Chapter 19

28.9K 3K 55
                                    

"Arrgh! Gagal lagi, gagal lagi, susah banget sih!" ucap Auri frustasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Arrgh! Gagal lagi, gagal lagi, susah banget sih!" ucap Auri frustasi.

"Kenapa tuh anak?" tanya April pelan menyikut lenganku seraya menatap Auri keheranan.

"Biasa Pril kehabisan obat." Aku menjawab.

"Paling juga habis ditolak cowok incerannya," timpal Kaila.

Kami berempat berada di kamarku, rencana awalnya mereka ingin mengajakku hang out, akan tetapi aku yang mengeluh kelelahan akhirnya mengubah rencana jadi menonton Netflix di kamarku.

Aku, Kaila, dan April tengah rebahan di atas kasur sambil menatap layar Macbook yang memutar Drama Korea genre Thriller kesukaanku.

"Apa lo liatin gue kayak gitu? Ngeledek? Sini lo! Buruan sini," ucap Auri lagi dengan nada kesal.

Mendengar Auri kembali membuka suara kamu pun mengalihkan pandangan lagi dari layar Macbook ke arahnya.

Dia yang Auri panggil pun kini berjalan gontai ke arah Auri. Tatapan matanya terlihat malas membuat aku yang melihatnya justru jadi gemas.

"Maksud lo apa tadi, ngeliatin gue kayak gitu? Hah!" kata Auri jengkel, lalu ia mencubit perutnya dan dia hanya diam tak membalas.

"Au, lo kenapa sih? Dari tadi teriak-teriak nggak jelas, berisik tau nggak sih. Kan kita lagi seru marathon film," sungutku.

"Gue lagi kesel, Let. Gue ditolak lagi!"

"Sama wibu nolep di kelas kita itu?" celetuk April.

"Enak aja lo! Selera gue bukan dia ya. Gue ditolak Kak Sean, abangnya Leta."

Uhuk! Aku tersedak air liurku sendiri begitu mendengar penuturan Auri, agak shock, sedih, senang juga. Sedih karena Auri ditolak dan senang karena Sean menolak.

"Ya wajar lah lo di tolak, selera lo terlalu ketinggian," ledek Kaila.

"Diam lo. Berisik," sembur Auri.

"Lagian aneh banget lo, patah hati, tapi ngomel-ngomelnya sama kucing. Kasian tuh kucing sampe diam gitu, pasti kena mental," lontarku menatap si kucing, kucing tetangga yang super gendut dan cukup sering ke rumah karena pelayan suka memberinya makan. Sekarang dia lagi tiduran di lantai, tak peduli dengan perdebatan bodoh kami.

"Lagian ngapain sih lo pusing banget mikirin cowok mulu. Sekolah dulu yang bener," ucapku menasehati.

"Gue tuh pengen ngerasain pacaran sama cowok ganteng Let. Bosen disakitin mulu sama cowok mokondo mana mukanya kayak pulu-pulu, kan jadi double gue sakit hatinya. Beda kalau disakitin sama yang ganteng, nggak sakit-sakit banget lah soalnya dia ganteng."

A or A [New Version]Where stories live. Discover now