Episode 41 : Yeobo

157 33 106
                                    

Muza Yana

Hari-hari kini diisi dengan hari penuh cinta dan debaran hati. Sejak V menjadi kekasihku, kini semuanya serba berbeda. Kami menjadi pasangan romantis di rumah. Cinta memang mengubah segalanya. Bahkan, mengubah seorang pelayan menjadi seorang nyonya rumah.

Setiap pagi sebelum ia berangkat ke kantor agensi, aku menyiapkan sarapan seperti biasa. Yang tidak biasa adalah sejak kami menjadi pasangan kekasih ia selalu memelukku dari belakang setiap aku menyiapkan makanan di dapur. Ia juga memberikan arahan memasak sarapan ala Korea. Sambil memeluk ia menempelkan dagunya di bahuku.

Setiap pukul 22.00 jika biasanya aku hanya menemaninya bercerita, kini berubah menjadi kencan romantis. Kami duduk berdekatan dan saling bersandar sambil menikmati drama Korea atau motor GP. Pria itu menyandarkan bahuku di dadanya sambil membelai lembut helaian rambutku dan aku sesekali mengelus pipinya.

Keromantisan kami ini membuat segalanya berubah. Kini ia tak menganggapku pelayan, kaca retak yang tak sengaja kuciptakan kini sudah ia relakan. Jika di awal aku bekerja karena mengganti kaca retak, kini aku tak perlu bekerja lagi. Sebenarnya, jika dipikir-pikir, urusanku sudah selesai.  Namun, sekarang status kami adalah sepasang kekasih, aku menjadi ingin lebih lama di sini, menemani V tentunya dan membuat dirinya nyaman dan bahagia.

Aku juga menolak saat ia memberiku gaji hasil kerja selama ini. Sebab, semua pemberiannya sebelum menjadi kekasihku sudah terlalu banyak. Ia merasa tak enak dan sebagai gantinya ia mengirim uang ke Indonesia untuk biaya kuliah Leci dan Caca. Rupanya walau tanpa bekerja adik-adikku bisa kuliah. Mereka tentu saja tidak tahu kalau kakaknya kini adalah kekasih rahasia seorang bintang K-Pop internasional.

V juga hampir tiap hari memberiku hadiah barang-barang mahal dan mengabulkan semua permintaanku. Ia sering pulang membawa hadiah yang ia belikan di butik mahal sekelas Louis Vuitton, Hermes, Celine, YSL, dan barang mahal lainnya. Barang itu ada yang kenang-kenangan hasil endorse BTS dan ada yang sengaja ia beli. Menangis bahagia, tentu saja. Aku benar-benar menjadi Cinderella abad 21.

Namun, ada hal yang membuatku tak bisa berkutik, kami berbeda keyakinan. Aku tak bisa mengubah akidahku, sampai kapan pun. Aku juga segan mengajaknya satu keyakinan denganku. Hal ini yang membuatku selalu menangguhkan pernikahan. Padahal, aku sangat menginginkan sebuah pernikahan.

Itu tak menjadi penghalang hubungan kami, aku yakin suatu saat pasti ada jalan bagi kami. Sebab, selalu ada jalan untuk cinta. Kini, untuk melindungi privasi V dan keamananku, V dan Jigoong membuat berita di agensi kalau aku sudah pulang ke Indonesia. Hanya member BTS yang tahu kalau aku masih bersembunyi di apartemen V. Sebab mereka sering mengunjungi V dan tidak bisa menutupi keberadaanku.

"Kau jangan terlalu capek, ya. Kau ini bukan pelayanku, tetapi kekasihku," bisik V. Ia mengeratkan pelukannya di pinggangku. Malam ini kami melihat pemandangan Sungai Han di malam hari dari jendela ruang makan.

"Tidak, aku tidak capek. Kau tenang saja, kau fokus pada karirmu ya. Kau juga harus tetap kuat latihan dan menciptakan lagu," timpalku. Aku mendongak ke atas melihat wajahnya yang terpaku pada pemandangan Sungai Han. Akhirnya, ia menatapku dan tersenyum. "Kesehatanmu juga harus dijaga," sambungku.

"Tentu saja, ada kau. Wanita manis yang selalu mengingatkanku dan menjagaku," bisiknya. Pria itu tersenyum dan menempelkan dagunya tepat di ubun-ubunku dengan tangan yang masih melingkar di pinggangku. Kurasakan gerakan embusan napas dari dada bidangnya. Momen seperti ini membuatku lupa pulang, lupa kampung halaman, dan lupa identitasku yang tertinggal di rumah bordil.

