*****

Sudah satu minggu ini para sorcerer membantu memastikan kebutuhan air di perkebunan yang luas itu cukup. Sebab itu pula kedua orang tua Scarlea sering pulang terlambat dan membuat Scarlea selalu makan siang dan malam sendirian. Ia semakin merasa kesepian dan tidak ada apapun yang bisa ia lakukan.

Pagi ini Arona dan Kyle sedang bersiap menuju perkebunan. Mereka menjadi sangat sibuk karena disamping harus menyediakan air, mereka juga harus mengelola lahan mereka sendiri. Meskipun sesama pemilik kebun yang lain membantu mereka, tetap saja ini semua membuat mereka sangat sibuk. Sementara itu Scarlea memerhatikan kedua orang tuanya yang bersiap dengan wajah cemberut. Ia sudah tidak tahan lagi sendirian di rumah tanpa kedua orang tua yang menemaninya.

"Apa Ibu bisa melakukan sesuatu untukku? Aku sudah sangat bosan dan kesepian tapi aku tidak bisa keluar dengan penampilanku—Ibu tahu kan rambutku ini sangat menarik perhatian yang tidak penting. Apa tidak ada sihir yang bisa membuatku tak terlihat dan bisa jalan-jalan dengan tenang?" ujar Scarlea setengah memohon.

Arona mengelus dagunya, "hmm...daripada sihir tak terlihat bagaimana jika mantra untuk mengubah warna rambutmu?" usul Arona pada Scarlea. Raut wajah Scarlea merekah dan matanya berbinar.

"Ada yang seperti itu?!!" serunya tak percaya.

"Mengapa Ibu tidak bilang sejak dulu? Astaga ternyata ada cara yang semudah itu. Lakukan sekarang, Bu!" tambahnya sedikit melompat dan sangat bersemangat.

"Ibu tidak mengatakan apapun karena kau tidak suka dengan sihir, jadi sekarang karena kau bertanya jadi mendekatlah kemari," pinta Arona. Kyle yang melihat anaknya begitu ceria itu hanya tertawa senang. Ia tidak menyangka akan melihat putrinya bertingkah begitu. Arona pun mengulurkan telapak tangan kanannya dekat dengan ubun-ubun Scarlea.

"Apakah warna coklat tua akan bagus?" ujar Arona.

"Biru? Merah muda? Hijau? Ungu?"

"Jangan warna yang aneh, coklat tua saja kelihatannya bagus. Warna yang sama seperti rambut Ayah," tutur Scarlea yang merasa takut jika ia rambutnya akan terlihat seperti bulu ayam warna-warni milik salah satu peternak ayam yang pernah ia lihat.

"Baiklah. Diam sebentar. Mutatione figura," Arona merapalkan mantra singkat ketika Scarlea memejamkan matanya. Tiba-tiba rambut Scarlea berubah warna dari pangkal rambut hingga ujungnya menjadi coklat tua seperti Kyle. Scarlea yang merasa sesuatu mengalir di kepalanya pun membuka mata.

"Lihatlah ke cermin, Sayang."

Scarlea pun berlari kecil menuju cermin di dekat pintu dan ia pun tersenyum lebar.

"Wah cocok sekali. Terima kasih, Ibu! Dengan begini aku bisa jalan-jalan!" serunya.

"Mantra itu hanya bertahan selama 10 jam jadi kembalilah sebelum waktunya habis," tutur Arona mengingatkan. Gadis itu pun mengangguk mengerti dan memeluk ibunya dengan sangat erat.

"Baiklah nona muda, kami harus segera pergi karena hari ini giliran ayah dan ibu. Berhati-hatilah kalau keluar dan jangan lupa mengunci pintu, kau dengar?" pesan Kyle lalu mengecup kening putri tercintanya kemudian keluar bersama Arona.

Scarlea pun bergegas menuju kamarnya dan mengganti bajunya dengan short dress sederhana tanpa lengan berwarna coklat tua yang menjuntai hingga di bawah lututnya sedikit dan baju berwarna soft pink dengan lengan pendek di dalamnya, lalu merapikan rambutnya dan mengenakan sepatu sandal berwarna coklatnya. Kemudian keluar dan tidak lupa mengunci pintu rumah sesuai pesan ayahnya.

*****

Perkebunan buah dan sayur Lagnam terlihat sepi karena para petani dan sorcerer tengah menepi kala matahari tengah berada di singgasana tertingginya. Tak ada satupun dari mereka yang mau berdiri di kebun kala terik matahari berada di posisi terpanasnya.

"Ohh astaga sampai kapan kemarau ini bertahan?" eluh salah satu petani yang sedang mengibas-kibaskan topi jeraminya dan membuat sedikit hawa sejuk untuk dirinya sendiri.

"Apakah kau gerah sekali, Paman Hugo?" tanya Allen yang duduk di sebelah petani perkebunan jeruk yang merupakan pamannya.

"Lihat saja keringat sebesar biji jagung yang mengucur ini, Len. Tak bisakah kau memberiku sedikit angin?" jawab Hugo sambil tertawa pelan. Allen pun mengangkat tangan kanannya sedikit dan menggerakkannya ke arah wajah Hugo secara perlahan. Sontak saja hembusan angin perlahan menghampiri Hugo yang disambut dengan senyuman lebar.

"Oh segarnya. Lakukan terus seperti itu—yaa seperti itu, Allen. Bisakah lebih kencang sedikit? Kau memang hebat!" ujar Hugo sambil memejamkan mata merasakan angin semilir yang membelai wajahnya dan menghilangkan peluhnya. Beruntung sekali keponakannya bisa membuat angin begini, ia tidak memerlukan kipas angin.

"Paman, kau memperlakukan seperti kipas angin pribadi," eluh Allen sambil mengernyitkan dahi lalu menarik tangannya dan menggerakkan tangannya seperti memukul udara dengan sedikit kencang.

WUUUSSSHHH

Topi jerami milik Hugo terbang dan tubuhnya agak terguling ke kanan karena angin yang kencang dalam beberapa detik.

"Alleeeeeeeeennnnn!" pekiknya seraya kembali memposisikan dirinya untuk duduk kembali. Berat badannya membuatnya sedkit kesulitan kembali duduk. Allen tertawa melihat tingkah pamannya yang lucu itu. Hugo tidak marah, ia sudah terbiasa dengan sikap jahil anak dari kakaknya ini.

NECROMANCER [TAMAT]Where stories live. Discover now