Seketika Jimin terkekeh lalu memundurkan badannya, matanya sampai tertutup karena tertawa.

"Aku bercanda astaga. Wajahmu terlalu polos dan lagi, aku tidak akan berbuat hal-hal yang menyakiti wanita. Aku tau batasan, kau tau aku sudah punya seorang istri, tidak mungkin aku selingkuh dan menyakiti hati wanita kesayanganku." ujar Jimin, lalu kembali berjalan ke lemari pendingin.

"Bercandamu tidak lucu Jimi-"

"Panggil Aku Oppa!" potong Jimin "Aku sangat tidak menyukai gadis yang mempunyai attitude yang buruk!" timpalnya lagi.

"Baiklah." patuh Hera, tertunduk.

***

"Oppa. Kau seorang dokter bukan?" tanya Hera sambil memakan buah yang sudah di potong. Jiminlah yang menyiapkan itu, ia begitu perhatian ke pada Hera, bukan hanya kepada Hera saja, akan tetapi kepada semua orang. Pribadi sopan dan lembut itu mampu menyihir perempuan siapa saja yang ia temui, itu sebabnya Jimin mendapatkan Istri yang sama baiknya dengan dirinya, bukankah suatu keberuntungan bagi mereka. Jimin sudah menganggap Hera sebagai adiknya sendiri, mengetahui kisah kelam dari sang gadis membuatnya kasihan pada Hera. Mangka dari itu ia sangat marah pada Taehyung saat mengetahui Taehyung mengusir gadis ini dari rumah.

"Iya, kenapa. Apakah ada yang sakit?" jawab Jimin sedikit khawatir.

Hera dengan cepat menggeleng, lalu memasukkan potongan buah apel kedalam mulutnya.

"Begini, aku sangat penasaran. Beberapa bulan yang lalu Taehyung terluka sangat parah, dan itu membuat kepalanya mengeluarkan banyak darah. Begitu juga dengan luka lebam di mulut dan juga rahangnya," Hera menjeda perkataannya, lalu memasukkan kembali potongan buah apel kedalam mulutnya. Jimin yang melihat itu sedikit kurang nyaman, apakah gadis ini tidak pernah di ajarkan tata krama.

"Jadi, di saat paginya aku melihat luka itu sudah tidak ada lagi. Saat aku bertanya tentang lukanya dia malah berkata kalau sudah di tangani oleh dokter yang hebat. Aku sangat heran, bagaimana mungkin luka yang parah itu bisa hilang dalam semalam, bahkan dokter yang sangat ahli pun tidak bisa melakukan hal yang semustahil itu." Sudahnya, menatap Jimin. Menunggu pria itu menjawab rasa penasarannya selama ini.

Seperti di hantam ribuan palu, tubuh Jimin menegang. Senyuman yang sedari tadi ia pasang seakan-akan ditelan oleh kegelapan. Ia tak menyangka jika Taehyung sangat lengah dengan hal kecil seperti ini, padahal sudah lama ia mengingatkan agar selalu tetap waspada. Apalagi ia tidak sendirian lagi di rumah.

"Kenapa diam saja Oppa?" tanya Hera menunggu jawaban dari Jimin.

"Ah i-itu. Mungkin saja kau salah lihat. Karena yang menangani Taehyung waktu itu adalah aku. Lebam di bibir dan juga rahangnya masih terlihat jelas kok, apalagi yang di kepala. Aku sudah menjahitnya juga." Jawab Jimin santai.

"Mungkin saja karena aku terlalu panik ya. Tapi-"

"Aah, sudah mulai malam. Kau ingin jalan-jalan keluar? Akanku belikan kau eskrim." Ajak Jimin mengalihkan pembicaraan.

Hera terdiam sebentar, lalu mengangguk tersenyum dan menyetujui ajakan Jimin.

"Baiklah, tapi Oppa janji harus membelikanku eskrim yang banyak." ujar Hera, sambil menyodorkan jari kelingkingnya pada Jimin.

Jimin pun menyetujui permintaan Hera, lalu mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Hera.

Butuh waktu dua puluh menit agar sampai ke tempat toko eskrim, karena kalian tahu sendiri. Rumah Taehyung sangat jauh dari perumahan. Bisa di katakan rumahnya itu adalah rumah terpencil di kaki bukit, tak ada juga yang berani memasuki rumah itu karena orang-orang di sana percaya itu adalah rumah terkutuk. Kalian juga tahu, rumahnya terlihat sangat jelek dan menyeramkan di luarnya. Akan tetapi di dalamnya sangat terlihat mewah bak kastil era delapan puluhan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ELEGIWhere stories live. Discover now