"V," panggilku lembut. "Bolehkah aku memanggilmu, Yeobo?"

V terkekeh. Ia makin mengeratkan pelukan dan mengayun tubuhku ke kiri dan ke kanan. "Mengapa kau tiba-tiba ingin memanggilku, Yeobo?"

"Aku ingin seperti Xiaoyu yang kudengar kerap memanggilmu Yeobo," kataku.

"Sebenarnya itu panggilan untuk pasangan suami istri, tetapi suatu saat kau akan menjadi istriku. Jadi, bolehlah aku izinkan," tukas V.

"Mmm," kataku dengan nada manja. Kemudian, aku mencubit pelan pipinya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan memanggilmu Baby karena aku menyukai panggilan itu," katanya dengan senyum merekah. Dalam pelukannya matanya menatap mataku. Kami sedekat ini. Sebenarnya sulit dipercaya, tetapi ini sungguh nyata. Aku seperti berada di dunia fantasi.

Aku mengelus tangan kekarnya yang melingkar di pinggangku. Sementara V masih mengayun pelan tubuhku. Aku berharap momen seperti ini tak akan pernah berakhir.

"Yeobo," panggilku pelan.

"Hmm," jawabnya lembut. Ia melepas pelukannya dan memutar tubuhku hingga menghadap padanya.

"Aku menyukai rambut keritingmu," kataku. Aku berjinjit mencoba meraih rambut tatanan rambut terbarunya, keriting. Rambut V lebih panjang dari biasanya. Tadi, ketika ia pulang dari agensi kulihat rambutnya berubah menjadi keriting. Rambutnya juga berwarna kemerahan. Ia makin tampak menggemaskan, aku ingin meremas-remas rambutnya.

"Tatanan rambut terbaruku," timpalnya. Ia mengusap usap rambutnya. Ia menurut saja dengan perintah penata gaya agensi.

"Kau tampan dengan rambut keritingmu itu. Oh, maksudku kau pasti tampan di semua tatanan rambut," komentarku.

Ia tersenyum manis. "Baiklah aku akan mempertahankan rambut keriting ini supaya kau menyukaiku dan mengganti idolamu menjadi aku," ujarnya.

"Eh, kau jangan begitu, idolaku akan tetap Chanyeol," godaku.

"Lalu aku?" protesnya. Ia nampak cemberut karena bukan dirinya yang menjadi idolaku.

"Kau adalah lelaki yang akan selalu kucintai sampai kapan pun," jawabku.

V tersenyum dan menarik hidungku, ia kembali merapatkan pelukannya dari belakang tubuhku. "Aku juga, aku mencintaimu," bisiknya.

"V, kau sangat tampan," bisikku

"Mengapa kau baru mengatakannya sekarang?" protesnya.

"Seharusnya aku tak perlu mengatakannya."

"Mengapa begitu?" ia kembali bertanya.

"Karena sebagian besar wanita di penjuru dunia sudah mengatakannya, aku tak perlu menambahnya lagi," jawabku.

V tertawa dan melepas pelukannya. Ia kembali memutar tubuhku dan kali ini jemarinya menyentuh daguku. Ia menatapku lembut dengan senyuman yang sangat indah, ketampanannya bertambah beberapa kali lipat. Malam ini V membakarku dengan api asmara. Setiap ia menciumku, ia selalu membuatku tak bisa tidur nyenyak karena memikirkan dirinya. Lebih tepatnya memikirkan ketampanannya yang tak bisa dihilangkan begitu saja dari pikiranku.

Semua sudah terlambat, pria itu kini menarik daguku dan menyentuhkan bibirnya ke atas bibirku. Sangat lembut dan hangat. Aku telah pasrah dalam gairah asmara. Aku bahkan tak peduli jika malam ini aku tak bisa tidur lagi. Ciuman itu kusambut aku mengikuti getaran bibirnya seiring getaran cinta yang ia ciptakan.

"Hey, get a room!" Jigoong mengagetkan kami.

Kami langsung 'bubar' dan tentu saja gelagapan. Aku malu sekali, kepergok ciuman seperti ini. Sial, kami lupa kalau Jigoong sejak tadi di dalam kamar. Kami memang sering lupa dengan keberadaan Jigoong. Ya, jika cinta sudah menyapa dunia memang seperti milik berdua.

"Neomu banghae!" ujar V pada Jigoong.

Terjemahan :

Hey, get a room! (Inggris) : hey, cari ruangan!

Neomu banghae!  (Korea) : mengganggu saja


My Big Boss IS V BTSWhere stories live. Discover now