampan. Aku hanya menelan saliva. Aku selalu grogi jika berhadapan dengannya.

V berjalan sangat cepat hingga aku tak bisa mengiringinya. Setiap ada CCTV di sudut koridor apartemen, ia menghindar dengan berjalan memunggungi CCTV. Hingga di lift kami tak bercakap-cakap dan saling memunggungi. Ia sepertinya tak bernyali. Padahal, apartemen mahalnya ini sudah pasti menjaga privasinya.

Beberapa penghuni di gedung apartemen--tetangga V hampir semuanya superstar. Ada Lee Sun Jun, aktor drama Korea yang melejit lewat drama yang berjudul Landing to Your Heart, Jang Dong Min yang populer lewat Miss Me Again, dan lain sebagainya. Dua orang itu aku ketahui saat aku mengintip di balik pintu. Itu belum termasuk K-Pop idol lain dan pengusaha seperti yang disampaikan Jigoong padaku. Soal keamanan kurasa tempat tinggalnya cukup aman dan tidak akan menyebarkan privasi bahkan privasi CCTV sekalipun.

V tampak gelisah dan waspada, sangat berbeda dengan Seokjin yang santai berjalan melenggang sepanjang koridor berdua denganku. Kurasa Seokjin tahu kalau apartemen V sangat menjaga privasi. Hingga ia tetap santai melenggang bahkan berjalan bersebelahan denganku.

Aku dan V masuk ke dalam sedan milik Jigoong di basement. V sengaja mengganti plat mobil milik Jigoong dengan plat lain yang ia ambil dari bagasi sedan. Sepertinya, ia melakukan hal ini supaya orang lain tak mengetahui keberadaannya.

***

Setengah jam kemudian, kami sampai di sebuah taman hiburan anak-anak. Taman Hiburan itu sudah tutup, tetapi masih beroperasi. Lampunya masih menyala dan wahana permainan yang ada di dalamnya juga masih menyala serta berputar layaknya jam operasional. Aku dah V masuk melalui pintu kecil, begitu sampai aku dibuat takjub. Wahana ini masih beroperasi tanpa ada satu orang pun yang berkunjung kecuali kami.

Lampu-lampu menerangkan taman hiburan layaknya waktu operasional seperti biasa. Semua permainan anak-anak seperti komidi putar, bianglala, cangkir berputar, roller coaster, ayunan berputar, dan beberapa wahana lainnya menyala layaknya ada pengunjung. Kurasa ini spesial untuk dirinya dan hanya saat ia memesannya dini hari.

"Kau seperti menguasai segalanya," kataku takjub. "Waw." 

Taman hiburan ini beroperasi dini hari khusus untuk dirinya. Sepertinya, ia menyukai taman hiburan, ia nekat datang sendirian dan naik wahana permainan sendirian. Kasihan, mungkin karena ia superstar ia diizinkan menggunakan wahana ini sendirian agar privasinya terjaga. Aku yakin, V tak sedikit mengeluarkan uang untuk kesenangannya ini.

Kami berjalan mengitari taman hiburan. Setelahnya kami duduk di kursi. V membuka bungkusan kertas yang isinya adalah permen kapas. Sepertinya, ia menyiapkan sebelum kami datang kemari, mungkin ia menyuruh Jigoong membelinya.

Setangkai ia berikan padaku, setangkai lagi ia buka bungkusnya dan ia gigit. Setelahnya ia menoleh padaku. "Kau suka taman hiburan?" 

"Iya, V." Tidak, aku berbohong, bagiku ini membosankan, aku lebih suka shopping. Namun, demi membuatmu senang tak apa, aku nantinya juga akan senang. Meski aku takut naik bianglala. Semoga ia tak mengajakku naik bianglala.

V melanjutkan menggigit permen kapas miliknya dengan menatap wahana yang berputar tanpa ada seseorang yang menaikinya. "Kencan impianku adalah di taman hiburan, aku mengunjunginya sendiri setiap Sabtu pukul satu dini hari. Aku sengaja meminta pengurusnya agar aku tetap bisa bermain wahana tanpa diganggu orang lain."

"Kencan impianmu? Sebelumnya kau belum pernah berkencan?" 

V menggeleng.

"Aku pernah membaca berita di internet, kau pernah berkencan saat SMP, benarkah berita itu?" tanyaku penasaran. Bukankah lebih baik jika aku menanyakan langsung padanya?

"Hahaha, tidak benar. Kalau aku menyukai gadis saat SMP memang pernah, tapi dia menolakku." Bodoh sekali gadis itu. 

"Kurasa sekarang gadis itu menyesalinya. Sebab, siapa pun yang nantinya menjadi kekasihmu tentu akan sangat beruntung sekali."

V menoleh. "Benarkah?"

"Benar, kau baik. Kau juga tampan," jawabku.

"Haha bisa saja kau. Kau sendiri pernah berkencan?"

“Pernah, saat aku sekolah menengah atas, tetapi pria itu selingkuh. Ia salah kirim pesan, seharusnya untuk gadis lain, tetapi justru terkirim ke ponselku," jawabku sekenanya.

V terkekeh mendengar ceritaku. Sial, ia menertawakan kisah cintaku. Itu adalah cinta pertamaku, dan rasanya tentu sakit sekali. "Cinta pertama itu menyakitkan," terangku.

"Aku hanya baru merasakan jatuh cinta. Saat menjadi trainee, aku pernah menyukai teman sekelasku, tetapi hanya sekadar suka," ceritanya.

Aku mengangguk mendengar ceritanya. Kalau sekarang, jangankan menolak. Jutaan wanita sudah antre menjadi kekasihnya. Sementara aku di sini, akan menjadi sebuah dosa besar. Walau statusku adalah pelayan, tetapi jika berdua dengannya akan menjadi dosa yang sangat besar bagi V. Tentu saja aku juga berdosa, merebut idola jutaan wanita.

Setelah menghabiskan permen kapas V berdiri. "Muza Yana, kita naik bianglala, ya. Sudah lama aku tidak menaikinya." Ternyata benar, hal yang kutakutkan akhirnya terjadi.

My Big Boss IS V BTSWhere stories live. Discover now