Part 1 : Tragedi Kecelakaan

2.7K 83 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca😘
.
.
.
.
Happy reading 🌸

"Ayolah, kita akan bersenang-senang malam ini, Sayang?" ucap seorang pria yang tengah menari dengan seorang wanita yang berpakaian seksi hampir seperti telanjang. Baju ketat di atas lutut dan tak berlengan itu menempel sempurna di tubuhnya. Setiap inci dari lengkuk tubuhnya terlihat jelas.

Tampak kedua tangan pria itu melingkar di perut sang wanita, sedangkan tangan wanita itu melingkar di leher sang pria. Ya, sekarang mereka sedang berada di sebuah klub malam langganannya yang cukup terkenal di kota besar yang bernama Jakarta itu. Alunan musik DJ yang menggema di seluruh ruangan dan lampu diskotik telah menghipnotis dua insan yang tengah dimabuk asmara. Kedua insan itu telah hanyut dalam kesenangan. Setengah kesadaran mereka hilang akibat minuman haram yang mereka teguk sedari tadi.

Siapa pria dan wanita itu? Ya, nama pria itu adalah Muhammad Ali Fikri. Sebut saja Ali. Nama yang indah, bukan? Indah seperti wajahnya. Pria kaya berkulit putih, bibir bersemu merah, hidung mancung dan tubuh kekar itu dilahirkan dari rahim seorang ibu yang taat pada agama. Meninggalnya sang ibu saat ia berumur 16 tahun itu yang telah menjadikannya berubah. Rasa kehilangan akan sang ibu dan rasa bencinya pada sang ayah ia lampiaskan pada perempuan dan minuman. Pandu Adinata, itu adalah nama ayahnya. Sifat arogan, penjudi, pemabuk dan suka main perempuan tentu Ali tiru dari sosok sang ayah.

Lalu, siapa wanita yang menari bersama Ali itu? Ya, wanita itu bernama Nevada Noura. Sebut saja Nora. Nora adalah wanita yang sering mengisi harinya bersama Ali. Hubungan mereka memang sangat dekat bak seorang kekasih, tapi Ali, dia tidak pernah serius pada wanita manapun. Nora hanya bak boneka di mata Ali yang bisa dimainkan kapan saja.

"Minum lagi, Sayang?" Untuk kesekian kalinya Nora menyodorkan segelas bir ke mulut Ali. Ali tak pernah menolaknya, dan langsung meneguknya sampai tandas.

"Terima kasih, Sayang." Ali menarik tubuh Nora hingga hampir tak ada jarak di antara mereka. Ali pun memberi kecupan panjang di pipi wanitanya.

"Mau minum lagi, Sayang?" tanya Nora untuk kesekian kalinya.

"Sudah Sayang, kepalaku pusing."

"Ayolah Sayang, minum sekali lagi." Ali mendekap tubuh Nora erat saat Nora hendak beranjak dari tempatnya untuk mengisi gelas minumnya lagi. Sungguh, mereka berdua sangat mabuk malam ini. Tubuh mereka pun sempoyongan ke kanan dan ke kiri.

"Ikuti aku, Sayang." Nora menggenggam erat lengan Ali dan berusaha membawanya keluar dari klub.

"Minggir!" teriak Nora mencari celah agar mereka bisa lewat di antara orang-orang yang menari dan bermabukan. Sesaat kemudian, sampailah mereka di parkiran klub.

"Kita mau kemana, Sayang?" tanya Ali saat Nora mendudukkannya di dalam mobil.

"Yang pasti kita akan bersenang-senang." Nora pun duduk di kursi pengemudi, sedangkan Ali duduk di sampingnya.

"Aku suka, Sayang." Ali pun tertawa senang. Tangannya merangkul lengan Nora erat dan menyenderkan kepalanya di bahu Nora. Tepat pukul 22.30, mobil hitam legam itu melaju kencang memecah ramainya jalanan ibu kota. Ya, walaupun tengah malam, jalanan ibu kota tak pernah sepi dari pengendara.

"Hati-hati, Sayang," ujar Ali bernada khas orang yang sedang mabuk. Nora pun mengerem mobilnya dengan mendadak saat hampir menabrak trotoar, kemudian ia pun melanjutkan perjalanannya kembali. Kini, mobil hitam legam itu tengah berhenti di salah satu hotel berbintang lima. Nora membawa Ali ke resepsionis untuk memesan kamar. Kamar nomor 374 itulah yang berhasil mereka pesan.

ZULAIKHA "Istri yang Tak Dianggap" (On Going)Where stories live. Discover now