Delapan

14 0 0
                                    

"Abang? Udah pulang?" Rayyan melepas sepatunya diikuti suara seorang gadis kecil yang tengah menunggunya di ruang tamu.

Rayyan tersenyum melihat adik kecilnya itu. Entah mengapa hanya dengan melihatnya membuat perasaan letih Rayyan langsung hilang. Dia adalah adik kesayangan Rayyan.

"Udah Gia, Gia lagi apa?" Rayyan menghampiri adiknya yang tengah menggambar sesuatu di buku tulisnya. Lelaki itu mengusap rambut Gia dengan lembut, lalu mengecup pucuk rambutnya dengan hangat.

"Gia lagi gambar, Bang! Lihat, bagus nggak?"

Rayyan mengangguk. "Bagus! Gia bisa jadi seniman suatu hari nanti ya..."

"Abang? Barusan pulang?" Kini seseorang datang dari arah belakang. Ia membawa nampan berisi buah-buahan yang sudah dipotong kecil-kecilan agar mudah dimakan.

"Iya Ma. Tadi mampir dulu ke toko buku," ujar Rayyan kepada Tari, ibunya.

Tari mengangguk. "Beli buku apa aja?"

"Kayak biasanya Ma. Yaudah Rayyan ganti baju dulu ya. Dah Gia, Abang ke atas dulu ya," kata Rayyan lalu pergi ke arah kamarnya di lantai dua.

Setelah masuk ke kamar, lelaki itu tidak langsung mengganti seragamnya melainkan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar dengan pikiran kosong. Namun, tiba-tiba bayangan kejadian di mall tadi berlari menyelami pikirannya. Sebuah lengkungan menghiasi bibir Rayyan.

"I think she is not bad," gumamnya.

***

Suara dentuman musik DJ menghiasi indra pendengaran Hero dan Saga dengan keras. Beberapa wanita nampak lenggak-lenggok di hadapan keduanya untuk menarik perhatian. Namun, keduanya nampak hanya tersenyum menikmati sembari menegak alkohol dengan santainya.

"Bos nggak dateng?" tanya Hero keras.

"Apa?" ulang Saga mendekat ke arah Hero karena ia tidak mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Musik ini terlalu keras dan memekakan telinga.

"Bos. Ck, Zeka ke sini nggak?"

"Zeka?"

Hero mengangguk.

"Dia ada acara keluarga sama bokapnya. Skip dulu katanya," jawab Saga sembari meneguk alkoholnya. Namun, tiba-tiba seseorang merebut gelas Saga lalu meneguknya hingga tandas. Sang pemilik gelas langsung berdiri tak terima dan hendak menghajar orang itu, tetapi ketika melihat ternyata pelakunya adalah Zeka, lelaki itu kembali tenang dan duduk kembali ke tempatnya.

Keberadaan Zeka di sini sungguh tidak terduga bagi keduanya mengingat baru beberapa detik yng lalu Saga mengatakan bahwa Zeka tengah menghadiri acara keluarga sehingga ia tidak bisa datang ke sini. Tetapi, mengapa lelaki itu malah ke club? Bukannya ke acara keluarga?

"Katanya lo ada acara keluarga?" tanya Hero bingung.

"San, kayak biasa," pesan Zeka, menghiraukan pertanyaan Hero.

Sandro sebagai bartender di club itu mengangguk. Ia sudah hafal minuman favorit Zeka karena dia dan kedua temannya sudah menjadi langganan di club ini. Sudah sedari dulu tempat nongkrong mereka di sini sehingga Sandro menjadi kawan baik mereka bertiga.

"Ka, lo gapapa?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Saga ketika melihat sahabatnya itu seperti dilanda kekalutan yang luar biasa. Matanya menatap kosong ke depan tetapi mulutnya tidak berhenti meneguk kerasnya alkohol yang ia pesan.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Aug 11, 2021 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

RUNNER-UPTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon