Aku Masuk ke dalam kelas dan duduk dibangku. Kemudian membenamkan wajah diantara lipatan tanganku yang berada di atas meja. Untuk sesaat aku memejamkan mata, namun tidak benar-benar tidur.

Meski mataku terpejam, aku bisa mendengar kelas mulai ramai.

"Selamat pagi, Anak-Anak."

"Pagi, Pak."

"Hei, yang di belakang. Angkat kepalamu, ini bukan waktunya jam tidur." Suara peringatan dari Pak Guru.

Perlahan aku mengangkat kepala, melihat Pak Guru di depan. "Maaf, Pak."

"Oke, mari kita mulai belajar. Jangan membuat keributan, mengerti!" Pak Guru mulai menulis materi dipapan tulis.

***

Kringggg

Dengan rasa kantuk yang masih tersisa, aku berjalan menuju toilet untuk mencuci muka. Masuk ke dalam toilet dan berdiri di depan wastafel. Tanganku segera menampung air sesudah keran dinyalakan.

"Leta," panggilnya yang kini telah berdiri di sebelahku.

"Lo ngikutin gue?"

"Nggak kok, aku cuma mau cuci tangan aja." Karin membalas. "Kamu mau cuci muka, kan? Keliatan di kelas tadi kamu mengantuk."

"Em," balasku, setelahnya langsung membasuh wajah sebanyak tiga kali. Kemudian aku berjalan ke sisi kanan toilet untuk mengambil tissue.

"Gue duluan ya," ucapku meninggalkan Karin di toilet sendirian.

Aku melangkah menuju kantin untuk mengisi perut. Selesai memesan makanan, aku berjalan membawa nampan berisi bakso serta minuman untuk mencari tempat duduk.

"Leta! Sini." panggil Liam.

"Nyari tempat duduk, kan?" tanya Liam saat aku sudah berdiri di depannya.

Aku mengangguk sebab kursi di kantin hampir penuh. Sebelum Liam memanggilku, aku sudah melihat kursi kosong yang berada di pojok dan hendak ke sana.

"Duduk di sini aja, kosong kok," tawar Liam.

Melirik empat laki-laki yang satu meja dengan Liam lalu berkata. "Nggak apa-apa gue duduk di sini?" tanyaku.

"Santai aja, nggak apa-apa kok. Ayo duduk, nggak pegel berdiri terus."

"Makasih." Aku melempar senyum kepada Liam.

"Itu tempat duduk Karin," ucap Gara.

Padahal bokongku belum sempat menyentuh dasar kursi, suara Gara sudah menginterupsi membuat aku kembali menegakkan tubuh. "Oh. Yaudah gue cari meja lain aja."

Liam berdiri dan menahan lenganku. "Nggak usah, duduk aja," suruh Liam. "Lo juga, Gar. Lo bilang kursi ini tempat duduk Karin? Jelas-jelas kursi di samping lo kosong, bukannya lo lebih suka Karin duduk di samping lo."

"Lo nggak budek?" Netra Gara menatap Liam tajam. "Kalau gue bilang itu tempat Karin, ya tempat Karin."

"Lah, kenapa jadi tegang gini woi, perkara kursi doang aelah." Dion menyela.

A or A [New Version]Where stories live. Discover now