Episode 36 : Ancaman

66 15 52
                                    

Kim Taehyung (V)

Malam ini adalah salju pertama di Seoul. Aku dan teman-temanku hanya merencanakan minum-minum bersama. Dari tahun ke tahun sepertinya selalu begitu, ini karena kesibukan kami yang cukup padat. Setelah menyelesaikan beberapa video untuk kanal YouTube dan kanal live lainnya, aku kembali ke ruangan pribadiku.

Hari ini, Xiaoyu sepertinya tak datang menemuiku. Setelah tak jadi berdansa denganku di event beberapa minggu yang lalu, Xiaoyu tampaknya tak marah padaku. Gadis itu terlihat santai saja seperti tak terjadi apa-apa. Dari obrolan beberapa kru, kudengar Xiaoyu tampak menunjukkan sikap positif kala Jungwoo yang menjadi pasangan dansanya.

Xiaoyu dan teman-teman Twins-nya tak jauh berbeda dengan kami, kurasa mereka juga sibuk. Di sela-sela kesibukan, ia menyempatkan dirinya menemui kami khususnya menemuiku. Iya, gadis itu selama seminggu berturut-turut menghabiskan waktunya satu jam atau dua jam di sini. Namun, untuk hari ini, aku tak melihat batang hidungnya.

Aku tak harus mengomentari hal yang membuatnya tak datang kemari, sebab aku bisa menikmati kesendirianku menonton televisi di ruangan pribadiku. Aku menyetel siaran drama Suara Hati Istri seperti biasanya menjelang malam. Sebuah drama pernikahan Indonesia sekali tonton. Drama yang mempunyai konflik rumah tangga beragam, jika kuperhatikan banyak di antaranya drama yang menayangkan kisah nyata. Ya, kisah nyata drama pernikahan di Indonesia.

Tok tok tok

"Masuk," jawabku setelahnya.

Ternyata Seokjin datang. Ia menutup pintu dan bergabung menonton televisi bersamaku. 

"Kau suka sekali menonton drama ini! Bukankah ini drama yang menyedihkan?" Seokjin mencoba mengomentari.

Aku hanya tersenyum sambil menoleh padanya. "Cukup menyedihkan, tetapi pada umumnya bercerita tentang seorang suami yang diambil oleh wanita lain," ceritaku.

"Benarkah? Hahaha." Seokjin tertawa mendengarkan ceritaku.

"Benar, Hyung. Ceritanya beragam dan ditayangkan sejak pagi. Aku penasaran dengan kata-kata 'nikah siri' dan 'pelakor.' Dari yang kutonton, sepertinya nikah siri itu adalah menikah diam-diam," ceritaku.

"Kau sok tahu sekali. Mengapa kau tidak tanyakan pada Muza Yana. Kurasa ia bisa menjelaskan," timpal Seokjin terkekeh.

Aku tertawa, kurasa yang dikatakan Seokjin benar. Muza Yana tentu akan tahu artinya. Namun, aku selalu lupa menanyakannya. "Kau benar," kataku.

"Berbicara tentang Muza Yana. Bagaimana hubunganmu dengannya?" Aku menoleh sesaat setelah Seokjin bertanya. Saat aku menoleh kulihat ia menunduk dan memainkan jari-jarinya. Ia seperti sangat grogi.

"Kenapa bertanya seperti itu, Hyung? Dia itu pelayanku," jawabku tak kalah grogi. Mendadak ia datang-datang bertanya tentang pelayanku. Dari sekian banyak idol wanita, sosialita, dan wanita cantik lainnya ia justru penasaran dengan pelayan. Ada apa dengan dirinya?

"Kulihat kau sedikit berbeda sejak mengenalnya," jawab Seokjin.

Kami berdua terdiam dan memainkan jemari masing-masing. Suasana mendadak menjadi sunyi, hanya terdengar suara televisi di mana pemeran laki-laki sangat sedih, ketika mendapati pemeran wanita yang menjadi istrinya telah menjalin cinta dengan sahabatnya. Perhatianku mendadak kembali ke layar televisi.

"Drama aneh. Mengapa menjadi seperti ini ceritanya? Apa kurang suaminya? Sudah tampan, kaya, masih saja tertarik pada laki-laki lain," umpatku. Menonton drama siaran Indonesia sepertinya cukup memacu adrenalin. Lebih banyak kesalnya dibandingkan bahagianya. 

Mendengar ucapanku perhatian Seokjin akhirnya beralih pada televisi. Ia menonton dengan cukup serius. Kulihat keningnya berkerut saat pemeran wanita yang selingkuh itu ditabrak sepeda motor. Setelah di layar televisi menampilkan sang wanita dilarikan ke rumah sakit, Seokjin melepas pandangannya dari televisi. "Taehyung-ah, aku serius. Apa kau mencintai Muza Yana?"

Aku membeku, tak bisa menjawab. 

***

Muza Yana

Sejak pagi hingga malam, Xiaoyu benar-benar membuatku tertekan batin. Ia tak habis-habisnya memerintahku seperti seorang budak. Sejak pagi saat ia datang, ia terus-terusan ngomel-ngomel. Ia bahkan memintaku bersumpah untuk tidak mencintai Taehyung-nya itu. 

Ketika aku tak mau mengucapkan sumpah itu, Xiaoyu marah dan menampar pipiku cukup keras. Aku ingin membalas tamparannya, tetapi tak bisa. Aku takut ia akan menyebarkan berita kalau aku adalah gundik atau wanita simpanan V. Jika aku nekat menamparnya, tentu saja muncul berita buruk kalau seorang idol K-pop paling cantik di dunia ditampar pelayan V BTS asal Indonesia. 

Di Korea, tentu sama namaku buruk sekali bahkan aku mungkin akan dipenjara, tetapi tidak di Indonesia. Jika aku nekat membalas tamparan Xiaoyu, orang-orang akan nekat mencari Instagram-ku lalu berbondong-bondong mem-follow dan bisa jadi aku muncul di acara talkshow dengan tema 'Berani sekali menampar wanita paling cantik di dunia.' Setelah muncul di talkshow,  tentu saja follower Instagram-ku makin banyak, aku makin populer, dan aku jadi selebriti pansos tanpa bakat dan endorsement juga makin lancar. Tidak, aku tidak seperti itu.

"Mengapa kau, tidak mau bersumpah?" tanya Xiaoyu dengan menjambak rambutku tiba-tiba. Aku hanya menggeleng pelan. Aku kecil jika dibandingkan dirinya yang tinggi semampai 170 sentimeter lebih.

Sejak pagi aku melayaninya seperti seorang ratu, lebih tepatnya seperti nyonya rumah di sini. Aku menyiapkan makannya, mengikir kukunya, membiarkan ia tidur di kamar V, dan aku juga mengurut bahunya. 

Kenyataannya sekarang ia justru marah besar saat aku tak mau bersumpah untuk tidak mencintai V. Aku tak bisa bersumpah, siapa yang bisa menolak pesona V? Mungkin jutaan wanita di dunia ini tidak akan mau mengucap sumpah untuk tidak mencintai V. Lebih baik ia membunuhku daripada aku harus berjanji dan bersumpah untuk hal yang sulit.

Aku masih diam saat tangan Xiaoyu masih mencengkeram rambutku. "Mengapa kau diam saja? Kau juga mencintainya? Hah?" Aku masih diam, kini bulir-bulir air mataku menetes. Sakit rasanya saat aku diperlakukan seperti ini. Aku bisa melakukan perlawanan, tetapi demi V aku tetap sabar. Aku tak ingin terjadi sesuatu pada V, aku tak ingin karir yang ia bangun susah payah, tetapi justru dihancurkan Xiaoyu.

Xiaoyu melepas cengkeramannya hingga aku terhuyung pelan. Aku mengusap air mataku. Aku berjalan menjauh dari Xiaoyu dan berdiri di dekat dapur.

"Kau masih berkeras hati, kau itu bukan sainganku. Kau tak sebanding denganku!" omelnya.

"Aku memang tak sebanding dirimu. Kau sangat cantik, sementara aku, apalah aku ini. Kenapa kau menjadikan aku sebagai sebuah ancaman?" kataku pelan.

"Semua yang menghalangiku untuk mendekati V adalah sebuah ancaman bagiku. Termasuk dirimu yang sangat kampungan!" katanya.

Aku tertunduk, Xiaoyu mendekatiku dan memaksaku duduk. Aku mengikutinya, ia melepas jepitan rambutku dan menyisir dengan jari lentiknya. Astaga, apa yang akan ia lakukan?

Xiayu masih menyisir rambutku dengan jarinya. Mulai dari ubun-ubun hingga ujung rambutku yang sepanjang punggung. "Apa yang akan kau lakukan?" tanyaku dengan rasa cemas.

Ia menunjukkan sebuah gunting di wajahku. "Aku akan memotong rambutmu!" ujarnya sambil menggerakkan handle gunting.

"Jangan!" tolakku.

Makin aku histeris, Xiaoyu makin bersemangat memotong rambutku. Ia sangat cekatan memotong rambutku hingga akhirnya rambutku menjadi pendek sebahu. Xiaoyu akhirnya tertawa puas.

"Hah, kau justru cantik dengan rambut barumu itu," cemoohnya. 

Aku hanya memegangi rambut pendekku dan masih bersimpuh di atas lantai yang penuh berserakan bekas potongan rambutku. Xiaoyu tertawa, kulihat ia tetap cantik bahkan saat tertawa jahat seperti itu. Ia berjalan sambil tertawa dan kulihat ia mengangkat gagang telepon. Ia menekan-nekan beberapa angka, ia tak tahu kalau telepon itu hanya tersambung ke ponsel milik V.



My Big Boss IS V BTSWhere stories live. Discover now