Sebelum keluar Brissila menepuk bahu putrinya. "Saranku, kamu jangan membuat kesalahan lagi. Atau ibumu ini akan menangis melihat anaknya sendiri harus dibiarkan seperti ini."

***

"Gilang. Gue mau minta bantuan lo." Ucap Daniel pada Gilang di tengah permainan game.

"Bantuan? Apa?"

"Gue mau bawa sesuatu buat Agatha."

Gilang terkejut sampai menyemburkan minuman yang baru saja diminumnya. "Hah?! Asli kapan?"

"Kok reaksi dan pertanyaan lo gitu sih. Sore ini."

"Gapapa kok cuman agak kaget doang. Oke tenang aja, siang ini ke rumah gue buat ambil sesuatu buat Agatha. Gue juga mau izin cabut dulu, bye."

"Beneran? Entah kenapa feeling gue ngomong kalau gue gak boleh percaya sama lo." Ucapan Gilang membuat sahabatnya itu agak percaya tidak percaya. Tapi karena ia pun tak punya waktu untuk memikirkan barang yang harus dibawanya, mau tak mau ia mengandalkan Gilang.

"Tenang aja percaya sama gue. Gue orang hebat." Pujinya pada diri sendiri supaya seorang Daniel bisa percaya.

"O-oke deh. Tolong yang bener ya Lang."

"Iya-iya. Eh iya sekarang kan lo ada pembelajaran tentang pemegang saham, gimana mau ikutan kelas itu?" Tanya Gilang. Padahal ia sangat tau bahwa pria berbaju putih hitam itu sangat anti dengan yang namanya perusahaan dan yang lainnya.

Jawab Daniel dengan gelengan cepat.

***

Saat sudah sampai di depan rumah gilang. Daniel mengetuk pintu rumah temannya itu seperti biasanya. Beberapa detik kemudian Gilang langsung datang dengan membawa tas dari karton berisi barang yang akan diberikan pada sahabatnya untuk Agatha.

"Gue gak ngerti. Ini.., beneran buat hadiahnya?" Tanya Daniel kebingungan.

1 buah kotak coklat dan seikat bunga mawar merah ada di dalam tas itu.

"Ya bener lah. Dari tadi kan gue udah nyiapin ini. Sampe pesen ke toko bunga langganan yang ada di Palembang." Ujar Gilang, merasa bangga karena telah membantu temannya.

"Tapi ini kan.., agak aneh?"

"Aneh apaan! Gue yakin lo 100% bakal berhasil deh!"

"Berhasil? Maksud lo?" Apa mungkin berhasil buat Agatha seneng dan akhirnya sembuh dari sakitnya? Itu yang ada dalam pikiran Daniel sekarang.

"Cep, udah sana-sana jangan banyak tanya!. Keburu malam nih. Gak usah diganti uangnya anggap aja itu sebagai hadiah gue buat lo."

"Oke deh. Btw gue juga gak ngomong bakal ganti uang, blwee." Daniel menjulur-julurkan lidahnya -menjahili Gilang.

"Dasar anak lak-. Udah gue bantu, bukannya bilang makasih. Sabar-sabar dia itu Daniel, memang dia agak aneh tapi dia masih temanmu Gilang." Gilang mengusap-usap dadanya.

***

"ini buat Agatha om."

"Jadi sebenernya tujuan kamu kesini mau apa?" Dengan wajah serius seorang ayah, Dhavin melihat situasi yang aneh. Seorang pria berumur sama dengan putrinya, datang ke rumah sakit tempat Agatha dirawat sambil membawa bungan dan coklat?. Sebenarnya apa motif yang disembunyikannya?.

Daniel diam tak mengerti. Ia mengira bahwa ayah Agatha normal, tapi ternyata ia sama saja seperti putrinya, sama-sama bertingkah laku aneh!.

Melihat kecanggungan antara ayah dan temannya. Agatha langsung mencairkan suasana. "Ini buat aku? Makasih banyak ya Niel! Padahal kamu gak usah repot-repot bawa sesuatu segala." Ucap Agatha dengan ceria.

AgathaWhere stories live. Discover now