Dia beralih. Mengubah posisi menjadi terlentang. Matanya menatap ke arah langit-langit dengan sendu. Baru kali ini dia tidur di sofa. Ditambah lagi sofa itu terlalu kecil juga terlalu sempit untuk menampung badannya yang jangkung. Kakinya saja sampai menggantung di udara karena tidak mendapatkan tempat.

"Nggak pernah kebayang sedikitpun malam pertama bakal gini," gumamnya.

Malam ini harusnya malam yang begitu berkesan bagi setiap pasangan yang baru menikah. Memang tidak ada keterangan khusus soal malam pertama wajib melakukan hubungan badan. Akan tetapi, sebagian besar orang memang berpikir jika malam pertama identik dengan malam yang paling berkesan untuk penganting baru. Malam yang tentunya tidak boleh dilewatkan hanya dengan tidur saja.

Namun, semua itu tidak berlaku bagi Arez dan Anye. Lihatlah, kini dia tidur di atas sofa di dalam ruang kerjanya. Tanpa ada embel-embel malam pertama yang harusnya menjadi momen paling mengesankan sepanjang hidup.

"Duh, nggak bisa."

Arez beranjak dari posisinya. Pria yang sudah tidak mengenakan atasan itu berjalan bolak-balik di dekat sofa sambil berpikir keras. Jika begini terus, dia tidak akan bisa beristirahat walapun tubuhnya terasa begitu letih. Dia tidak bisa tidur di sofa, tidak akan pernah bisa. Oleh karena itu, dia memilih untuk kembali ke kamar.

Dengan langkah pelan, Arez mengendap-endap masuk. Dia harus memastikan jika Anye sudah tidur atau belum. Dia tidak bisa tidur di ranjang, jika Anye masih terbangun. Wanita muda itu pasti akan menolak keras ide tersebut. Lebih tepatnya, Arez yang tidak tega melihat ketidaknyamanan yang terpancar dari bola mata hijau milik sang istri.

"Sudah tidur?"

Arez berdiri di samping ranjang king size miliknya seraya mengelus dada. Sosok itu sudah terlelap di atas tempat tidur. Tertidur dengan posisi yang apik, berbaring sempurna di atas ranjang. Kelopak mata yang ditumbuhi bulu-bulu mata lentiknya tampak tertutup rapat. Menyembunyikan sepasang manik hijau yang cantik.

"Cantik."

Arez matanya menatap pemandangan di hadapannya dengan perasaan terlena. Wajah cantik sang istri terlihat sangat polos seperti bayi.

"Saat tidur sekalipun, keningmu masih mengernyit. Apa sebenarnya yang menghantui kamu sampai ke alam mimpi?"

Tangan Arez terulur untuk menyentuh kening sang istri, namun urung terlaksana. Gerakannya lagi-lagi tertahan di udara. Dia tersenyum kecut menyadari tindakan barusan.

"Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat kalian bahagia."

Arez menatap wajah sang istri lekat-lekat. Detik berikutnya, dia beranjak menaiki tempat tidur. Membaringkan tubuh di samping sang istri. Rasanya seperti Déjà vu bisa tidur dalam satu tempat tidur yang sama dengan wanita yang pernah dia renggut kesuciannya. Apalagi sekarang status mereka telah berubah, bukan lagi sepasang manusia asing. Melainkan jatukrama.

Arez bergerak pelan. Meminimalisir bunyi yang dapat menganggu tidur sang istri. Dia menarik tubuh wanita itu dengan perlahan. Membawanya masuk ke dalam dekapan. Membuat lengannya sendiri menjadi bantalan. Tangan yang lain dia gunakan untuk menyentuh perut ramping sang istri. Mencoba menyapa sang buah hati.

"Good night, baby junior." Arez berkata lirih sambil menutup mata.

Arez membiarkan tubuhnya berkhianat. Dia hanya ingin malam pertamanya dilewati dengan cara tidur seraya memeluk sang istri. Untuk malam ini saja, dia ingin merengkuh wanita cantik pemilik surai brunette tersebut. Mengulang pelukan hangat yang pernah dia rasakan ketika berada dibawah pengaruh alkohol. Namun, kali ini dia melakukannya dalam keadaan sadar.

