-Hal yang tak diduga-

36 24 15
                                    

"Grisly?"

"Ya, orang yang ngunci lo di kamar mandi adalah Grisly."

"Dengan semua bukti ini dan papa yang membantuku, kelakuan Grisly pasti akan terungkap."

"Itu jika Grisly anak keluarga lain. Jelas-jelas Grisly ada di keluarga Anastasia, keluarga yang mempunyai saham terbesar di sekolah. Meskipun dia melakukan kesalahan orang tua nya pasti akan menyembunyikannya bukan?" Daniel menimpali dengan alasan yang meyakinkan.

"Benar sih.., apalagi ibunya sangat sensitif terhadap ucapan para orang tua siswa, karena itu akan mempengaruhinya dalam kepemilikan saham sekolah. Dia pasti sudah tau bahwa Grisly adalah pelakunya, dan dia.., pasti akan melakukan sesuatu pada putrinya itu." Pandangan Agatha menjadi sedih.

"Terus kita harus apa?" Tanyanya.

"Tenang aja gue punya kartu AS."

"Tapi sebelum gue ngomongin hal yang penting, sebaiknya gue pulang dulu. Kayaknya bokap lu terlalu khawatir gue ngelakuin sesuatu yang enggak-enggak. Buktinya dia terus ngeliatin gue dari kaca pintu. Gue yang gak punya niatan kayak gitu aja sampe takut, apalagi yang punya." Pamit Daniel karena sudah merasa tak nyaman dengan ayah wanita dihadapannya. Memang benar, dari tadi Dhavin terus melihat kearah Daniel dengan pandangan mengancam untuk segera keluar dari kamar pasien putrinya.

"Kita ngomongnya lain waktu aja. Weekend gimana?"

"Emm bisa. Besok juga aku pulang dari rumah sakit."

"Janjian aja oke?"

"Iya, kalau begitu hati-hati."

"Tapi tolong jangan kasih tau bokap lo."

"Iya-iya.., i see."

Saat Daniel akan pergi, tiba-tiba ia menepuk jidatnya. Teringat sesuatu yang harus ia ucapkan pada Agatha. Hingga ia membalikkan badannya kembali ke arah Agatha.

"Btw gaya bicara lo kemarin keren banget. Jujur setiap kali lo pake kata lo-gue, gue kira itu bukan Agatha yang gue kenal." Puji Daniel.

Agatha terdiam sejenak memikirkan perkataan Daniel barusan. Meski dipasang AC, tapi sekarang mendadak sekujur tubuh Agatha merasa panas.

"Hey sudahlah sana pergi!" Karena Daniel tak keluar-keluar Agatha akhirnya mengusirnya.

Cklek

"Saya pulang dulu om." Pamitnya pada Dhavin di ambang pintu.

"Oh. Ya."

"Agatha!! Kamu kenapa nak?! Kamu sakit lagi?!" Dhavin panik saat melihat wajah anaknya yang baru saja ia tinggalkan memerah!

"Apa-apaan anak itu. Menyebalkan!" Batin wanita yang kedua pipinya memerah itu.

"A-agatha gapapa pak. Cuman kepanasannya aja haha." Jawabnya sambil mengibas-ngibaskan kedua telapak tangannya kearah wajahnya.

"Eh beneran? Padahal segini dingin loh."

"Dinoo, cepat naikkan volume AC!"

***

3 hari sebelumnya.

"Bawakan semua dokumen dan info tentang anak ini." Seorang wanita bermimik serius dan bibir merahnya yang selalu menonjol, melemparkan dokumen berisi foto dan identitas seorang siswa perempuan ke depan dua orang pria suruhannya kemarin. *di chapter sebelumnya.

"Keila Azzahra?" Salah satu dari dua orang itu membaca nama anak yang tertera.

"Ya, aku dengar dari para orang tua murid, bahwa anak itu satu-satunya anak yang bermasalah pada Agatha. Bahkan di hari pertama Agatha masuk sekolah."

AgathaWhere stories live. Discover now