Episode 11 : Gemuruh Hati

198 43 127
                                    


Muza Yana

"Tidak, tidak mungkin. Mengapa tiba-tiba aku merasa remuk? Aku ini bukan penggemarnya, bukan fans aliran keras, mengapa tiba-tiba aku remuk seperti tak rela? Bukan kah mereka pantas? Mereka juga cocok?" batinku.

Aku pulang bersama dengan Jigoong diantar sopir agensi. Sementara V, dia mengantar Xiaoyu ke asrama.  Sebelumnya, V tak mau mengantar Xiaoyu pulang, tetapi gadis itu merengek dan mengomel-ngomel.

Xiaoyu juga sepertinya sinis menatapku. Aku seperti sebuah ancaman baginya. Padahal, apa lah aku ini jika dibandingkan dirinya. Dirinya wanita tercantik di dunia terpilihnya juga bersamaan dengan V.

Tiba-tiba aku merasa gelisah melihat pemandangan tadi. Benarkah mereka berkencan? Tadi, V sempat mengklarifikasi kalau mereka tidak melakukan apa-apa. Sekarang ia mengantarkan Xiaoyu ke asrama, atau ke hotel? V mengantarnya lama atau sebentar? Entah mengapa tiba-tiba rasanya tak rela jika mereka seperti yang kubayangkan.

Tunggu, mengapa aku jadi khawatir begini? Apa urusanku kalau mereka pacaran? Apa urusanku kalau mereka menginap? Kutepis pikiran dan prasangka burukku. Aku juga terus mengingatkan diriku sendiri  bahwa aku adalah pelayan.

***

Apartemen V tak jauh dari agensinya. Jigoong bercerita kalau V sengaja memilih apartemen premium ini, selain dekat dengan agensi apartemen ini juga terjaga privasinya. Soal harga, aku tak perlu bertanya pada Jigoong. Sebab, harga apartemen ini sudah digembar-gemborkan di beberapa situs properti, sekitar enam puluh empat milyar rupiah.

Begitu turun dari mobil kami langsung memasuki lobi apartmen dengan desain yang luar biasa. Untuk mengunjungi pemilik unit apartemen, pengunjung harus melapor dulu pada sekuriti dan disampaikan ke pemilik unit apartemen. Diizinkan atau tidak? Jika tidak harap pergi atau silakan janji di luar.

Aku mengikuti Jigoong dari belakang dengan membawa barang belanjaan tadi. Jiggong punya kuci serep berbentuk kartu. Kunci itu mirip kunci hotel. Jigoong membuka pintu layaknya pemilik apartemen.

Berdebar rasanya memasuki rumah mewah V. Aku layaknya gadis kampung yang dinikahi pangeran dan masuk ke istana megah. Namun, pada kenyataannya berbanding terbalik. Aku ini gadis kampung yang masuk ke rumah majikan kaya raya seperti V.

Ruangan demi ruangan telihat sangat mewah. Apartemen V di desain minimalis dengan sedikit kesan industrialis. Kesan industrialis mungkin karena pemiliknya lelaki.

Aku memulai room tour tiap ruangan agar aku hafal dan bisa lebih mudah membersihkannya. Apartemen ini bisa dikatakan sangat luas. Ada tiga kamar. Kamar utama, kamar tengah dan kamar belakang. Aku menempati kamar belakang yang ukurannya tidak terlalu luas. Kurasa kamar paling belakang cukup untuk pelayan.

Ruang makan didesain menghadap sungai Han dengan view yang romantis. Apartemen ini terlalu besar kurasa, hingga aku berpikir keras bagaimana nantinya jika ingin membersihkannya?

Masih bertualang di rumah mewah V. Aku memasuki ruangan demi ruangan, paling depan tentu saja ruang tamu lalu masuk ke ruang keluarga yang ada televisi berlayar 60 inch, lalu ruangan gym, perpustakaan, dapur, taman balkon, dan lainnya.

Dari semua ruangan yang ada, yang paling kusukai adalah dapur. Dapur apartemen ini  sangat mewah dengan kesan industrialis dominan warna abu-abu. Peralatan dapurnya sangat mewah dan tertata rapi. Kitchen set didesain sedemikian rupa hingga tampak mewah.

Dapur ini nampaknya tak pernah dijamah V atau pun Jigoong. Tidak ada bekas minyak atau pun sampah-sampah rumah tangga. Aku sangat yakin mereka ke dapur hanya untuk membuat mi instan. Sementara untuk makan, mereka tentu makan di restoran mahal atau delivery order.