🥀🥀

Sinar mentari pagi yang masih terasa hangat serta aroma harum yang menggelitik indra penciuman, berhasil membuatnya bangun dari pulau kapuk. Pria yang terbiasa tidur dengan kondisi half naked itu menggeliat kecil guna merenggangkan otot. Dia merasakan tidur yang paling berkualitas semalam, setelah berhari-hari dia mengalami insomnia karena mengurusi pekerjaan dan pernikahan.

Manik coklat terang itu menebar ke seluruh penjuru. Keningnya mengernyit saat melihat beberapa perbedaan yang terjadi pada ruangan tersebut. Tirai jendela sudah dibuka, membiarkan sinar mentari pagi masuk dengan leluasa. Padahal, biasanya dia tidak pernah membuka tirai jika belum bangun.

Keanehan lain dia dapati kala melarikan pandangan ke arah sofa. Ada gaun pengantin yang teronggok di sana. Lengkap dengan sepasang heels berwarna putih yang dipesan langsung dari Jimmy Choo.

Pria rupawan yang baru saja mendudukan dirinya itu menepuk kening pelan kala ingatan soal kemarin kembali secara utuh. Dia sudah menikah. Kenyataan itu membuatnya langsung menebar pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Dia mencari keberadaan sang istri.

"Anyelir?"

Dia beranjak dari tempat tidur dengan cepat. Keluar dari kamar, lantas berjalan menuju ruang tamu. Istrinya tidak ada di manapun?

Arez mulai dilanda kekhawatiran. Dia meremas surai hitamnya gelisah. Pergi kemana wanita muda itu pagi-pagi begini. Tidak mungkin dia pergi ke lantai dua, di mana kakak dan kakak iparnya tinggal? Jika iya, maka tamatlah riwayatnya.

"Sudah bangun?"

Arez menoleh dengan cepat. Mata coklat madunya dengan segera menangkap sosok yang sedari tadi dia cari. Sosok yang membuat jantungnya mengalami Aritmia dadakan di pagi hari.

Wanita bersurai brunette itu rupanya ada di dekat pembatas ruang tamu dan dapur. Berdiri dengan sebelah tangan memegang spatula kayu. Tubuhnya terbalut dress motif bunga-bunga dari Giambattista Valli yang dia dapatkan dari kakak iparnya--Aruna sebagai hadiah pernikahan. Manik hijaunya terlihat menatap Arez dengan kebingungan.

"Kamu...." Kalimat Arez menggantung. Karena action berikutnya, dia buru-buru mendekat ke arah wanita cantik tersebut. Mengikis jarak yang terbentang nyata diantara mereka. Merengkuh tubuh mungil beraroma bunga-bunga segar itu erat.

Demi Tuhan, jantung Arez hampir copot karena Aritmia. Dia kira wanita dalam pelukannya ini hilang di pagi pertama mereka resmi menjadi sepasang suami istri.

"Kamu membuat aku kalut." Arez kian mengeratkan rengkuhan. Dia tidak pernah dilanda kecemasan seperti ini sebelumnya.

Bayangan-bayangan buruk sempat membuat Arez kalut. Dia tidak mau wanita yang tengah mengandung buah hatinya itu kenapa-kenapa. Sebab, mulai dari hari ini hingga ke depan dia adalah tanggung jawab Arez. Perioritas yang akan selalu Arez utamakan di atas segala-galanya.

"Jangan pergi tanpa memberitahu aku, okay? Aku takut kalian kenapa-kenapa."

Arez kembali mengeratkan rengkuhan pasca mengucapkan kalimat tersebut. Dia tidak pernah bermain-main soal tanggung jawab, karena apa yang telah dia klaim sebagai perioritas, maka dialah yang akan menjadi bagian paling penting dalam setiap unsur kehidupan Arez.

**

Aritmia; irama detak jantung yang tidak teratur

TBC

Jangan lupa jejaknya ya, readersku:')
VOTE, KOMENTAR, FOLLOW AUTHOR & SHARE cerita ini biar makin banyak yang suka.

Sukabumi 24 Juli 2021
Revisi 13 September 2021
Revisi 19-07-23

Asmaradahana (Lengkap)Where stories live. Discover now