- 8 -

6 5 0
                                    

Selama kebersamaan aku dan dia beberapa waktu terakhir, ternyata aku hanya menjadi teman bicaranya selama kekasihnya tidak ada bersamanya. Padahal aku sudah sangat bahagia ketika berada di sisinya. Aku sangat bodoh. Harus mencintainya sedalam ini.

Tapi bagaimanapun juga, ini semua adalah salahku. Aku terlalu mudah untuk jatuh cinta. Yang pada akhirnya hanya akan membuatku menangis.

Aku kira, Tuhan menakdirkan aku dan dia bertemu untuk hidup bersama. Tetapi itu hanyalah sebuah khayalanku semata. Aku dan dia hanya ditakdirkan untuk bertemu tidak untuk bersama.

Suara tawanya, senyuman manisnya, kedua matanya yang teduh akan terus teringat olehku. Dan kini, aku perlahan mencoba untuk menghilangkan rasa cinta ini. Perlahan demi perlahan.

Bangku di bawah pohon yang meneduhkan itu akan tetap menjadi tempat kesukaanku. Meski aku harus mengenang rasa sakit yang luar biasa. Aku tidak akan melupakan kali pertama aku dan dia bertemu, tapi aku akan melupakan perasaanku padanya. Dan pemuda itu, akan tetap menjadi kenangan yang terindah untuk kuingat.
Mencintainya memang hal terindah yang pernah aku lakukan dan menjadi suatu kebahagiaan untukku.Tapi pada satu titik dimana aku harus membiarkannya pergi dan aku tidak bisa menahannya untuk tinggal bersamaku. Saat itu pula, aku harus melupakan perasaan ini untuknya.

Sebuah Rasa dan LukaWhere stories live. Discover now