Setelah aku mengililingi rumah V yang sangat luas itu, aku memasuki kamar paling belakang, dekat dapur tentunya. Kamar ini lebih sempit dibanding kamar V atau kamar tengah yang ditempati Jigoong. Untuk interiornya, developer sepertinya mendesain sederhana bernuansa putih.

Walau bernuansa putih dan sangat sederhana, kamar ini bagiku sangat bagus dan mewah. Kamar mandi mungil yang ada di dalam kamar, sangat mirip dengan kamar mandi hotel. Aku pun melepas pakaianku dan mandi, sebab setelah sejak kabur tadi aku belum mandi.

***

Kim Taehyung

Xiaoyu tampak memencet-mencet ponselnya. Sejak keluar dari kantor Greatest Hits ia seperti murung saja. Biasanya, kalau ia kuantar pulang ia selalu cerewet mengatur-ngatur dan sederet omongan bernada posesif ditujukan padaku. Kali ini ia diam saja.

"Hei, Xiaoyu. Kau kenapa?" tanyaku basa-basi sambil konsentrasi menyetir.

"Jelaskan padaku, Yeobo! Siapa gadis Indonesia tadi?"

"Muza Yana, dia pelayan baruku," jawabku santai.

"Bagus, kurasa orang sepertinya pantas menjadi pelayan. Dari tempat asalnya, aku tak ragu kalau memang sejatinya pelayan berasal dari sana."

Aku menoleh. "Kau bicara apa? Tidak semua seperti itu. Ada juga idol yang berasal dari Indonesia. Kau tak boleh berkata seperti itu."

Xiaoyu menggaruk-garuk rambut lurusnya. Ia nampak kesal setelah tahu kalau aku mempekerjakan wanita asal Indonesia itu.

"Kau jangan banyak berkomunikasi dengannya!" Tiba-tiba Xiaoyu mulai posesif. Aku malas menanggapinya.

"Bagaimana dia bekerja, jika aku tak berkomunikasi dengannya?" jawabku.

"Ah, kalau begini terus. Aku tak bisa tenang. Bagaimana kalau aku juga tinggal di rumahmu?" Xiaoyu tiba-tiba menantangku.

"Jangan gila, karirku bisa hancur kalau aku serumah denganmu. Jangan mengada-ada," tolakku.

"Banyak idol yang satu rumah dengan pacarnya. Mengapa kita tidak?"

"Hei, kita belum suami istri, kita juga tidak pacaran. Aku tidak mau satu rumah denganmu."

"Baiklah, kalau begitu nikahi aku! Sekarang!" Xiaoyu memaksaku menikahinya. Bukannya marah aku justru tertawa. Gadis dua puluh satu tahun ini sangat nekat.

"Xiaoyu, kau masih muda. Karirmu masih panjang. Kita jangan membicarakan pernikahan ya. Aku yakin suatu saat nanti kau mendapatkan lelaki yang tepat," jawabku.

"Aku sudah menemukannya, kau tahu?"

"Hah, benarkah?"

"Benar?"

"Siapa?" tanyaku.

"Kau!" jawabnya.

Aku makin terkekeh. Aku tentu saja belum memikirkan penikahan. Xiaoyu hanya kuanggap sahabat karena dia lebih muda dariku, dia juga seperti adik perempuanku.

"Kita sudah sampai asramamu." Aku mengalihkan pembicaraan dan menghentikan mobil.

Xiaoyu menatapku. Ia tersenyum manis. Ia mendekatkan tubuhnya dan berbisik, "Aku mencintaimu, V Oppa." Kemudian, ia menarik leherku dengan pelan. Aku menoleh padanya tetapi tiba-tiba. "Mmmh." Dengan cepat bibirnya mengecup bibirku. Sial! Ciuman pertamaku direnggut Xiaoyu. Walau itu sebuah kecupan singkat aku tetap merasa tak rela.

Xiaoyu tersenyum kecut. Ia menaikkan bahunya. Setelah itu tanpa pamit ia kabur seperti tak berdosa. Ia membanting pintu mobil dan berlari masuk ke asramanya. Ia seperti tahu kalau aku kesal karena dirinya menciumku secara paksa.

Aku memegang bibirku. Beginikah rasanya ciuman pertama? Sejak sekolah menengah atas, aku sudah menjadi trainee Greatest Hits. Aku dituntut untuk menjaga sikapku di sekolah hingga aku tak pernah menjalin hubungan dengan wanita. Aku hanya bersahabat dengan wanita. Jadi, jika Xiaouyu memaksaku untuk membalas cintanya, sudah pasti aku butuh waktu lama untuk memikirkannya.

Votenya ya teman-teman

My Big Boss IS V BTSWhere stories live. Discover now