-Malam yang rumit-

98 64 2
                                    

*Di rumah Agatha

Ruang kerja berbentuk persegi empat dengan cahaya redup, samar-samar memperlihatkan 2 orang yang sedang mengobrol di dalamnya.

Satu orang laki-laki berumur 41 tahun sedang duduk di kursi kerja berwarna hitam, keluaran terbaru. Laki-laki tersebut berpostur tinggi, wajahnya mirip dengan Agatha, berpakaian jas hitam dipadukan dasi loreng berwarna biru dan putih. Laki-laki paruh baya itu bernama Dhafin.

Salah satunya lagi, seorang wanita berumur 35 tahun, wanita itu bertubuh ramping, bibirnya yang kecil dipadukan lipstik berwarna merah menyala selalu menggoda, wajahnya tanpa make-up saja sudah cantik, tidak lain dan tidak bukan dialah Brissila.

"Sayang bagaimana kabar pekerjaan?" Tanya Brissila.

"Yah....lumayan baik, seperti biasa." Jawab Dhafin yang sedang duduk di kursi, matanya terlalu sibuk dengan kertas-kertas yang berhamburan di mejanya, sehingga tidak melihat kearah lawan bicaranya.

Brissila berdehem menatap bosan kearah suaminya. Bagaimana tidak bosan, satu jam lebih ia menunggu suaminya membereskan pekerjaan. "Hey, bagaimana kalau aku juga coba ikut mengelola perusahaan?" Tanya Brissila antusias.

"Emm, sepertinya tidak. Aku sudah menyuruh Agatha belajar bisnis untuk mengelola perusahaan itu, lagi pula kamu adalah istriku buat apa mengelola perusahaan?" Jawab Dhafin masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Eh?!" Ketakutan di wajah wanita itu mulai terlihat.

"Selalu saja Agatha, padahal dia punya seorang anak yang lebih baik dari Agatha, kalau begini terus seluruh hak waris akan jatuh pada Agatha!."

"Tidak bisa di biarkan!"

"Bagaimana pun aku harus mengambil hati pak tua ini!" Batin Brissila.

"Kalau begitu, bagaimana dengan Grisly?!, dia juga akan aku latih menjadi pebisnis yang handal!" Brissila mencoba meyakinkan suaminya akan anak kandungnya.

"Em.." Keheningan menyergap sebentar. Brissila masih antusias menunggu jawaban dari Dhafin.

Laki-laki itu hanya tersenyum.

"Akan kucoba." Lanjutnya.

Setelah mendengar jawaban dari Dhafin muka wanita itu kembali menjadi masam. "Itu kalimat yang tidak meyakinkan!" Ucap Brissila ketus.

"Te-"

Tok-tok

Suara ketukan pintu, menghentikan pembicaraan mereka.

"Ya? Masuk." Dhafin mempersilahkan orang dari balik pintu.

Cklek

"Pa, aku pulang." Terlihat sosok Agatha tersenyum indah dari balik pintu.

"Ahh, sayang.." Dhafin menghentikan pekerjaannya terlebih dahulu saat melihat Agatha.

Perlahan Dhafin mendekat kearah Agatha, untuk memeluk putrinya yang sangat ia cintai.

"Hah, dasar!"

"Padahal dari tadi aku ngomong gak didengerin giliran putrinya.."

Agatha meraih pelukan ayahnya yang selalu ia rindukan.

"Untung papa masih ada, ma.." Batin Agatha.

"Gimana di sekolah?" Tanya Dhafin hangat.

"Baik." Jawab putrinya, kembali tersenyum.

Kehangatan itu tidak bertahan lama, dibelakang Dhafin, Brissila seperti anjing yang akan menggonggong, saat melihat orang yang dibencinya karena selalu menghalangi rencananya. Brissila lagi-lagi berhasil mengganggu ketenangan yang Agatha rasakan.

AgathaWhere stories live. Discover now