"Pergi lo, dasar gila!"

"Gue serius, Kaila. Gue nggak gila, gue beneran Allana."

"Lo jangan sebut nama temen gue, lo nggak tau kan temen gue lagi terbaring di rumah sakit. Nggak lucu bercanda lo tau nggak!"

Aku mulai frustasi, aku tahu bahwa Kaila tidak akan percaya begitu saja. "Gimana sih bikin lo percaya? Oke, gini deh. Lo boleh tanya apapun tentang Allana."

Aku menunggu pertanyaan dari Kaila, tapi Kaila masih belum membuka suara. Melihat Kaila bungkam, aku berinisiatif menjelaskan semuanya.

"Dengerin gue, Kaila. Gue jamin setelah ini lo bakal percaya. Nama lo Kaila Naraya, lo berteman sama Allana di hari ketiga masuk sekolah. Lo kelas XI IPA-A sekolah di SMA ANGKASA dan Allana punya sahabat satu lagi namanya Auri bener, kan?" tanyaku dan mendapatkan anggukan dari Kaila.

"Sedangkan gue, gue Allana, Allana Natasya Giantara anaknya Papa Maverick dan Mama Brianna."

"Apa yang lo omongin semuanya bener, tapi kok lo bisa jadi gini, Al?"

"Gue tau apa yang gue alami sulit dipercaya oleh nalar manusia, tapi ini kenyataan yang terjadi sama gue, Kai. Tubuh gue terbaring koma di rumah sakit, sedangkan arwah gue masuk ke dalam tubuh ini."

"Bisa gitu, ya? Menurut novel yang pernah gue baca. Itu nama trans-transfusi kalo nggak salah."

"Transmigrasi bego!" sosor seseorang dari arah belakang kami.

"Auri!" gumamku.

"Sejak kapan lo berdiri di situ?" Kaila bertanya.

Auri berjalan mendekat ke arah kami. "Sejak dia ngejelasin kalau dia Allana." Auri menunjukku. Sejurus kemudian ia memegang kedua lenganku sehingga aku berdiri dari posisi duduk.

"Gue kangen banget sama lo." Auri memeluk tubuhku erat. "Semenjak lo pergi, nggak ada lagi yang mau denger cerita gue tentang cogan."

Aku menepuk punggung Auri. "Iya-iya gue tau lo kangen. Tapi kekencangan lo meluknya, gue sesek." Aku mendorong tubuh Auri agar ia melepaskan pelukannya.

Auri nyengir tanpa beban, ia menilikku dari atas sampai bawah. "Buset, Al. Baru sadar gue, lo sekarang lebih tinggi."

"Jadi sekarang lo tinggal di mana, Al?" tanya Auri.

"Guys, ceritanya di kamar gue aja yuk," ajak Kaila.

"Tadi aja nggak mau ngajak gue masuk, takut gue berbuat jahat," sungutku.

Kaila tertawa tanpa dosa. "Buat jaga-jaga aja, Al. Sekarang kan motif kejahatan banyak. Udah, ayo."

***

Setelah menceritakan apa yang aku alami kepada Kaila dan Auri, aku memutuskan pulang karena hari sudah gelap. Kaila sempat memaksa agar aku pulang diantar oleh supirnya, Namun aku menolak tawarannya dan pulang naik taksi hingga aku sampai di rumah.

"Dari mana?" Sean berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Daddy udah pulang?" tanyaku.

A or A [New Version]Where stories live. Discover now