Scarlea hampir menjatuhkan roti isi ayamnya yang enak itu karena ucapan Danio yang kelewat santai mengatakan bahwa korban bertambah. Dimana rasa empati manusia ini? Tersangkut di atas pohon?

"Maksudmu?" Scarlea menuntut penjelasan atas perkataan Danio. "Korban bertambah dan ini membuat kami mendapatkan petunjuk penting," jelasnya tanpa menatap Scarlea dan fokus dengan roti isi ayamnya.

"Dimana saus pedasnya?" tanya Danio tiba-tiba. Scarlea mengernyit.

"Tidak ada saus pedas," balas Scarlea."Bagaimana mungkin kau membeli roti isi ayam yang enak tanpa saus pedas? Itu tidak masuk akal!" protes Danio karena merasa kenikmatannya berkurang tanpa saus pedas.

"Kau yang tidak masuk akal! Bukannya berterima kasih justru protes karena tidak ada saus pedas!" geram Scarlea dengan sikap Danio.

"Apa Tuan Gideon tahu soal persyaratan ritual itu? Karena jika dugaan kita benar, patron di seluruh Continentia harus tahu tentang syaratnya dan menjaga anak-anak tetap di rumah," Rey mengetuk-ngetukkan telunjuknya pada meja lalu menaruh bungkus rotinya yang sudah habis di tengah meja. Danio mengangguk setuju, namun seperti yang mereka tahu, pria tua itu akan kembali sore hari karena hari ini adalah giliran Martin Gideon dan Allen untuk berada di kebun.

*****


Markas Besar Patron

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Markas Besar Patron

"Bagaimana mungkin kalian belum bisa menemukan anakku?! Apa kalian tidak memerdulikan anakku yang malang itu?!" suara wanita yang serak dengan isakan putus asa itu terdengar ke seluruh penjuru lantai satu Markas Patron. Resepsionis yang berada di balik meja resepsionis itu mencoba menenangkan wanita bernama Mira Prhymist, ibu dari gadis kecil yang hilang di Maleybre.

"Rekan kami sedang menyelidikinya, Nyonya. Anda tidak perlu khawatir dan menunggu kabar dari kami. Saya mohon Nyonya bersabar," ujar wanita resepsionis dengan lemah lembut. Mira yang datang bersama suaminya, Sid, menunduk pasrah. Sudah beberapa hari ini anaknya belum diketahui keberadaannya. Sementara berita tentang desas-desus bahwa ini ulah necromancer yang kabur dari Dementhos membuat Mira dan Sid semakin khawatir. Ia takut jika putri semata wayangnya tidak akan selamat karena semua orang tahu seperti apa mengerikannya necromancer yang haus akan kekuatan dan melakukan apapun demi keinginannya.

"Nona..apa benar ini ulah necromancer yang kabur dari Dementhos?" tanya Sid takut-takut pada wanita resepsionis. Resepsionis itu terkejut mendengar pertanyaan Sid Prhymist. Ia tidak menyangka bahwa ada rumor yang tidak masuk akal begitu. Belum pernah ada necromancer yang bisa kabur dari Dementhos.

"Anda tidak boleh mudah percaya dengan rumor seperti itu, Tuan Prhymist. Kami sedang berusaha untuk menemukan putri anda, jadi sebaiknya sekarang anda dan istri pulang dan beristirahat. Kami akan memberitahu jika sudah menemukan putri kalian," ujarnya menjawab kekhawatiran Sid. Pria itu pun mengangguk pasrah dan membujuk istrinya untuk keluar dari Markas Patron.

Resepsionis itu pun menghela nafas panjang setelah pasangan suami istri itu meninggalkan markas.

"Ini menyebalkan, apa mereka pikir semudah itu menangkap seorang necromancer? Rumor apa tadi? Necromancer yang kabur dari Dementhos? Bisa-bisa Lavoctro kehilangan harga diri jika sampai itu terjadi," rutuk seseorang dari belakang wanita resepsions itu.

"Kau tidak ikut penyelidikan kenapa pula kau yang kesal?" tanya wanita itu dengan sinis. Pria yang merutuki pembicaraan resepsionis itu hanya tersenyum singkat.

"Aku barusaja kembali dari bukit bersama Elli. Mencari bukti soal dua bocah laki-laki yang hilang," belanya yang tidak terima dituduh tidak terlibat penyelidikan. Wanita itu hanya mengangguk tanpa minat, "baiklah Tuan Adam, bukankah anda seharusnya melaporkannya kalau begitu?" tanyanya.

"Kelihatannya kau sangat ingin aku enyah, begitukan, Hana?" wanita itu mengangguk cepat. "Aku senang anda sangat peka, Tuan," jawabnya dengan wajah senyum yang dibuat-buat. Adam pun segera meninggalkan resepsionis itu menuju ruangan pimpinannya, pimpinan Divisi Kepolisian Umum.

.

Divisi Kepolisian Umum

Adam dan Elli berdiri menghadap pimpinannya dengan tegap. "Tidak ada jejak fisik sama sekali, Pak," ujar Elli pada Harold Leisser, pimpinan Divisi Kepolisian Umum.

"Jejak sihir?" tanya Harold dengan suara tenangnya. Adam menghela nafas pendek, "ada, Pak. Kali ini berwarna hijau," jawab Adam. Harold menautkan jari tangannya satu sama lain dan menunduk kecewa.

"Benar-benar ulah necromancer, ya? Kalau begitu beritahu Azelia soal ini supaya divisi mereka bisa segera bertindak. Kalian boleh pergi," utus Harold mempersilahkan kedua bawahannya untuk pergi. Keduanya pun segera melangkah keluar lalu Elli menghentikan langkahnya di depan pintu yang tertutup.

"Kau yang memberitahu Nona Azelia, ya? Aku ada janji makan siang. Sampai jumpa, Adam!" pamit Elli tanpa persetujuan Adam kemudian melenggang pergi dengan riang membiarkan rekannya itu yang menatapnya dengan tidak percaya. 

Adam menghela nafas panjang. Belum lama ia diusir oleh resepsionis, sekarang ia ditinggalkan oleh rekannya karena sebuah janji makan siang? Kenapa orang-orang ini melakukan sesuatu tanpa mendengar pendapatnya dulu, sih? Adam benar-benar tak habis pikir. Ia pun segera menaiki tangga menuju lantai 4, tempat kantor Azelia berada untuk menyampaikan informasi yang ia dapatkan.


Vomment please :)

Thanks for reading~

NECROMANCER [TAMAT]Where stories live. Discover now