"Are you kidding me, bang?" manik coklat terang si empunya nama hampir meloncat keluar. "Aku udah ngatur jadwal ini dari kemarin malam, dan Abang seenaknya minta dirubah lagi?"

"Ya. Malam ini kami ada jadwal dinner." Pria berkacamata itu menatap sang adik penuh tanya dari balik frame kacamata.

"Ck."

Arez berdecak sebal sambil beranjak dari tempatnya duduk. "Gak semudah itu merubah jadwal yang sudah di tetapkan. Abang ini CEO. Pemimpin perusahaan ini. Tapi, bukan berarti abang bisa seenaknya begini!"

"Arez, jaga bicaramu." Afka melerai dengan nada datar. Di sampingnya, Aruna--sang istri--terlihat bingung akan lonjakan emosi ekstrim sang adik ipar. Biasanya Arez tidak sensitif seperti ini.

"Aku juga punya istri di rumah sakit, dia sedang hamil dan juga membutuhkan keberadaan ku. Abang jangan seenaknya minta perubahan jadwal," pungkasnya, sebelum beranjak meninggalkan ruangan tersebut.

"Arez!" panggil sang kakak, namun tidak dihiraukan sama sekali oleh si pemilik nama. Yang terdengar hanyalah suara pintu yang ditutup dari luar dengan keras. Menimbulkan suara nyaring yang cukup membuat orang-orang di lantai yang sama terkejut mendengarnya.

"Dih, itu Sekretaris CEO kenapa?" bisik seorang wanita bersurai hitam sepunggung pada temannya. Keduanya kebetulan melihat Arez keluar dari ruangan CEO.

"Mana gue tahu."

"Apa ini soal rumor itu?" celetuk wanita bersurai hitam sepunggung tersebut. Mereka tampak memeluk berkas-berkas keuangan yang menjadi alasan keberadaanya di lantai ini.

"Rumor apaan emang?"

"Katanya nih, sekretaris CEO a.k.a adik bos itu udah nikah diem-diem."

"Ah, bohong lo. Masa laddykiller tercinta kita udah nikah. Diem-diem pula. Potek dong hati fans-nya yang segudang itu."

"Lah, itu katanya, Ling. Lo nggak gak denger rumornya memang?"

Si pemilik nama menggeleng datar. "Nanti gue tanya si Rose deh. Dia, kan, admin lambe turah di perusahaan ini."

"Iya. Good idea tuh."

"Udah ah, turun yuk. Keburu dicariin bos."

Wanita bersurai pendek itu berkata sambil menggandeng lengan lawan bicaranya. Mereka datang ke lantai ini memang untuk mengambil beberapa berkas.

"Jangan lupa tanya ke si Rose, Ling."

"Oke, siap Runaku jelek."

"Ck, maki-maki terus. Glowing gini juga!" ketus wanita bersurai sepunggung tersebut. Disambut dengan tawa lawan bicaranya yang mengiringi kepergian mereka.

Tanpa mereka sadari, objek dari pembicaraan mereka barusan sedang menguping dari balik dinding.

🥀🥀

"Kamu kenapa? Hari ini nggak kayak biasanya."

Pria rupawan yang tengah mengetik di atas keyboard itu mendongkrak seraya menghentikan aktivitasnya sejenak. "Apa?"

"Kamu ada masalah?"

Pria rupawan itu--Arez--menatap wanita hamil di hadapannya lekat. Siapa sangka perubahan mood-nya pagi ini bisa ditangkap dengan mudah oleh wanita tersebut.

"Anyelier sakit?" Tanya wanita hamil itu lirih, sambil duduk dihadapan Arez. "Kenapa nggak ngasih kabar ke rumah? Mama pasti khawatir kalau tahu soal ini."

Arez membuang muka. Bukan perkara mudah memberikan informasi soal kondisi sang istri. Hingga saat ini, anggota keluarganya belum ada yang tahu soal gangguan kejiwaan yang istrinya alami. Tidak mudah bagi Arez membagi semua ini.

Asmaradahana (Lengkap)Where stories live. Discover now