Chapter 26

23.6K 2.7K 323
                                    

Sampai di depan mansion aku langsung turun meski agak kesusahan karena barang bawaan berupa dua totebag dikedua genggaman tangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sampai di depan mansion aku langsung turun meski agak kesusahan karena barang bawaan berupa dua totebag dikedua genggaman tangan.

Ku tilik keberadaan mobil Daddy, rupanya pria paruh baya itu sudah pulang dari kantor. Lebih cepat dari biasanya karena tak ayal ia sering pulang terlambat bahkan aku pernah memergoki beliau baru sampai rumah pukul dua dini hari.

"Daddy, Princess kembali." Sopranku membahana begitu memasuki mansion.

"Jangan teriak-teriak, Princess, Daddy nggak budeg." Pria itu yang tengah duduk di sofa itu menegur dengan maniknya tak pernah lepas dari obsidianku

Aku nyengir lebar memasang raut wajah tanpa dosa. "Sorry, Dad."

"Sini," panggil Daddy agar kami mendekat.

"Habis dari mana?"

Aku mengerucutkan bibir. "Aku udah ngabarin Daddy lho kalau aku pergi main sama temen. Terus nggak sengaja ketemu abang, eh abang malah ngajak pulang. Abang ngeselin banget kan, Dad?"

Daddy tertawa pelan usai mendengar celotehanku lalu ia berkata. "Apa yang kamu bawa?"

Aku mengangkat totebag, memamerkannya ke depan Daddy. "Jajan."

"Habis duit abang, Dad, diporotin sama adek," keluh Sean.

"Ooh ... jadi lo nggak ikhlas?" Sorotku menghunus tajam ke arahnya.

"Bukan nggak ikhlas." Sean menyanggah.

"Terus apa? Lagian uang segitu perhitungan banget, dapat pahala tau jajanin anak piatu."

"Baby Girl! Nanti Mommy di atas sana keselek dengar kamu ngomong gitu," lontar Daddy.

Ku tatapi Daddy, merasa bersalah sebenarnya. "Maaf, Dad. Lagian abang sih!"

Daddy bangkit dari posisinya, ia mengambil alih barang bawaan ditanganku. "Sana ke kamar. Kamu juga, Bang," perintah Daddy.

"Siap, Dad." Aku memberika hormat pada Daddy. "Daddy juga langsung istirahat ya! Awas aja kalau masih ngurus kerjaan sampai tengah malam!" sambungku mengomel.

Daddy terkekeh geli. "Iya, Baby girl Daddy yang cerewet!" Daddy mengapit hidungku lantas ia goyang kanan-kiri, gemas.

Bibirku mempout. "Aku nggak cerewet," sanggahku kemudian memeluk Daddy tulus penuh kasih sayang. "Tapi aku sayang Daddy banyak-banyak."

A or A [New Version]Where stories live. Discover now