"Sudah kubilang tidak sengaja! Ah—baiklah aku minta maaf karena sudah menginjak kakimu kemarin," ujar Scarlea kesal lalu menunduk singkat. Ia melirik bagaimana reaksi pemuda di hadapannya itu. Jika benar ia bertemu dengannya kemarin bukankah mungkin saja dia melihat kalungnya yang hilang?

"Baiklah permintaan maaf diterima. Oh ya! Apa kau kemarin menjatuhkan sesuatu? Karena kemarin aku menemukan—" belum selesai Danio berbicara Sacrlea buru-buru menyelanya.

"—kalung?!" sela Scarlea yang kini matanya telah mebulat sempurna.

Ah mata merahnya bersinar sekali. Danio mengangguk dengan agak terkejut lalu meletakkan buku ke meja dan merogoh saku yang ada di balik bajunya.

"Maksudmu ini?" Danio menunjukkan sebuah kalung berbandul kuning cerah yang dicari Scarlea. Gadis itu pun langsung mengambil kalung itu dari tangan Danio.

"Terima kasih sudah menemukannya! Tadi pagi aku mencarinya di sekitar bukit dan tidak menemukannya. Kupikir aku akan kehilangan benda ini," ujar Scarlea tersenyum lebar. Ia sangat lega akhirnya bisa menemukan kalungnya itu.

"Syukurlah kalau benar milikmu. Kukira juga ini memang milikmu kemarin," sambung Danio.

"Dimana sopan santunmu Dan? Kau menyalahkannya tadi bahkan tanpa tahu dan memperkenalkan dirimu?" desis Martin yang melihat sedikit pertengkaran keduanya tadi. Danio pun teringat, "Danio Arcnacht, siapa namamu, Nona?" ujarnya agak malas.

"Ah—S..Scarlea Sochyero," jawab Scarlea.

Sepertinya aku pernah mendengar nama itu hmm?

Martin pun berdiri dan hendak beranjak dari tempat duduknya, Danio pun bertanya, "ke kebun kek?" tanyanya.

"Hari ini giliranku dan Allen. Apa kau mau ikut?" jawab Martin lalu merapikan jubahnya. Danio tersenyum kecut, "tidak terima kasih. Aku mau berlatih."

"Kalau begitu aku harus pergi menjalankan tugas dulu. Sampai jumpa lagi, Scarlea—Danio bereskan buku-buku itu sebelum kau pergi," pamit Martin sambil memerintahkan Danio untuk mengembalikan buku yang tadi ia bawa.

"Padahal petugas perpustakaan adalah Terry, bukan aku," protes Danio lalu menyabet beberapa buku di meja dan menumpuknya dengan buku di tangannya.

"Sampai jumpa Tuan Gideon," balas Scarlea sambil tersenyum. Martin pun melangkah menjauh dari kedua anak muda itu untuk menuju perkebunan. Scarlea pun mengedip-kedipkan matanya dan tanmpak berpikir. Tuan Gideon ke kebun ? Apakah dia salah satu pemilik perkebunan? Apa itu perkebunan yang sama dengan tempat kebun orang tuanya? Sepertinya intuisi Scarlea berkata lain.

"Oh—Danio Arknacht—" panggil Scarlea ingin menanyakan sesuatu.

"Danio saja," sahut Danio. Kata-kata Scarlea terhenti, "apa Tuan Martin berkebun juga?" lanjutnya. Danio menaikkan sebelah alisnya.

"Ah—tidak. Kakek itu sorcerer, dia hanya membantu menyediakan air untuk kebun—kau tahu kan mereka kesulitan air jadi harus dibantu dengan sihir," jelasnya. Scarlea pun mengangguk-angguk. Sesuai intuisinya, Tuan Martin adalah seorang sorcerer. Danio pun membiarkan Scarlea dengan pikirannya dan berpamitan untuk pergi berlatih meninggalkan gadis itu sendirian di perpustakaan.

*****

Senja tengah menyapa seluruh wilayah Lagnam. Pedagang-pedagang yang menjajakan barang-barangnya sudah mulai membersihkan lapak mereka. Suasana yang sangat lumrah ketika senja telah tiba. Pasar Lagnam tutup dan para pedagang akan mulai berjualan lagi setelah matahari terbit, begitu seterusnya. Suasana riuh biasa pedagang yang bercakap-cakap sebelum pulang itu tiba-tiba berubah ketika seorang wanita terlihat kebingungan kesana kemari seperti kehilangan sesuatu yang penting.

NECROMANCER [TAMAT]Where stories live. Discover now