Kenapa dia bisa tau sampai kakak juga? Tidak. Tidak boleh berakhir seperti ini. Aku harus tau siapa wanita dibalik cahaya hitam itu. Dan setelah itu, aku harus menghajar wajahnya yang tak bisa aku lihat. Jadi aku harus tau apa yang mau dia lakukan padaku dan aku harus segera pergi dari tempat ini.

"Lo, LO SEBENERNYA SIAPAA?!!"

"Kenapa kamu bersikap seperti ini? Aku adalah seseorang yang dapat membantumu untuk menemukan pelaku sebenarnya yang membunuh kakakmu yang tersayang itu."

"Maksud lo?" Keila kaget, tapi ia percaya tak percaya pada ucapan anonim tersebut.

"Ya, kakakmu bukan terkena kecelakaan biasa. Dia mati karena seseorang  merencanakan pembunuhan padanya."

***

"Mohon bantuannya."

"Iya. Kalau gitu, bolehkah saya minta nomor telepon nona?

"Udah saya bilang, jangan panggil saya dengan sebutan nona."

"Um iya. Akan saya coba."

"Tapi buat apa?" Tanya Agatha dengan keluguannya, hingga sontak membuat Daniel tersedak air yang sedang ia minum.

"Supaya saya bisa menghubungi nona untuk memberitahukan informasi yang saya dapatkan nanti. Atau.., nona juga bisa berpikir hal yang ada dipikiran nona sekarang, tentang perilaku seorang pria meminta nomor handphone pada seorang wanita, seperti saya pada nona sekarang." Senyum Charles atau pria yang sering disebut "Ales" oleh teman-temannya di kantor polisi itu pada seorang wanita dihadapannya yang usianya 2 tahun lebih muda.

Kata-kata Charles dapat dipahami Agatha. Tak terkecuali oleh Daniel yang terus berada disisi wanita yang dari tadi asik mengobrol dengan detektif muda yang baru ditemuinya dan mengabaikannya. Hingga membuatnya berpikir, ia adalah tokoh pengganggu dari kemesraan sang tokoh utama.

"Cih, Agatha gak mungkin ngasih nomornya sembarang. Apalagi sama bapak-bapak mesum. Ngarep aja terus, ampe pikun!" Pikir Daniel, hingga seringainya muncul di tengah es ciko yang sedang di gigitnya.

"Nih." Agatha memberikan ponsel yang layarnya sudah diperlihatkan nomornya kehadapan Charles. Ternyata saat Daniel sedang berpikir bahwa teman wanitanya itu takkan memberikan nomornya, Agatha malah membalikkan keadaan. Rasanya dada Daniel sakit dan hatinya panas. Ada apa dengannya?

Tiba-tiba dengan gesit pria disamping Agatha membawa ponsel yang akan diberikan.

"Eiittt. Sebenernya gue gak mau ikut campur makanya dari tadi gue diem. Tapi kalau masalah kontak-kontakkan gini, ke gue aja. Agatha terlalu sibuk buat balesin chat atau telepon dari seorang cowok kayak kita. Apalagi orang yang gak dikenal." Daniel tersenyum terpaksa. Menandakan Charles  dengan matanya.

Wanita yang disebut-sebutkan itu memiringkan kepalanya. "Tapi aku gak gitu kok." Ucapnya merusak pertunjukan Daniel.

"Aaah lo mah manis di mulut pahit di hati." Daniel menyenggol Agatha berusaha membuat wanita itu tertawa dengan kebohongannya yang pedas. Tapi Agatha melihat itu bukan sebagai candaan, hingga ia menatap Daniel dengan tatapan sinis.

"Mati gue.."

"Hehe, soalnya dia juga pernah ngomong gitu pas gue minta nomornya. Tapi dia sama sekali gak ngejawab atau ngebales chat dari gue. Jadi meningan nomor gue aja." Daniel berkali-kali berbohong meski diperlakukan seperti itu oleh Agatha.

"Owh." Charles tak percaya.

"Gimana kalau sekarang ke tempat Keila?" Daniel mengusuli -mengalihkan topik supaya ia tak terus berbohong, dan membuat Agatha darah tinggi akibat menahan amarahnya.

AgathaWhere stories live. Discover now